CUACA ekstrem panas atau El Nino level moderat melanda Indonesia tahun ini. El Nino ini mengancam produksi pertanian, khususnya sawah produsen padi. Pemerintah perlu mengantisipasi risiko kehilangan produksi akibat gagal panen selama kemarau tahun ini.
YUSKA APITYA
[email protected]
Melihat prediksi BMKG tahun ini kita akan dilanda El Nino modÂerat sampai NovemÂber-Desember. Itu akan menyebabkan kemunduran masa tanam khususnya padi 1-2 buÂlan. Dampak mengkhawatirkan yaiÂtu risiko gagal panen sekitar 60.000 hektar (ha) padi sawah,†ungkap Dwi Andreas Santosa, Guru Besar Institut Pertanian Bogor (IPB), sekaÂligus saat ini menjabat Ketua Umum Asosiasi Bank Benih dan Teknologi Tani Indonesia (AB2TI), kemarin.
Sebelumnya, Kementerian PertaÂnian mencatat ada 200.000 ha lahan padi sawah terancam kekeringan. Andreas mencatat, luas areal padi sawah terancam kekeringan lebih dari itu. “Kami sudah hubungi seluÂruh jaringan se-Indonesia, rata-rata 10-20% luas lahan sawah di daerah akan terdampak kekeringan. Luas totalnya terdampak akan mencapai 300.000 ha,†tuturnya.
Andreas menjelaskan, lahan terdampak kekeringan selain padi sawah tidak kalah mengkhawatirÂkan. “Lahan sawah non padi (paÂlawija) bahkan sudah kering, termasÂuk sawah irigasi teknis,†ujarnya.
Perkiraan Andreas, dari 300.000 ha lahan sawah terdampak kekerinÂgan, seluas 60.000 ha atau 20%-nya akan mengalami puso atau gagal panen. “Ada 60.000 ha puso, itu hanya jika El Nino sampai maksimal Desember dan hujan mulai turun pada bulan itu. Kalau hujan belum turun dan El Nino makin lama, tentu akan lebih luas sawah puso,†pungÂkasnya.
(net)