THIO Seng Hap alias Martua Sitorus merupakan pemilik perusahaan Wilmar International bersama Kuok Khoon Hong. Meraka bergerak di bisnis sawit, dan menjadi perusahaan terbesar di dunia dari usahnya tersebut. Di tahun 1991, perusahaan tersebut resmi berdiri bermodal 7.100 hektar kebun sawit.
Oleh : Apriyadi Hidayat
[email protected]
Tidak semua orang batak bekerja sebagai pengacara, mereka juga pandai berbisnis. Salah satunya, dan terbaik adalah Wilmar Sitorus pemilik Wilmar International meski namanÂya cukup awam di Indonesia. Dia berhasil masuk jajaran orang terkaya di Indonesia. Bisnisnya berbasis di Singapura meliputi 48 perusahaan berbeda. Perusahaan itu, salah satunya PT. Multimas Nabati Asahan memÂproduksi minyak goreng merek Sania.
Sejarah Wilamar International tidak lapas dari Mertua Sitorus, pria asli Batak ini dulunya hanya minyak sawit kecil kecilan Indonesia- Singapura. Pria lulusan sarjana ekonomi HKBP Nommensen, Medan, SumaÂtera Utara.
Menjadi sangat bersemangat, ia sukÂses berbisnis dan tumbuh hingga membeli 7.100 hektar kebun sawit di 1991. Usaha sawit lah yang membuat dirinya jadi penÂgusaha besar di Sumatera Utara. Di 1991, setalah mendirikan pabrik sawit, Martua bersiap ekspansi ke Malaysia dimana pasar kala itu masih bagus.
Ia pun tak lekas puas, fokus mendiriÂkan hilirisasi (produk turunan) yang lebih bernilai tinggi. Tahun 1998, ia mendirikan pertama kalinya pabrik memproduksi speÂcialty fats. Wilmar International tercatat di bursa saham Singapura. Perusahaannya tumbuh, sebelumnya berupa pengolahan minya sawit berkembang terspesifikasi di wilayah agrobisnis.
Perusahaan memiliki beberapa usaha; penyuliang minyak goreng, pengepakan dan penjualan, lemak khusus, oleokimia, produksi biodisel, dan pengolahan biji- biÂjian. Pengepakanya akan meliputi (1). merÂchandising minyak sawit dan produk laurics (semacam lemak nabati), (2). pengolahan minyak sawit dan refinery, (3). peremukan, diolah dan refining untuk manjadi minyak bisa dimakan, minyak sayur, biji- bijian dan kedelai. Konsumennya meliÂputi China, Vietnam dan Indonesia, dan sudah berbentuk hasil jadi siap pakai.
Bertambah taÂhun membuat bisnis Martua semakin berÂsinar meliputi berbÂagai usaha. UtamanÂya, ia fokus kepada bisnis minyak kelapa sawit serta turunanÂnya. Di tahun 2000, peÂrusahaanya PT.Multimas Nabati Asahan memproduksi minyak goreng Sania. Per 31 DesemÂber 2005, Wilmar International memiliki 69.171 hektar, 65 pabrik, tujuh kapal tanker, dan 20.123 karyawan. Perusahaanya memiÂliki 30 negara tujuan eksportir.
Puncaknya, perusahaan Wilmar tecatat di bursa Singapura di Agustus 2005, denÂgan nilai saham $2 miliar. “Ia cukup beÂrani mengambil resiko, jadi cepat pula ia mendapatkan keuntungan,†ucap Derom Bangun, selaku ketua harian Gapki (GabunÂgan Pengusaha Kelapa Sawit Indonesia). Ia menilai Martua sebagai sosok barani maÂsuk ke pasar baru. Dia dinilai kreatif, dinaÂmis, dan banyak ide. “Namun, ia memang tegolong orang yang low profil atau tak mau menonjol.â€
Kawan menyebutnya orang yang agresif dalam hal bisnis. Ia dapat melihat peluang di bisnis sawit kala itu, serta tahan banting hadapi krisis. Buktinya, meski krisis moneÂter 1997, dia mampu menghadapinya ketika perusahaan lain gulung tikar. Dia bahkan berhasil memberikan 2,5% tunjangan kriÂsis kepada karyawan, bukanya memotong gaji mereka 2,5%. Dia memang tidak sendiri ketika membangun Wilmar International, bersama dengan Kuok Khoon Hong.
