kakianTREN penggunaan drone mulai beragam. Tak hanya untuk kepentin­gan militer dan fotografi saja. Namun baru-baru ini, drone digunakan untuk menangkap peserta ujian yang melakukan kecurangan selama ujian masuk China National College (Gaokao). Tes ujian masuk ini disebut-sebut seba­gai tes ujian masuk yang pal­ing sulit di dunia.

Oleh : (Yuska Apitya Aji)

GEBRAKAN PT. Salak Bisnis Internasional yang bakal menggelar Drone National Expo 2015 dengan tajuk tema Conquer The Sky With Your Hand yang berlokasi di Hotel Salak The Heritage pada 4-5 Juli 2015, akal menjadi ajang bombastis penggila au­totekno Nasional. Acara yang dirancang untuk memper­temukan komunitas pecinta drone ini juga bakal memberi­kan pengetahuan kepada ma­syarakat luas tentang kegunaan dan penggunaan yang aman.

Marketing Direktur, Na­sar Sarkis, mengatakan akan banyak macam-macam drone dan harga yang akan ditawar­kan. “Banyak jenis nanti yang akan ditampilkan di sini sep­erti Quadcopter, Hexacopter, Parrot, Walkera dan masih banyak lagi, dan kami juga me­nyediakan bagi peminat untuk membeli dengan harga mulai Rp3 juta sampai ratusan juta rupiah,” ujarnya.

BACA JUGA :  KURANG ELOK PRAMUKA BERUBAH DARI EKSKUL WAJIB JADI PILIHAN

Ia menambahkan, banyak ragam drone dengan multi­fungsi, mulai untuk kepentin­gan militer, pendidikan hingga fotografi. “Baru-baru ini drone dipakai di Tiongkok untuk keperluan pengawasan ujian,” kata dia.

Merujuk di situs resmi Tiongkok, drone ini bakal bekerja selama ujian berlang­sung, yaitu selama dua hari. Peserta ujian ini tercatat se­banyak 10 juta siswa Tiong­kok. Di banyak negara Asia, ada tekanan yang ekstrem bagi siswa untuk dapat lulus pada ujian masuk perguruan tinggi.

Begitu banyak kasus gagal lulus dalam ujian masuk uni­versitas yang berujung pada bunuh diri. Pada tahun 2014, ada 79 kasus bunuh diri siswa Tiongkok yang gagal lulus dalam seleksi ujian masuk uni­versitas.

Kecurangan juga sangat merajalela dalam tes ujian ma­suk ini. Berbagai macam cara curang digunakan oleh siswa yang ikut tes, mulai dari meng­gunakan kacamata yang dita­nam dengan kamera, T-shirt yang dapat menyembunyikan ponsel, hingga menggunakan radio pemancar.

BACA JUGA :  Bawolato Nias Geger, Penemuan Mayat Pria Mengapung di Sungai Hou Sumut

Untuk menangkap peserta curang yang menggunakan teknologi canggih tersebut, ada perusahaan asal Tiongkok, Luoyang Radio Authority telah mengembangkan drone khu­sus yang dapat terbang hingga 1.640 kaki, dan dapat melaku­kan scanning untuk sinyal ra­dio hingga 310 mil.

Drone khusus ini akan dikontrol oleh administrator dan staf khusus dengan meng­gunakan tablet. Ketika drone mendeteksi sinyal radio, maka drone akan diarahkan pada sumber sinyal.

Ketika drone sudah berada pada sumber sinyal, peserta yang curang hanya tinggal menunggu waktu untuk dia­mankan. Peserta curang yang tertangkap akan menghadapi hukuman sampai pada penun­tutan. Mereka yang tertangkap tidak dapat mengikuti ujian hingga tiga tahun ke depan. “Di pameran Tekno Drone di Bogor alat ini juga akan diper­kenalkan,” kata Nasar.

============================================================
============================================================
============================================================