KAPITALISME semakin merajalela dan menguasai semua aspek kehidupan di dunia ini, tak tekecuali di negeri kita Indonesia. Lalu apa yang harus kita lakukan saat taring-taring kapitalisme memporak porandakan tatanan kebersahajaan bangsa yang mengusung keadilan bagi seluruh rakyat Indonesia, di bawah naungan Ideologi Pancasila yang menempatkan manusia yang memiliki martabat dan harga diri tinggi.
Oleh: IWAN DARMAWAN, SH., MH.
Mengapa tidak, negeri ini pada hakikatnya mampu menjadi negeri adidaya di muka bumi ini, denÂgan kekayaan alam yang berlimpah, geografis yang strategis, aspek hisÂtoris yang luhur, serta manusianya yang melimpah dan sebenarnya meÂmiliki semangat dan etos kerja yang heroik. Kita tidak membangggakan bangsa kita sendiri, namun demikiÂan pergaulan hidup bangsa-bangsa di dunia, ribuan bukti yang bisa diÂgali dan digambarkan bahwasanya negeri ini mampu berdiri tegak, seÂandainya Ideologi Pancasila benar-benar dipahami, dihayati dan diÂjalani. Namun ironisnya di negeri yang berideologi Pancasila, masih banyak perilaku-perilaku yang tidak mencerminkan nailai-nilai PancasiÂla. Pancasila mengalami pergeseran pemaknaan oleh penganut ideologÂinya, yang seharusnya dipertahankÂan, diperjuangkan, dan ditegakkan.
Kembali ke Pancasila
Pancasila adalah ideologi yang begitu serasi dengan Indonesia yang digali dari perut bumi NuÂsantara, yang digagas oleh para pendiri negeri yang memiliki tekad kuat mensejahterakan rakyÂatnya. Yang terlahir dari refleksi filosofis dan historis yang sudah jutaan tahun lamanya. Dengan pisau filsafat dan kebangsaan laÂhirlah Pancasila yang begitu kuat akar ontologinya, begitu juga denÂgan epistimologi dan aksiologinya. Hakikat pemahaman Pancasila seÂbenarnya sudah selesai di negeri ini, namun saat ini nampaknya pemahaman akan hakikat itu telah longgar dan tergradasi.
Diperlukan penguatan nilai-nilai Pancasila di semua lini dalam bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara. Perlu adanya refleksi mengakar dan mendalam untuk mengembalikan Pancasila kepada jati diri bangsa Indonesia, yang sudah mulai tidak peduli akan puÂsaka dan keramat yang dimilikinÂya, sehingga roh kebangsaan negÂeri ini nampak tidak mengakar, terombang-ambing oleh dominasi ideologi-ideologi besar di dunia yang sebenarnya tidak cocok denÂgan Pancasila dan bahkan justru bertentangan dengan esensi dari Pancasila itu sendiri.
Sejatinya Pancasila mengajarÂkan kita menjadi bangsa yang manÂdiri, berani, berakhlaq, dan menÂgutamakan kepentingan umum diatas kepentingan pribadi atau golongan. Pancasila mengajarkan bangsa Indonesia untuk menjadi manusia seutuhnya, bukan manuÂsia yang kehilangan jati diri, apalagi mengorbankan harga diri. Ideologi Pancasila tepat berdiri di negeri multi etnik, karena senyawa yang ada di Pancasila adalah Bhineka Tunggal Ika yang harus meresepsi dalam kehidupan bangsa.
Kebangkitan Indonesia
Indonesia harus bangkit, dan kita sebagai bangsa layak untuk bangkit. Negeri ini sudah negitu lama dan terbiasa dalam ujian-ujian, rakyatnya begitu nerima akan hakikat hidup yang harus dijalaninya, meski terkadang para pemimpin belum mampu menÂdengar suara dan jeritan rakyat yang kesusahan.
