Untitled-2Saya dianggap punya mimpi ketinggian. Apa yang mau saya capai dibilang muluk-muluk,” ujar William Tanuwijaya.

Anggapan tersebut bukan datang tanpa se­bab. William, tumbuh besar di lingkungan keluarga yang tidak berpengalaman berbisnis. Ia juga berkarir sebagai seorang karyawan selama 10 tahun. Hal paling nyata yang berkaitan dengan internet hanyalah pengal­amannya saat kerja sampingan sebagai penjaga opera­tor warung internet (warnet) semasa kuliah.

Setelah itu, William juga sempat bekerja di sebuah forum jual beli pada tahun 2007, di mana pada saat itu banyak pengguna yang komplain mengenai penipuan transaksi.

Dari situ, William melakukan riset mengenai usaha internet mengapa seakan-akan menjadi ‘sarana’ krimi­nal. William merasa internet seharusnya menjadi akses berguna untuk mempermudah segalanya, termasuk kegiatan jual-beli.

Kala itu, William melihat ada peluang yang seki­ranya bisa mengubah pandangan usaha internet yang penuh penipuan menjadi kegiatan yang bisa dikem­bangkan, mengingat kemajuan teknologi semakin pesat dewasa ini.

“Selain melihat internet sebagai celah, saya juga ri­set bahwa masyarakat Indonesia itu banyak yang butuh kerja sampingan. Saya langsung kepikiran ingin mem­buat perusahaan semacam eBay,” cerita William.

Sulit mencari modal. Berbekal tekad kuat, ia menceritakan seluruh idenya kepada atasan tempat William bekerja. Harapannya agar bisa diberi bantuan modal untuk merealisasikan mimpinya.

BACA JUGA :  Jadi Ujung Tombak Jaga Lingkungan, Dedie Rachim Ajak RW se-Kota Bogor Gali Potensi Wisata Wilayah

Namun karena melihat latar belakang yang dirasa belum pas, sejumlah orang meragukan kesuksesan Wil­liam. Apalagi untuk memberikan modal.

“Mereka ‘menginvestigasi’ latar belakang saya yang tidak lahir dari keluarga bisnis, jurusan kuliah juga ten­tang nusantara Indonesia. Jadi mereka menyarankan agar saya menghabiskan karir saya untuk hal lain yang lebih ‘realistis’,” kenang William sembari tertawa kecil.

Tapi penolakan tersebut tidak membuatnya ber­henti, William terus mencari alternatif dan coba me­nyakinkan sejumlah orang agar mau memberinya bantuan. “Selama dua tahun saya mencari modal, akh­irnya bos saya sendiri yang memberi modal 10 persen,” lanjutnya.

Berdiri dan investasi Setelah berdiri tahun 2009, William berjerih payah membangun Tokopedia dengan modal seadanya. Ke­mudian tak lama investor mulai berdatangan, salah sa­tunya East Ventures.

William mengungkapkan, saat awal berdiri, 90 persen saham di Tokopedia dimiliki oleh investor lo­kal. Ia mengaku sulit sekali meyakinkan para investor untuk mau berinvestasi karena mereka khawatir Toko­pedia ‘kabur’ setelah diberi suntikan dana.

Namun kini, Tokopedia banyak mendapat suntikan dana dari asing. Setiap tahun sejak tahun 2010, Tokope­dia selalu mendapat investasi dari East Ventures (pada 2010), CyberAgent Ventures (2011), Beenos (2012), dan SoftBank (2013).

BACA JUGA :  Jadwal dan Lokasi SIM Keliling Kabupaten Bogor, Jumat 29 Maret 2024

“Bahasa Inggris saya dulu masih kacau sekali. Lucu­nya, awal-awal investor kami kebanyakan dari Jepang. Jadi kemampuan bahasa Inggris saya tidak terlalu ter­lihat buruk di depan mereka,” tutur William sambil tertawa.

Terakhir, Tokopedia mendapat investasi lagi dari SoftBank dan Sequoia Capital pada Oktober 2014 se­nilai US$ 100 juta atau sekitar Rp 1,2 triliun. William mengklaim, investasi kepada perusahaannya ini meru­pakan yang terbesar bagi perusahaan internet Indone­sia dan Asia Tenggara.

Ia merupakan salah satu pemimpin yang menaruh perhatian besar pada pengembangan keahlian sumber daya manusia. Dalam menghadapi pasar dan kompeti­tor asing, William mengaku bahwa mereka memiliki ‘dapur’ teknologi dan ekosistem lebih mumpuni.

“Dua perusahaan investasi besar di dunia, Softbank dan Sequoia menyimpan kepercayaan kepada Toko­pedia dengan memberi modal Rp 1,2 triliun. Dari situ, salah satu agenda kami adalah meningkatkan kualitas SDM untuk menunjang teknologi lokal,” jelas William.

Selama lima tahun berdiri, Tokopedia berhasil menjadi mal online sukses yang membantu UKM mengembangkan usaha mereka.

“Bukan tidak mungkin jika Tokopedia akan mem­bangun Googleplex di masa depan. Indonesia juga ha­rus bisa ciptakan Silicon Valley-nya sendiri,” serunya, saat membicarakan mimpi jangka panjang Tokopedia. (CNN)

Oleh : Apriyadi Hidayat
[email protected]

============================================================
============================================================
============================================================