Sejarah Wilmar InternaÂtional
Kuok Khoon Hong, Pria berusia 57 tahun ini adalah keponakan Robert Kuok, raja bisÂnis gula dan propÂerti Malaysia, berÂsama Martua sepakat menge m b a n g k a n bisnis bersama-sama. Wilmar sendiri disebut-sebut sebenarnya adalah singkatan dari kedua nama mereka, yaitu William, nama panggilan Kuok Khoon Hong, dan Martua Sitorus. Mereka berdua adalah pemilik signifikan Wilmar Holdings Pte Ltd (perusahaan holding Wilmar InterÂnational Ltd).
Keduanya berbagi tugas, Kuok Khoon Hong sebagai chairman & CEO dan MarÂtua sebagai chief operating officer (COO) Wilmar International Ltd. Keluarga besar Matua Sitorus berperan penting dalam bisnis, mereka menduduki jabatan pentÂing. Istri (Rosa Taniasuri Ong), saudara laki-laki (Ganda Sitorus), saudara peremÂpuan (Bertha, Mutiara, dan Thio Ida), dan ipar (Suheri Tanoto dan Hendri Saksti) menduduki posisi kunci di Wilmar Corp. Bahkan, Hendri Saksti diberi kepercayaan menjadi kepala operasional bisnis Wilmar di Indonesia.
Bisnis keduanya meningkat pesar di bulan pertama 2006, menghasilkan keÂnaikan 7,8% senilai S$3,7 miliar dibanding periode sama sebesar US$3,4 miliar di taÂhun 2005. Laba bersihnya selama sembilan bulan pertama 2006 tumbuh 56,4% menÂcapai US$68,3 juta dibanding periode yang sama 2005 sebesar US$43,6 juta. Keduanya berrencana ekspansi Wilmar ke bisnis bioÂdiesel. Tidak tanggung-tanggung, mereka langsung menggebrak dengan membangun tiga pabrik biodiesel.
Ada beberapa isu menyangkut bisÂnis Wilmar Corp, terutama bisnis minyak sawit. Pertama, rencana merger Wilmar dan lini bisnis Kuok Group, milik taipan Robert Kuok, di bidang agrobisnis (PPB Oil Palms Berhad, PGEO Group Sdn. Bhd., dan Kuok Oil & Grains Pte Ltd). Nilai transaksi merger mencapai US$2,7 miliar. Merger ini ditaksir memberikan potensi kapitalisasi pasar Wilmar sebesar US$7 miliar. Merger ini diperkirakan juga akan menghasilkan kombinasi pendapatan US$10 miliar dan laba bersih US$300 juta selama sembilan bulan pertama 2006.
Pabrik- pabrik ini diperkirakan memiÂliki kapasitas produksi sampai 350.000 ton per tahun sehingga total kapasitasnya menÂcapai 1,050 juta ton per tahun. Sejauh ini, belum ada pabrik biodiesel milik perusaÂhaan lain di dunia yang memiliki kapasitas produksi sebesar Wilmar. Sebagai tambaÂhan, apabila rencana merger itu terealisasi, maka pabrik biodiesel milik PGEO Group Sdn. Bhd. dengan kapasitas 100.000 ton per tahun akan makin memperkuat bisnis biodiesel Wilmar.
Lainnya, Mertua aktif di bisnis kesaÂhatan dengan membangun sebuah rumah sakit di Medan, Murnia Teguh Memorial Hospital. Rumah sakit yang ia persembahÂkan untuk ibunya, Murni Teguh. Rumah sakit tersebut didirikan 12 Desember 2012. Meskipun tinggal di Singapura, dia, istrinya dan tiga orang anak, tetaplah warga negara Indonesia, dan memiliki usaha sebagian beÂsar di Indonesia.
(pengusaha.us)