Lebih dari 12 juta lulusan sarjana S1 di tanah air menganggur. Untuk itu, pemerintah perlu memacu terciptanya wirausaha mahasiswa untuk menekan jumlah pengangguran dan menciptakan lapangan kerja. Namun sayangnya, permodalan selalu menjadi masalah klasik bagi seseorang yang akan memulai atau mengembangkan usahanya. Terlebih hal tersebut banyak dialami oleh para calon pengusaha dari kalangan mahasiswa. Persyaratan berbelit membuat mahasiswa masih sulit untuk mengakses perbankan.
Oleh : Apriyadi Hidayat
[email protected]
Melihat fenomena itu, Walikota Bogor, Bima Arya, akan bergerak dengan mengundang pihak perbankan unÂtuk memperhatikan para agen peÂrubahan yang siap menjadi bagian dari penguat ekonomi bangsa.
“Banyak keluhan soal itu (permoÂdalan). Pemkot harus bisa membanÂgun kerjasama antara perbankan dengan para calon mahasiswa yang ingin memulai usahanya. Nanti kita akan kumpulkan bank-bank yang ada di Bogor untuk mendorong ini semua. Kami juga akan bertemu dengan Himpunan Pengusaha Muda Indonesia Perguruan Tinggi (HIPMI PT) yang dimotori oleh Haidhar,†ungkap Bima Arya kepada BOGOR TODAY.
Ia mengakui, memang saat ini untuk mendapatkan modal dari perbankan banyak sayrat yang haÂrus dilengkapi, seperti agunan dan usahanya pun harus lebih dari dua tahun. “Nanti kita akan cari skema lain. Pokoknya perbankan nanti haÂrus bisa dikases dengan muda oleh kalangan seperti mereka dan menguÂcurkan dana untuk calon pengusaha muda ini. Mungkin bisa saja menjadi bagian dari CSR perbankan. Atau ada skema lainnya bisa kita bicarakan,†jelasnya.
Menurut dia, keberadaan penÂgusaha muda, khususnya di kalangan mahasiswa sebagai agen perubahan dan menjadi bagian dari penguat ekonomi di Indonesia. “Kita menuju pasar bebas di ASEAN, penting untuk mencetak wirausahawan muda. JumÂlah pengusaha di Kota Bogor sekitar 3 persen dari jumlah penduduk. Ini akan terus dipacu,†katanya.
Mahasiswa, lanjutnya, harus beÂrani menjadi pelaku dan produsen yang siap bersaing di pasar bebas, jangan hanya terus-menerus menjadi konsumen saja. “Karena bila hanya menjadi konsumen, berarti kita tidak siap untuk bersaing dengan dunia,†imbuh dia.
Sebelumnya, Ketua Umum HIPMI PT Kota Bogor, Haidhar Wurjanto, mengungkapka bahwa minat maÂhasiswa untuk menjadi pengusaha sangat antusias. Namun, kebanyakan dari mereka masih mengeluhkan modal.
“Mereka sudah punya keinginan, punya ide tapi masih terganjal modÂal. Para mahasiswa masih mengeluhÂkan sulitnya mengakses perbankan dengan syarat usahanya harus sudah berjalan dua tahun dulu dan harus ada agunan. Sedangkan kami yang mau start up, belum punya apa-apa. Kami cuma punya ide. Minimal kasih kami peluang,†jelasnya.
Selain perbankan, lanjut Haidhar, bagi mereka yang ingin memulai usÂaha bisa menyiapkan proposal untuk dilayangkan kepada para calon invesÂtor. “Celakanya mereka yang sudah menggebu untuk berwirausaha tapi tak kunjung mendapatkan modal, mereka terjebak dengan rentenir yang bisa dengan mudah mengucurÂkan dana tanpa syarat berbelit. Hanya saja dengan bunga yang dipatok sanÂgat tinggi. Ini bahaya juga. Kan, kalau kita buka keran peluang lain dalam permodalan jadi lebih bagus untuk mengembangkan usaha,†kata dia.
HIPMI PT Kota Bogor sendiri beÂranggotakan 200 orang mahasiswa. Sebanyak 30 persen dari jumlah anggota tersebut sudah memiliki usaha sendiri. “Paling mudah menÂjadi pengusaha adalah ketika kita berada di lingkungan pengusaha. KaÂlau benar-benar jiwanya pengusaha mereka akan terpacu untuk menjadi pengusaha. Kita sudah siapkan blue print untuk menstimulus mahasiswa yang ingin memulai usaha. Untuk bergabung dengan HIPMI PT tidak harus memiliki usaha dulu. Justru di wadah ini akan belajar banyak dalam memulai dan menjalankan usaha,†terangnya.
(Apriyadi Hidayat)