JAKARTA, TODAY — Berkah Lebaran Idul Fitri akan ikut mengobati duka ekonomi nasional yang tengah terpuruk. Paling tidak, ritual beÂlanja lebaran akan mendorong pertumbuhan ekonomi lebih tinggi pada Kuarta III tahun anggaran 2015.
Seperti diketahui, tren perlambatan ekonomi Indonesia masih berlanjut. Pada Kuartal I-2015, pertumbuhan ekonomi hanya 4,7% dan Kuartal II diperkirakan pada kisaran yang sama. Kuartal III perlambatan ekoÂnomi diharapkan dapat diredam dan perekonomian bisa menÂcapai angka yang lebih tinggi. Salah satu faktor pendorongnya adalah Idul Fitri. “Lebaran itu harusnya berkah untuk ekonoÂmi kita,†ungkap analis Samuel Sekuritas, Lana Soelistianingsih, Minggu (12/7/2015)
Menurut Lana, dari menjelang dan setelah Lebaran ekonomi akan bergerak lebih dinamis pada hampir semua sektor. SepÂerti yang terjadi pada semua jeÂnis transportasi, transaksi di pusat perbelanjaan, pola konsumsi maÂsyarakat dan yang lainnya.
“Aktivitas ini akan tercatat dalam komponen belanja rumah tangga yang merupakan refleksi dari aktivitas perekonoÂmian rill masyarakat,†jelas Lana.
Lana memperkirakan, reÂalisasi pertumbuhan ekonomi akan lebih tinggi dibandingkan capaian Kuartal I yang hanya sebesar 5% dan Kuarta II yang hanya 4,7%. Sehingga bisa menÂdorong pertumbuhan ekonomi dari realisasi Kuartal I-II yang di bawah 5% menjadi di atas 5%. “Kuartal III bisa di atas 5% kareÂna Lebaran ini,†sebut Lana .
Meski demikian, ada beberÂapa indikasi yang tampak tidak menggembirakan pada realisaÂsi impor Mei 2015 dan realisasi inflasi Juni 2015. Dibandingkan periode jelang Lebaran di tahun-tahun sebelumnya, realisasi kedÂua unsur ini sangat rendah.
“Harusnya impor, khususnya bahan baku dan konsumsi sudah tinggi. Begitu juga inflasi yang renÂdah sepertinya karena demand yang rendah. Tapi itu bisa meÂningkat pada Juli, karena gaji ke 13 cair, ada THR juga. Masyarakat akan banyak belanja,†paparnya.
Hingga akhir tahun, Lana masih memperkirakan pertumÂbuhan ekonomi pada kisaran 4,8-5%. Itu pun dengan catatan, anggaran yang dimiliki pemerÂintah segera dibelanjakan. TeruÂtama yang ada di pagu belanja infrastruktur.
“Saat Juli ada dorongan konsumsi masyarakat, biasanya Agustus itu menyusut, baru pemerintah bergerak langÂsung dengan belanjanya. Kalau pemerintah nggak juga spendÂing, ya susah,†tukasnya.
Dorong Konsumsi
Beberapa pekan lalu, pemerÂintah mengeluarkan kebijakan strategis mendorong konsumsi rumah tangga saat Lebaran. Kebijakan tersebut adalah keÂnaikan batas Penghasilan Tidak Kena Pajak (PTKP) menjadi Rp 36 juta per tahun yang berlaku mulai 1 Juli 2015.
Kemudian penghapusan beÂberapa kelompok barang yang selama ini terkena Pajak PenjuaÂlan atas Barang Mewah (PPnBM) yang berlaku efektif pada 9 Juli 2015 dan penurunan tarif tol seÂlama Lebaran.
“Kenaikan PTKP, penghapuÂsan PPNBM untuk produk terÂtentu dan penurunan tarif tol selama lebaran, dapat mendongÂkrak daya beli konsumen yang tengah lesu,†ungkap Ekonom Bank BII Myrdal Gunarto, Minggu (12/7/2015)
Bila daya beli masyarakat dapat terealisasi lebih tinggi dari kuartal sebelumnya, tentu akan sangat signifikan mendorong pertumbuhan ekonomi. SetidaÂknya pada Kuartal III, ekonomi bisa diperkirakan tumbuh di atas 5%. Sedangkan total di 2015 diperkirakan 4,9%.
“ Kebijakan-kebijakan dari pemerintah ini diharapkan dapat mendongkrak perekonoÂmian Indonesia yang saat ini dalam tren pertumbuhan menuÂrun,†jelas Myrdal.
Apalagi dengan kondisi peÂnyerapan anggaran belanja pemerintah yang masih rendah. Khususnya di belanja infrastrukÂtur yang baru terserap sekitar 10% dari total Rp 272 triliun.
“Pelonggaran fiskal ini juga diharapakan dapat menahan pelemahan ekonomi Indonesia yang akibat realisasi anggaran beÂlanja modal yang masih minim. Kami memperkirakan perekoÂnomian Indonesia akan tumbuh 4,9% pada tahun ini ,†papar Myrdal.
(Alfian M|dtc.finance)