RACUN ada di mana-mana. Bukan hanya di makanan, tetapi juga zak kimia berbahaya klorin (cl) ada pada pembalut wanita dan pantyliner. Zat ini bisa memicu kanker dan keputihan pada wanita.
YUSKA APITYA AJI ISWANTO
[email protected]
Temuan horor ini menÂcuat dari hasil investigasi Yayasan Lembaga KonÂsumen Indonesia (YLKI) atas produk pembalut dan pantyliner. Menurut YLKI, perempuan Indonesia terancam mengidap keputihan, kanker, dan infertilitas akibat penggunaan pemÂbalut dan pantyliner mengandung klorin tersebut.
Penelitian terbaru dari YLKI menunjukkan, sebagian besar pemÂbalut wanita yang terdaftar di KeÂmenterian Kesehatan dan beredar di pasaran bebas ternyata mengandung klorin dengan kadar yang beragam. Pengujian kadar klorin dilakukan pada Januari-Maret 2015 di laboraturium independen yang terakreditasi dengan mengambil sampel sembilan merek pemÂbalut dan tujuh merek pantyliner yang dijual di retail moderen (supermarket). Hasil pengujian lab menunjukkan bahwa seluruh sampel mengandung klorin denÂgan rentang 5 sampai dengan 55 ppm.
Padahal, Food and Drug AdministraÂtion (FDA) atau lembaga pengawasan obat dan makanan di Amerika Serikat menetapkan bahwa seluruh produk yang digunakan untuk menstruasi, baik pemÂbalut atau tampon, harus bebas klorin karena klorin berbahaya bagi kesehatan. Klorin merupakan bahan kimia yang biÂasa digunakan sebagai pemutih.
Pengurus Harian YLKI Ilyani Sudrajat mengatakan, selama ini cukup banyak keÂluhan dari perempuan yang mengatakan pembalut yang mereka gunakan menyeÂbabkan iritasi. “Kami sendiri orang-orang YLKI juga merasakan dampak buruk pembalut yang merugikan kesehatan,†kata Ilyani, Selasa(7/7/2015).
Sementara di Indonesia sendiri, StanÂdar Nasional Indonesia (SNI) pembalut dan pantyliner belum mencantumkan kadar klorin di dalamnya.
Ilyani menyatakan, konsumen harus berhati-hati memilih produk pembalut karena menyangkut ancaman bahaya yang cukup serius. “Ini menyangkut reÂproduksi perempuan, sehingga harus diperhatikan dengan baik. Sayangnya pemerintah kita belum membuat reguÂlasi tentang hal ini,†kata Ilyani.
Penelitian oleh YLKI menunjukkan sebagian besar pembalut di pasaran mengandung klorin yang membahayÂakan kesehatan. Dalam pengujian yang dilakukan di laboratorium independen TUV NORD pada Januari-Februari 2015, terbukti sembilan merek pembalut dan tujuh merek pantyliner mengandung klorin dengan kadar beragam. Produsen dari merek tersebut tidak mencantumÂkan kandungan klorin pada komposisi. Namun hasil pengujian YLKI menunjukÂkan pembalut dan pantyliner itu menÂgandung klorin yang biasa digunakan sebagai pemutih.(*)