Studi baru menemukan masyarakat ternyata mengonsumsi lebih banyak garam dan kolesterol di restoran dibandingkan di tempat makan siap saji. Demikian penemuan yang diterbitkan di European Journal of Clinical Nutrition
Oleh : ADILLA PRASETYO WIBOWO
[email protected]
Alhasil, detil nutrisi restoran bukan siap saji kurang diteliti. “Masyarakat terlalu memfokuskan diri pada fast food,†kata peneliti Ruopeng An, asisten profesor departemen kinesiologi dan kesÂehatan masyarakat University of Illinois at Urbana-Champaign.
Oleh karena itu An mengguÂnakan data dari National Health and Nutrition Examination SurÂvey 2003-2010 untuk menganaliÂsa makanan yang dikonsumsi dan tempatnya. Dalam data tersebut, hampir 19 ribu orang d e w a s a melaporÂk a n sendÂi r i semua makanan yang disantap selama dua hari.
Penelitian ini, dan banyak juga sebelumnya, menemukan makan di restoran siap saji dan restoran biasa ternyata lebih buruk dibandingkan makan di rumah. Kedua jenis restoran itu ada hubungannya dengan penÂingkatan asupan kalori harian, leÂmak, lemak jenuh dan garam.
Makan di restoran siap saji ada hubungannya dengan eksra 190 kalori sehari sementara makan di restoran biasa mendapat tamÂbahan 187 kalori. Lemak yang diÂdapat pun rata-rata sama per hari: 10 gram.
Menariknya, restoran biasa ternyata menyajikan lebih banyak sodium dan kolesterol dibandingÂkan di restoran siap saji. Restoran biasa terbukti memberikan ekstra 48 mg kolesterol setiap hari seÂmentara di resto siap saji hanya 10 mg. Garam ekstra yang diÂd a p a t d a r i restoran siap saji sebesar 297 mg sedangkan di restoran biasa eksÂtra garam itu sebanyak 412 mg.
Studi juga menemukan, memÂbeli kemudian makan di rumah lebih baik daripada makan di temÂpat. An membandingkan menyanÂtap makanan restoran di rumah, baik dengan membawa pulang atau pun dengan pengantaran, dan makan di restoran.
Hasilnya, peningkatan kalori, lemak, lemak jenuh, kolesterol dan garam paling banyak terjadi saat makan di restoran. Orang mendapatkan tambahan 200 kaloÂri sehari ketika makan di restoran sedangkan peningkatan hanya 121 kalori ketika mereka mengonsumÂsi makanan restoran di rumah. “Ketika makan di restoran, maÂsyarakat punya banyak waktu, lebih rileks, akibatnya jadi makan berlebihan,†jelas An.
Namun ia juga menemukan hal baik pada makan di restoran. Makan di restoran dibandingkan di tempat makan siap saji ada hubungannya dengan peningkaÂtan asupan omega 3, vitamin B6, vitamin E, magnesium, potasium dan zinc serta berkurangnya konÂsumsi gula. “Dari prespektif ini, makan di restoran tak selamanya buruk,†katanya.
Ia berharap hasil penelitian ini akan mendorong semakin banyak masyarakat untuk memasak sendÂiri. Namun ia realistis, masyarakat tak bisa dihentikan pergi makan ke luar. “Anda tak harus mengÂhabiskan satu porsi makanan yang dihidangkan di meja. Anda selalu dapat membawa pulang makanan untuk dimakan keesokan harinÂya,†ujarnya memberi tip. (*)