Sedekahpun sangat banÂyak ragamnya, tidak harus pemberian kita berupa uang, makanÂan, atau benda-benda yang bermanfaat tetapi dengan memberikan nasehat saja keÂpada orang lain sudah termasuk sedekah kita. Apalagi sedekah berupa nasehat kita itu dapat merubah seseorang dari perilaku yang buruk yang biasa ia lakukan berubah kea rah manusia yang baik. Inilah yang sangat diajarÂkan oleh Islam dalam kehidupan sosial. Anjuran ini sebagai wujud bahwa agama Islam sangat memÂperhatikan tetangga dan kerabat yang terdekat, janda-janda, lanÂsia, fakir miskin dan anak-anak yatim. Bahkan ajaran Islam sanÂgat menganjurkan kepada umatÂnya untuk sayang kepada tetangÂga terdekat yang membuktikan betapa bentingnya sedekah atau pemberikan kepada orang lain.
Anjuran sederhana yang diaÂjarkan dalam islam pada saat tetÂangga yang disamping kita meraÂsakan kesusahan maka kita juga merasakan kesusahan itu. Salah satu yang bisa digunakan untuk menolong dan bertetangga denÂgan baik yaitu memberikannya makan atau berupa uang yang sedikit bisa meringankan beban hidup. Sekurang-kurangnya ada beberapa pemberian terbaik atau sedekah yang terbaik yang dikategorikan.
Sedekah dikatakan terbaik jika yang memberikannya masih dalam keadaan miskin dan yang kaya tidak takut miskin untuk memberikan barang miliknya kepada orang lain. Sedekah dari orang miskin dikatakan terÂbaik karena orang yang masih kekurangan tetapi masih ingin berbagi kepada orang lain. Justru inilah yang sulit kita cari, justru seseorang bersedekah menunggu dirinya mampu terlebih dahulu padahal yang namanya sedekah tidak harus uang yang banyak yang harus diberikan kepada yang membutuhkannya. Kita bisa memberikan nasehat sebagai bentuk sedekah dan partisipasi kita sehingga sedekah yang terÂbaik pada saat kita miskin.
Sedekah juga dikatakan seÂdekah terbaik jika orang kaya yang terus memberikan harta bendanya kepada orang lain tanpa takut miskin sebab sudah tertanam dalam dirinya bahwa bersedekah akan ada imbalan duÂniawi berupa rezeki yang bertamÂbah banyak dan jaminan untuk masuk ke surga sebab sedekah itulah salah satu ibadah yang tak pernah terputus mekipun kita meninggal dunia. Di samping itu, pemberian yang diberikan keÂpada orang lain harus memenuhi mutu atau kualitas. Jangan sampai pemberian kita berupa makanan ataupun uang serta benda lain tidak memenuhi mutu yang dipersyaratkan oleh agama terutama mutu dari makanan yang kita berikan.
Perlu diperhatikan pembeÂrian yang diberikan kepada orang lain jangan sampai membuat si penerima justru sakit hati dengan apa yang telah kita berikan. Pada saat memasak saja kemudian tetangga yang berada disampÂing merasakan sedapnya baunya makanan maka jelas harus diÂberikan sebagian kepadanya. Jika pemberian yang seperti itu yang dilakukan maka jelaslah tetangga akan merasakan sedikit lezatnya dari apa yang telah dimasak oleh tetangganya.
Kasus seperti di atas bisa diÂkatakan pemberian yang cukup baik tetapi bagaimana jadinya jika ada sisa makanan dirumah seseorang maka makanan itu biÂasanya diberikan kepada orang lain tanpa melihat mutunya yang sudah menurun. Sudah lama tersimpan di kulkas sehingga mengeluarkan bau busuk yang tiÂdak sedap baunya. Bahkan benar-benar sudah beracun dan makanÂan sisa tadi juga sudah hampir basi tetapi karena merasa sayang untuk dibuang maka diberikanÂlah kepada tetangga. Makanan yang kita berikan juga harus makanan yang bener-benar baik, artinya bukan makanan yang kita panaskan berulang-ulang kemuÂdian karena kita bosan justru tetÂangga yang harus mencicipi dari mutu jelek makanan kita itu.
Pemberian yang seperti ini sama artinya kita memberikan makanan yang tidak layak kepada orang lain dan memberikannya karena takut basi bukan karena niat kita yang tulus untuk memÂberikan kepada orang lain. Mutu pemberikan yang kedua yang harus diperhatikan dari mana asalnya pemberian itu. Jika hasil pemberian hasil dari tindakan korupsi maka hasil pemberian berupa uang ataupun yang telah dialihkan dalam bentuk makanan tidak lagi bermutu sehingga seÂmakin sulit dirasa jika ada imbaÂlan yang akan didapatkan berupa pahala yang banyak dari pembeÂrian itu. Bahkan orang yang meÂnyedekahkan hasil korupsinya kemudian dimakan dan terpakai oleh orang lain maka segitu juga banyaknya dosa yang ia dapatkan sesuai dengan bunga sedekah yang halal yang tidak pernah terÂputus. Lantas berapa dosa yang harus ditanggung pada saat seÂdekah itu bukan sedekah yang halal.
Di samping mutu dan kualiÂtasnya yang kita perhatikan maka kita harus menjadi manusia yang belajar ikhlas untuk memberikan sesuatu kepada orang lain. Tidak mengharapkan imbalan dan siap pula suatu waktu orang yang diÂberikan sedekah tidak pula memÂbalas seperti apa yang telah kita berikan. Belajar ikhlas menunjukÂkan bahwa kita harus rela dan tiÂdak akan mengungkit-ungkit apa yang telah kita berikan kepada orang lain. Selain iklas maka kita juga tidak boleh menghitung-hiÂtung apa yang telah kita berikan kepada orang lain sebab hal itu bisa menjadi duri baginya dikeÂmudian hari sehingga kita harus pula menerima tanggungjawan atas perbuatan kita itu.
Hindari juga sikap pamer atas apa yang telah diberikan. Tidak memberi tahu kepada orang lain bahwa dirinya telah memberikan sekian dan sekian kepada orang-orang tertentu. Sedangkan yang terakhir, kita juga tidak boleh mengungkit-ungkit apa yang telah diberikan kepada orang lain. Jika kita bisa menjadi manusia yang seperti ini maka tergolonglah apa yang kita berikan menjadi berkah hidup kita didunia dan menjamin banyaknya pahala yang tak perÂnah terputus untuk kita pada saat meninggal dunia. Jika ada yang bersedekah bukan dengan kriteri yang kita maksudkan maka sanÂgat sulitlah baginya menerima banyaknya pertanggungjwaban atas apa yang telah diberikannya kepada orang lain sebab setiap apa yang kita berikan kemudian kita tidak iklhlas tetapi justru kita ingin juga ia menolong kita suatu waktu maka tergolonglah pula pemberiannya bukan lagi pemÂberikan yang tergolong pembeÂrian terbaik. (*)
#Â Oleh: BAHAGIA, SP., MSC.
Penulis, Peneliti, dan Dosen Tetap Fakultas Agama Islam Universitas Ibnu Khaldun Bogor, tengah menempuh PenÂdidikan S3 di IPB.