Tren bangunan ramah lingkungan diperkirakan baka semakin mendapat tempat di Indonesia. Hal itu dikarenakan, seiring dengan semakin banyaknya orang yang sadar akan pentingnya unsur pembangunan keberlanjutan.
Oleh : Apriyadi Hidayat
[email protected]
Terlebih, dengan diÂluncurkannya PeraÂturan Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (KempuÂpera) nomor 02/PRT/M/2015 beberapa waktu lalu, memÂbuat tren bangunan hijau atau ramah lingkungan hanya tinggal menunggu waktu unÂtuk semakin populer di IndoÂnesia.
Dukungan nyata pemerinÂtah akan tren ini, membuat banyak kalangan pengemÂbang dan perusahaan milik pemerintah (BUMN) langsung merespon tren ini, dengan usaha mereka untuk membuat standarisasi semua pembanÂgunan yang mereka lakukan dengan arsitektur hijau, dan menerapkan teknologi ramah lingkungan.
Meski demikian, tren ini bukan hanya terjadi di level perusahaan, namun juga terÂjadi di properti residensial. Data terbaru yang dirilis porÂtal properti global, Lamudi, menunjukkan bahwa Jakarta menempati posisi teratas seÂbagai kota yang memiliki jumÂlah listing dengan fitur ramah lingkungan terbanyak.
Managing Director LamuÂdi Indonesia, Steven Ghoos, mengatakan, dengan meningÂkatnya kesadaran akan pentÂingnya rumah yang sustainÂable, semakin banyak orang mencari cara untuk berkontriÂbusi-salah satunya dengan meÂmiliki fitur ramah lingkungan di kediaman mereka.
“Hal ini juga bukan sebuah kebetulan bahwa kota teratas yang memiliki listing dengan fitur ramah lingkungan adalah kota-kota percontohan bagi pembangunan hijau. Kota-kota ini dipimpin oleh para pengambil keputusan yang mempunyai agenda khusus untuk perbaikan lingkungan,†kata dia dalam siaran persnya, Minggu (31/5).
Data Lamudi menyebutÂkan, perangkat solar panel merupakan fitur ramah lingÂkungan yang paling populer di Indonesia. 33 persen listing ramah lingkungan ini tersedia di Jakarta, kemudian diikuti oleh Jawa Barat (28 persen) dan Jawa Timur (11 persen). Ibukota dari dua provinsi teraÂkhir, Bandung dan Surabaya, adalah dua dari tiga kota terÂpilih untuk pilot project pemÂbangunan bangunan hijau dari Kempupera.
Pilot project ini, kata SteÂven Ghoos, diharapkan dapat menjadi implementasi awal regulasi baru tentang banguÂnan ramah lingkungan terseÂbut. Dengan bantuan pendanÂaan internasional, Indonesia berharap dapat mengurangi emisi gas rumah kaca hingga 41 persen di 2020.
Di bawah pemerintahan saat ini, lanjut Ghoss, Surabaya sukses menjadi kota hijau denÂgan 10 taman kota baru serta rute khusus untuk pejalan kaki yang dibangun dengan konsep modern. Sementara itu, BandÂung merupakan kota pertama yang diimplementasi gerakan Indonesia Berkebun yang diÂcetuskan oleh Walikotanya saat ini.
“Hal ini menunjukan bahwa pemerintah mempunyai peran penting dalam meningkatkan kesadaran dan mengedukasi masyarakat,†tambah Ghoos.
(Apri)