Munculnya cafe dan outlet yang mengusung tema kasual dan urban mendorong munculnya peluang usaha baru, yakni bisnis jasa tipografi. Tipografi merupakan seni memilih dan menata huruf dengan pengaturan penyebarannya pada ruang yang tersedia, untuk menciptakan kesan tertentu, guna kenyamanan membaca semaksimal mungkin. Jasa di bidang ini pun saat ini tengah kebanjiran order.
Oleh : Apriyadi Hidayat
[email protected]
Seni tipografi memiliki peranan penting di setiap lini bisnis seÂbuah perusahaan, baik yang berÂskala kecil maupun besar. Teknik pemilihan dan pengaturan tuÂlisan ini bertujuan agar arti tulisan dapat tersampaikan dengan baik secara visual kepada pembaca. Tak hanya terbatas pemilihan jenis huruf, melainkan juga ukuran huruf, termasuk dekorasi dan keÂsesuaian tema secara keseluruhan. Tata letak tulisan pada bidang desain pun ikut diperhitungkan.
Ilmu itu kini kian meluas penggunaanÂnya. Tak hanya dalam desain grafis, desain situs, aneka media promosi seperti pamÂflet, desain produk hingga desain interior ruangan membutuhkannya.
Penggunaannya yang lekat dengan kegiatan promosi membuat seni ini maÂkin dibutuhkan oleh para pebisnis unÂtuk memperkenalkan produk maupun jasa yang mereka tawarkan. Tujuannya adalah agar tulisan dapat tersampaikan dengan baik secara visual kepada pemÂbaca.
Jamal Masykur Aziz, salah satu ilustraÂtor dari Jakarta, mengatakan, bukan sekaÂdar menggambar huruf, seni tipografi harÂus melalui proses riset dan pengembangan sebelum dapat diaplikasikan. Berawal dari bekerja sebagai ilustrator di sebuah peruÂsahaan teknologi informasi (TI) di Jakarta, Jamal mendapatkan tawaran mendesain ruangan coffee shop milik salah satu band indie Endah and Rhesa di tahun 2013.
Lewat bakat menggambar yang dia miÂliki, Jamal mendapatkan respons yang cuÂkup baik dari karyanya yang dia torehkan di coffee shop tersebut. Dari situ, Jamal mulai mendapatkan tawaran-tawaran lainÂnya yang lebih menantang. “Awalnya saya hanya membuat seni lukis dinding atau mural satu warna, kemudian permintaan makin berkembang menjadi lebih rumit,” ujarnya.
Dari situ dia melihat peluang desain mural ini memiliki prospek yang bagus. Dia pun mengembangkan kemampuan dengan mengikuti pelatihan seni mengÂgambar huruf atau hand lettering. Dia biÂlang, seni hand lettering ini bentuk penuÂlisannya lebih bebas dari seni kaligrafi.
Menurutnya, design grafis tipografi merupakan elemen seni yang mendukung elemen seni lain. “Tipografi pendukung dari suatu desain. sebuah huruf bisa jadi karya seni,” jelas pria yang sudah menggeÂluti tipografi selama dua tahun ini.
Tarif Bervariasi
Lewat merek usaha Lapantigatiga, JaÂmal banyak memamerkan hasil desainnya lewat berbagai media sosial dan platform komunitas desain seperti Behance. “AwalÂnya hanya mural satu warna, dari situ keÂmudian muncul tawaran dari coffee shop lain dan mulai agak rumit permintannya. Lukis dinding seperti ini bisa jadi sesuatu yang lebih dari sekadar seni,” ujarnya.
Bagi Yuditha Sitinjak, desainer huruf lainnya dari Jakarta menyampaikan, bisa dibilang tipografi itu punya emosi apalagi dibuat dalam satu desain. Sebab, seni ini seperti mempunyai bahasa sendiri yang dapat dilihat. Ditha, panggilan akrabnya, membuat karya-karya tipografi untuk dekorasi dalam ruangan dengan media kanvas lewat merek usaha TypographyÂisme.
Tulisan-tulisan karya Ditha lebih menÂgarah ke kutipan insipratif, sehingga pasarnya lebih umum dan universal. Ide kutipan-kutipan yang dia buat datang dari dirinya sendiri atau dari orang-orang terÂkenal di dunia.
Sementara Joel Febianto pemilik FanÂtasia Studio di Surabaya memilih teknik mengecat yang menghasilkan goresan sepÂerti goresan kapur. Dia bilang, meski muÂral dengan menggunakan kapur sedang populer saat ini, namun dia memilih untuk memiliki ciri khas sendiri.
Memulai usaha sejak tahun 2012, Joel menyesuaikan konsep karyanya dengan brand usaha si klien. “Karena tujuan dari mural selain memperindah tetapi juga unÂtuk mendukung menjual brand atau usaha dari klien,” kata dia.
Para desainer memiliki tipe konsumen masing-masing sesuai karya yang merÂeka hasilkan. Ditha misalnya, bisanya mendapatkan konsumen perorangan untuk kebutuhan interior kamar atau ruÂangan di rumah. Beberapa konsumen dari korporasi juga terkadang memesan produk padanya. Tarif karya-karyanya berkisar Rp 350.000 hingga Rp 750.000 per unit. “Sebulan biasanya saya mengerÂjakan sekitar 10 karya. Rata-rata sebulan omzet mencapai Rp 10 juta,” kata Ditha.
Sementara Jamal lebih banyak mendapatkan konsumen dari kafe dan korporasi. Dia membanderol karya ilusÂtrasinya senilai Rp 650.000-Rp 750.000 per meter persegi (m²). Ini belum termaÂsuk harga jasa sketsa dan akomodasi jika lokasi di luar Jabodetabek, alat dan bahan baku. Sedangkan untuk jasa mural hand lettering dibanderol senilai Rp 450.000 per (m²).
Dalam seminggu Jamal bisa mengerÂjakan minimal tiga karya. Rata-rata Jamal bisa meraih omzet Rp 8 juta-Rp 12 juta per bulan. “Untuk promosi saya masih mengÂgunakan Instagram dan Behance,” tutur Jamal.
Joel pun lebih banyak mendapatkan konsumen dari korporasi. Dia sudah perÂnah menggarap proyek desain dari seÂjumlah kafe hingga hotel, beberapa di anÂtaranya adalah Ron’s Laboratory, U Cafe (AsiaterraFB) dan Grandmas Hotel.
Bicara soal tarif jasa, tergantung dari konsep dan ukuran mural yang akan dibuat. Joel membandrol rata-rata tarif mulai sekitar Rp 6 juta sampai puluhan juta rupiah dalam satu tempat. Jika dihiÂtung-hitung, omzet usaha yang didapatkan Joel bisa mencapai Rp 10 juta-Rp 20 juta per bulan.
(KTN)