HL-(1)Perlambatan ekonomi tak cuma menjadi biang keladi perlambatan kredit. Tapi juga memicu kenaikan rasio kredit bermasalah atawa non performing loan (NPL)

Oleh : Adilla Prasetyo
[email protected]

Gubernur Bank Indo­nesia (BI), Agus D.W Martowardojo mewan­ti-wanti agar pelaku in­dustri perbankan cermat mem­pertahankan kualitas kredit. Catatan bank sentral, sudah ter­jadi kenaikan rasio NPL sebe­sar 24 basis poin (bps) men­jadi 2,4 persen p e r M a r e t 2015 dari po­sisi 2,16 persen per Desember 2014. “NPL ter­jadi pada sektor konstruksi dan pertambangan, ” kata Agus.

Kepala Divisi Risiko Perekono­mian dan Sistem Perbankan Lembaga Penjamin Simpanan (LPS), Dody Arifianto menghi­tung, NPL perbankan bisa men­capai level 2,7 persen di akhir tahun ini.

Pengamatan LPS, kredit macet banyak terjadi di sektor konstruksi dan pertambangan. Beruntung, kontribusi kedua sektor ini masih kecil terhadap total kredit bank. Meskipun de­mikian, perbankan harus was­pada terhadap kedua sektor itu.

BACA JUGA :  Untuk Tangani Hidrasi, Lebih Bagus Air Lemon atau Air Kelapa? Simak Ini

Berdasarkan data Statistik Perbankan Indonesia (SPI), kredit konstruksi berkontri­busi 4,02 persen atau Rp 149,29 triliun per Maret 2015 terhadap total kredit bank Rp 3.713 triliun. Adapun rasio NPL konstruksi sebesar 5,22 persen atau senilai Rp 7,80 triliun.

Sedangkan, kredit per­tambangan dan penggalian berkontribusi 3,42 persen atau Rp 127,26 triliun per Maret 2015, den­gan mencatat rasio NPL 3,56 persen atau senilai Rp 4,53 triliun. “Yang perlu diwas­padai juga adalah kenaikan kredit b e r m a s a l a h pada sektor perdagangan besar dan eceran,” tam­bah Dody.

BACA JUGA :  Pencuri Gondol 13 Kambing Ketahanan Pangan Milik Pemdes di Bogor

I n formasi saja, kredit sek­tor perdagangan naik 66 bps men­jadi 3,47 persen per Maret 2015 secara tahunan (year on year). Dari sisi kontribusi, kredit sek­tor perdagangan menyumbang 19 persen atau senilai Rp 722,37 triliun terhadap total kredit bank.

Wakil Direktur Utama Bank Tabungan Pensiunan Nasional (BTPN), Ongky Wanadjati Dana menyampaikan, pihaknya terus mewaspadai kondisi perlam­batan ekonomi serta efeknya terhadap kenaikan NPL. Rasio NPL netto BTPN masih aman di level 0,8 persen. Kenaikan NPL turut memaksa perbankan mengerem pertumbuhan kredit yang diperkirakan tumbuh 13 persen hingga 15 persen. “NPL masih aman, naik tipis dari posi­si 0,7 persen. Namun kami terus berhati-hati,” ujar Ongky.

============================================================
============================================================
============================================================