JAKARTA, Today – Para bankir mulai berhitung ulang terkait target kinerja tahun 2015, meliÂhat kondisi perekonomia IndoÂnesia yang kian lesu. Bahkan sejumlah bankir menyatakan akan menurunkan target perÂtumbuhan penyaluran kredit serta laba bersih tahun ini.
Semisal Bank Negara IndoÂnesia (BNI). Bank yang pada kuartal I–2015 mencetak perÂtumbuhan laba hingga 17,7 persen itu akan menurunkan target pertumbuhan laba dalam rencana bisnis bank (RBB).
Direktur Keuangan BNI, Rico Budidarmo mengatakan tarÂget kinerja harus disesuaikan dan akan dibahas pada pekan ini. Tahun ini, BNI menetapÂkan target pertumbuhan laba hingga 20 persen. Sementara, penyaluran kredit ditargetkan tumbuh 16 persen.â€Besar peÂnurunan belum bisa diungkaÂpkan. Tapi logikanya jelas tuÂrun,†kata Rico
Namun untuk kredit, sebaÂgai penyaluran dari sana pihak ketiga (DPK), Rico mengaku belum akan melakukan revisi. Sebab, BNI akan berupaya menggenjot kredit sektor korÂporasi, kecil menengah dan konsumsi.
Chief Financial Officer Bank CIMB Niaga, Wan Razly AbÂdullah menuturkan, pihaknya akan merevisi target pertumÂbuhan kredit untuk tahun ini. Sebab, hingga paruh pertama 2015, ekonomi masih melaÂmbat. CIMB yang mencetak penurunan laba hingga 92,5 persen di kuartal I-2015, akan menyampaikan revisi kepada otoritas pada akhir bulan Juni. “Besaran revisi masih dibicaraÂkan,†jelas Razly.
Bank Rakyat Indonesia (BRI) pun bakal menurunkan target pertumbuhan kredit. Revisi keÂmungkinan juga akan diterapÂkan BRI atas dana pihak ketiga. Meski begitu, Haru menegasÂkan, BRI akan mengoptimalkan kredit, loan to deposit ratio (LDR), dan menurunkan porsi deposito berbunga tinggi demi menjaga laba. “Kalau ekonomi masih melambat, kemungÂkinan kami turunkan target pertumbuhan kredit,†tandas Direktur Keuangan BRI, Haru Kusmahargyo.
Namun tak semua bank pesÂimistis. Direktur Ritel Banking Bank Internasional Indonesia (BII), Lani Darmawan mengaÂtakan, BII belum berencana merevisi RBB tahun ini. Meski begitu, Lani mengakui, terdaÂpat selisih target balance sheet dengan situasi ekonomi dan pasar yang masih melambat, terutama pada kuartal I-2015. “Namun selisihnya tidak terlalu besar,†kata Lani.
(Adil | net)