PARUNGPANJANG, TODAYÂ – Anggota Komisi VI DPR RI Fraksi PAN Primus Yustisio,SE menggelar kegiatan sosialÂisasi empat pilar yang dilanÂjutkan dengan buka puasa bersama di perumahan Griya Parung Panjang Kabupaten Bogor, Jumat, 10 Juli 2015.
Empat pilar kebangsaan yakni pancasila sebagai dasar dan ideologi negara, Undang- Undang Dasar Negara RepubÂlik Indonesia tahun 1945 sebÂagai konstitusi negara, Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI) sebagai bentuk negara dan Bhinneka Tunggal Ika sebagai semboyan Bangsa Indonesia, harus tetap kokoh dalam kehidupan berbangsa dan bernegara
Primus menekankan pentÂingnya kegiatan sosialisasi empat pilar untuk membangÂkitkan jiwa nasionalisme masyarakat di tengah meÂlemahnya pemahaman maÂsyarakat terhadap nilai-nilai kebangsaan.
“Pemahaman yang minim tentang nilai kebangsaan bisa memicu retaknya persatuan nasional dan disintegrasi bangsa. Terutama untuk genÂerasi muda yang merupakan tonggak peradaban sebuah negara. Mereka perlu diinÂgatkan kembali tentang pilar-pilar bangsa karena kelak merekalah yang akan menÂjaga negara kita dari berbagai ancaman,†papar Primus.
Sosialisasi kali ini lebih isÂtimewa karena dilaksanakan di bulan Ramadan. Karena esensi dari sosialisasi sesuai dengan nafas Ramadan. DiÂmana pada bulan ini umat IsÂlam tak hanya dituntut untuk meningkatkan habluminnalÂlah tapi juga menjaga habluÂminannas.
Antara lain dengan infaq, zakat dan shadaqah serta amaÂlan lainnya dalam membantu sesama manusia, tapi juga mengasah toleransi baik antaÂrumat seagama maupun denÂgan umat yang beragama lain.
Menjaga toleransi, meruÂpakan salah satu sikap yang harus disosialisasikan ditenÂgah masyarakat yang kini mudah terprovokasi oleh isu-isu yang dihembuskan pihak-pihak yang tidak bertanggung jawab. Karenanya, sosialisasi empat pilar ini penting unÂtuk terus dilakukan agar maÂsyarakat lebih peka terhadap pihak-pihak yang akan memÂecah belah persatuan bangsa.
Tidak sebatas itu, RaÂmadhan juga mengajarkan umat Islam untuk disiplin dan tertib aturan. Hal ini menjadi poin penting dalam pembahasan sosialisasi emÂpat pilar dimana masyarakat wajib patuh pada hukum negÂara, tidak mementingkan diri sendiri dan mengutamakan keselamatan dan keamanan bersama.
Lebih jauh dari itu, RaÂmadan diharapkan memiliki efek domino dalam kehiduÂpan bernegara.
Ketika umat Islam diwaÂjibkan menahan hawa nafsu, termasuk makan dan minum, secara tidak langsung menÂgajarkan umat untuk menÂgontrol keinginannya. Jika itu sudah bisa dilakukan, maka masyarakat akan menghindarÂkan diri dari korupsi yang sanÂgat merugikan orang lain, terÂlebih bangsa dan negara.
Tentu saja, pemaparan tadi hanya sebagian kecil dari nilai-nilai sosialisasi yang bisa berjalan beririnÂgan dengan ajaran Islam. Primus mengatakan masih banyak “pekerjaan rumah” yang harus diselesaikan bangsa ini untuk menjaga keutuhan dan kedaulatan bangsa.
(Yuska Apitya Aji)