Pemimpin sejati hendaknya mampu merasakan getaran-getaÂran kepahitan dan kenelangsaan rakyatnya, dan bergegas untuk segera berkorban demi rakyat yang dicintainya, begitulah PanÂcasila mengajarkan untuk peka pada realitas masyarakat, amanat penderitaan rakyat yang dipeÂsankan para pahlawan hendaknya tidak dilupakan, karena pada saat para pemimpin lupa dan lalai akan amanat penderitaan rakyat, maka negeri ini akan jauh dari keÂberkahan. Indonesia pusaka, hakiÂkatnya bukan hanya sekedar lagu, tetapi jiwa filosofis dan metafisis Indonesia yang harus dipahami segenap jiwa oleh siapa saja yang memimpin negeri ini. Bangkitnya Indonesia harus dibangun dari kesadaran, buka karena perintah apalagi ancaman, karena kesadaÂran adalah pencerahan bathin yang alami, dan berproses menuÂju revolusi mental dan moral yang dikendalikan oleh kekuatan dan tekad yang kuat yang didhoi TuÂhan Semesta Alam.
Pancasila vs Kapitalisme
Kesaktian Pancasila, bukan hanya kita peringati setiap tanggal 1 Oktober, sebagai pertanda dapat digagalkannya pemberotakan G 30 S PKI, lebih jauh dari itu Pancasila itu sakti karena nilai-nilai yang terkandung didalamnya memang merupakan pengejawantahan dari jiwa bangsa Indonesia, yang mengÂkristal jutaan tahun silam, melalui metamorfosis generasi ke generaÂsi, dari jaman ke jaman, dari gen kebangsaan itulah lahir bangsa InÂdonesia yang mengakumulasikan pertemuan ras, suku, bahasa, buÂdaya, dan perbedaan-perbedaan lainnya, ibarat sifat lautan yang menyerap berbagai aspek. Sifat lautan yang mendasari filosofis negeri bahari, memberikan simbol keberanian nenek moyang bangsa kita mengarungi lautan dari satu pulau ke pulau lainnya.
Saat kita berkontemplasi dan berefleksi Pancasila Sakti, maka Pancasila memang sakti sebagai ideologi karena teruji dari berÂbagai aspek, sehingga Indonesi masih ada dan jaya hingga saat ini. Namun kesaktiannya tidak hanya sebuah doktrin dan forÂmalitas, tetapi harus benar-benar merefleksi dalam darah dan tuÂlung bangsa Indonesia. Mari kita yakinkan negeri ini memiliki IdeÂologi yang tepat, dan kita bisa berdiri tegak dihadapan kapitalÂisme yang berdiri kokoh saat ini. Pancasila yang diyakini sakti oleh penganutnya, seharusnya mampu menjadi ideologi dunia kaena beÂrasaskan ketuhana, kemanusiaan, persatuan, kerakyatan dan keadilan. Semua akar filosofis bermuara pada nilai-nilai Pancasila. KapiÂtalisme lebiha cenderung diarahÂkan pada nilai-nilai kapital, tanpa memberikan keseimbangan nilai-nilai lain yang sifatnya hakiki dan bathiniah.
Pancasila meresepsi semua nilai, dan itu merupakan bingkai kemanusiaan yang diperjuangkan bangsa-bangsa di dunia. Kini tiba saatnya, kita semua menggerakÂkan makna kesaktian lepadasemua elemen bangsa, dan revolusi besar ini harus digerakkan oleh para peÂmimpin yang benar-benar mencinÂtai Indonesia, yang didukung oleh semangat pantang menyerah dari seluruh rakyat. Perisai Pancasila haÂrus menjadi tameng seluruh rakyat Indonesia untuk berperang mengÂhadapi kemiskinan, korupsi, terÂorisme, narkoba, pornografi, dan penyakit-penyakit sosial lainnya, sehingga Indonesia sebagai negara yang kuat dan sejahtera, bukanlah suatu angan-angan tetapi suatu keÂnyataan yang harus dikongkritkan.
Ditulis oleh: Dekan Fakultas Hukum Universitas Pakuan,
Mahasiswa Program Doktor
Ilmu Hukum Universitas Indonesia