Untitled-8KOPI memang merupakan salah satu komoditas yang unggul di Indonesia. Kualitasnya yang mumpuni membuat kopi asal Indonesia sangat laris manis di pasaran dunia. Kopi Luwak yang sangat terkenal menjadi salah satu contoh betapa potensialnya komoditi kopi untuk dijadikan bisnis. Namun sayang, pengembangan bisnis kopi di Indonesia terbatas pada penjualan bahan mentah dan belum banyak menyentuh pada binsis sajian atau hidangan berkonsep toko atau cafe mewah.

Oleh : Apriyadi Hidayat
[email protected]

Kebanyakan bisnis berkonsep cafe mewah ini dimiliki oleh pebisnis luar. Starbucks dan Coffe Bean, menjadi salah satu contoh bisnis kedai kopi asal luar negeri yang berhasil mengekspansi pasar Indonesia. Padahal jika Anda tahu, bahan baku kopi yang diproduksi oleh Starbucks kebanyakan adalah kopi dari Indonesia. Ini tentu suatu hal yang sangat ironis.

Situasi inilah yang kemudian membuat Obi Anindito dan sang isteri Rakhma Sinseria atau yang sering dipanggil Ria untuk kemu­dian membuat kedai kopi dengan membawa nama Indonesia untuk berkibar di negeri sendiri. Dari cita-cita inilah kemudian lahir Coffee Toffee, sebuah gerai atau kedai kopi asli Indonesia yang telah sukses menyaingi kedai-kedai kopi luar negeri.

Seperti apakah perjalanan Ria dalam menjalankan bisnis Coffe Toffe ini sebena­rnya? Berikut ulasannya.

Berawal Dari Cita-cita dan Impian

Seperti yang dijelaskan sebelumnya bah­wa berdirinya Coffee Toffee ini berasal dari cita-cita dan impian sang pendiri yaitu Obi Anindito dan Rakhma Sinseria yang ingin mengangkat kelezatan kopi dalam negeri. In­spirasi dan munculnya impian sang pendiri sendiri muncul saat Obi masih kuliah di neg­eri Kangguru Australia.

BACA JUGA :  Takjil Segar dengan Blewah Pepaya yang Enak Cocok untuk Menu Bukber

Obi yang saat itu juga bekerja paruh waktu sebagai Barista di sebuah kedai kopi yang terkenal di dunia, sangat senang meng­habiskan hari-harinya bekerja. Saat bekerja itulah, dirinya merasa kopi yang digunakan oleh gerai tersebut berasa dari Indonesia. Melihat hal tersebut, Obi merasa tergugah, ia berpendapat mengapa bukan orang-orang Indonesia yang seharusnya berbisnis dan menikmati kopi-kopi enak asal Indonesia.

Awal Usaha Coffee Toffee

Coffee Toffee dirintis pertama kali oleh Odi dan sang istri Ria di Surabaya pda tahun 2006 silam. Tepatnya di garasi rumah yang berada di jalan Dharmahusada 181, Suraba­ya lahirlah kedai pertamanya. Garasi mobil rumah tersebut kala itu di sulap oleh mereka sebagai tempat bersantai untuk menikmati kopi bersama teman-temannya. Sembari terus memantapkan konsep dan strategi, Odi dan Ria terus menjalankan usaha kecil-kecilannya tersebut tanpa terpikir tentang manajemen atau omzet yang akan mereka dapatkan.

Saat membuka kedai kopi pertamanya itu, Odi mengeluarkan modal awaal sebesar Rp 5 juta. Nama usahanya yang bernama Cof­fee Toffee ini sendiri diambil oleh Odi dan Ria karena pengucapan yang punya irama pas dan memiliki arti permen cokelat yang sesuai dengan yang ditawarkan Coffee Toffee yang juga menyajikan cokelat sebagai pilihan menu.

Menghadapi Tantangan dan Rintangan

Usaha yang dijalankan Odi dan Ria tidak tiba-tiba mencapai sukses seperti sekarang. Banyak sekali tantangan dan rintangan yang dialami pada masa-masa perintisan Coffe Toffe. Meski sempat merasakan masa kejay­aan dengan memiliki 10 booth yang tersebar di Surabaya pada awal usahanya selama 2 ta­hun, Coffee Toffee justru mengalami kebang­krutan pada tahun 2008.

BACA JUGA :  Takjil untuk Buka Bersama dengan Sop Buah Mangga Leci yang Segar dan Enak

Adalah sebuah penipuan yang jahat yang membuat usaha Cofee Toffe menjadi demiki­an. Kebangkrutan ini bahkan membuat Odi dan Ria harus menjual mobil serta rumah yang mereka miliki untuk membayar hutang.

Tidak hanya kasus penipuan yang diha­dapi Odi, pada saat awal perintisan itu pas­angan ini juga mendapat tantangan cemoo­han dan hinaan dari oknum masyarakat yang menyatakan bahwa usaha Coffe Toffe-nya tersebut adalah merupakan bisnis penipuan hingga sempat usahanya masuk daftar hitam.

Mencapai Sukses Setelah Bangkit Dari Keterpurukan

Keterpurukan yang dialami Odi dan Ria tak membuatnya putus asa dan menyerah. Berbekal antusiasme dan keyakinan yang kuat, mereka kemudian bangkit dan membe­nahi semua yang kurang baik dalam sistem bisnisnya yang lalu. Tak ingin gagal lagi, pa­sangan ini kemudian serius membuat bisnis dengan menjadikan Coffe Toffee sebagai badan hukum dan membentuk konsep ker­jasama kemitraan.

Kebangkitan Coffe Toffe yang dimulai di Jakarta ini menjadikan Odi dan Ria sepakat untuk fokus dan membagi tugas. Odi ber­tugas mencari konsep dan berburu kopi ke daerah-daerah sedangkan Ria sang istri bertanggungjawab mencari informasi ten­tang sistem kemitraan dan manajemen. Dari sinilah Coffe Toffe sedikit demi sedikit bangkit dan menggapai kesuksesan dengan memiliki 113 café Coffee Toffee telah tersebar di Pulau Jawa, Jakarta, Kalimantan dan Su­lawesi, dengan omzet miliaran rupiah setiap bulannya. Tak heran jika kemudian Coffee Toffee kini dapat disejajarkan dengan brand kedai kopi Internasional seperti Starbucks dan Coffee Bean. (MAX)

============================================================
============================================================
============================================================