alfian mujani

NEGERI ini selain memiliki kekayaan alam yang melimpah, juga memiliki banyak ‘‘Kambing Hitam.’’ Karena terlalu banyak kambing hitam, maka kekayaan alamnya tak berbanding lurus dengan ketersediaan pangan bagi rakyatnya. Butuh beras ya impor. Butuh daging juga impor. Kede­lai ya impor, termasuk garam impor juga.

Yang menarik, perilaku petugas negaranya juga gemar mencari kambing hitam. Ketika har­ga sembako naik, misalnya, sibuk berkelit men­cari alasan. Riuh mencari ‘’Kambing Hitam.’’ O beras naik karena pasok dari sentra produksi tak lancar. O sembako naik karena menjelang Ramadhan. Padahal, jawaban yang dibutuhkan rakyat sederhana: aparat negara hadir di pasar melakukan upaya stabilisasi harga dengan ope­rasi pasar. Bulog sebagai ujung tombak negara dalam ikhwal pedistribusian pangan, seharusnya otomaticly bergerak.

Karena negara terlalu sering absen dalam menjawab persoalan perut rakyat, maka yang hadir adalah para spekulan. Begitu bawang merah lokal seret sampai di pasar, para spekulan langsung mengguyurnya dengan bawang merah import ilegal. Begitu seterusnya. Jika rakyat tak mau men­derita dan tak mau bergantung pada belas kasihan negara, maka bunuhlah ‘’Kambing Hitam.’’

============================================================
============================================================
============================================================