BANYAK prestasi dan kemenangan gemilang umat Islam terjadi justru pada bulan suci Ramadhan yang penuh berkah ini, bulan ramadhan yang diawalnya rahmat, pertengahannya maghfirah dan penghujungnya pembebasan dari api neraka. Maka bulan suci ramadhan sebagai tamu agung ini selalu dinantikan oleh umat Islam setiap tahunnya.
Oleh: HERU BUDI SETYAWAN
Pemerhati Pendidikan
Sejarah mencatat prestasi dan kemenangan gemilang umat IsÂlam tersebut, yaitu :
Perang Badar Kubra, perang ini terjadi pada 17 Ramadhan tahun 2 hijriyah. Dimana pasuÂkan “mini†kaum muslimin yang hanya berjumlah sekitar 300an orang bertempur melawan paÂsukan Quraisy dari Mekkah yang berjumlah sekitar 1.000 orang lebih dengan persenjataan lengÂkap. Akhirnya, secara dramatis pasukan muslimin mampu menÂgalahkan pasukan Quraisy. Hasil ini memang tidak terlepas dari bantuan Allah SWT yang termakÂtub dalam Kitab Suci Al Qur’an Surat Ali Imran ayat 123:“Sungguh Allah telah menolong kamu dalam Peperangan Badar, padahal kamu adalah (ketika itu) orang-orang yang lemah.â€
Perang ‘Ain Jalut, perang ini terjadi pada tanggal 15 Ramadhan tahun 658 hijriyah, antara pasuÂkan muslimin pimpinan Quthuz dan Baibars melawan pasukan Mongol pimpinan Kitbuqa. Perang yang sangat luar biasa, mengingat kekuatan kaum muslim melawan Bangsa Mongol relatif seimbang secara jumlah. Akan tetapi, saat itu Mongol memang memiliki nama besar sebagai bangsa yang tidak pernah terkalahkan sebelÂumnya. Subhanallah memang. laÂgi-lagi Allah menunjukkan kekuaÂsanNya dengan membantu kaum muslimin memenangkan peperÂangan tersebut.
Proklamasi Kemerdekaan ReÂpublik Indonesia, proklamasi ini bertepatan dengan hari Jum’at tanggal 9 Ramadhan. Ketika itu, Soekarno-Hatta ditemani tokoh-tokoh nasional lainnya secara dramatis memproklamirkan keÂmerdekaan Indonesia. Suatu momentum yang menjadi motiÂvasi besar bagi bangsa ini untuk melepaskan diri dari belenggu penjajahan. Bisa kita bayangkan dalam kondisi puasa para FoundÂing father ( pendiri bangsa ) dan para golongan pemuda ini memÂpersiapkan segala sesuatu yang berhubungan dengan Proklamasi.
Luar biasa bukan, berkah buÂlan suci Ramadhan bagi bangsa Indonesia dan kaum muslimin? Di saat lesu, letih, lemah karena puasa, sejarah membuktikan bahÂwa puasa bukanlah penghalang untuk berbuat sesuatu hal yang fenomenal dan penuh prestasi. Rasa lapar sewaktu kita puasa, pada suatu titik tertentu akan menimbulkan energi yang luar biÂasa. Maka atas dasar itu, kita bisa membuat prestasi dan meningÂkatkan mutu SDM (Sumber Daya Manusia) bangsa Indonesia pada bulan suci ramadhan ini, dengan menjalankan ibadah puasa ramaÂdhan dengan serius dan sesuai dengan syariat Islam.
Pertama, puasa melatih kejuÂjuran. Dengan puasa yang benar seharusnya akan menciptakan sifat jujur seorang muslim, sewaktu puaÂsa kita bisa sembunyi untuk makan atau minum, tapi hal ini tidak kita lakukan, karena kita yakin ada AlÂlah Yang Maha Mengetahui, Allah mengetahui segala sesuatu yang ada di bumi dan langit serta dianÂtara keduanya. Sesungguhnya bagi Allah tidak ada satupun yang terseÂmbunyi di bumi dan tidak (pula) di langit.( QS. Ali Imran ayat 5 )
Tapi kenapa kenyataannya, masih banyak orang curang dan tidak jujur serta maraknya kasus KKN (Korupsi Kolusi dan NepoÂtisme) di Indonesia. Hal ini dikÂarenakan puasa tersebut masih bersifat lahir, belum sampai puasa batin. Atau kita belum punya sifat ihsan, yaitu sifat selalu merasa diawasi oleh Allah, atau sifat kita seakan bisa melihat Allah, kalauÂpun kita tidak bisa melihat Allah, pasti Allah melihat kita. Karena puasanya masih bersifat lahir buÂkan bersifat batin, makanya tidak mengherankan jika ada pejabat yang sehabis solat di masjid, keÂmudian bisa korupsi di kantor, atau peserta didik setelah berdoa di kelas kemudian menyontek sewaktu ujian.
Kejadian tersebut bisa terjadi, selain karena puasanya masih bersifat lahir, juga dikarenakan adanyanafsu kita yang besar dan kita tidak bisa mengendalikan nafsu kita tersebut. Pada bulan suci ramadhan ini semua setan digembok, pintu surga dibuka lebar-lebar dan pintu neraka diÂtutup rapat-rapat, maka jika di bulan suci ramadhan ini masih ada seorang muslim yang bermakÂsiat dan berbuat dosa itu lantaran orang tersebut tidak bisa menÂgendalikan nafsunya yang sangat besar, bukan karena godaan setan yang terkutuk.
Coba anda simak, mengapa pada awal puasa banyak orang solat tarawih berjamaah di Masjid sampai penuh, padahal pada hari biasa hanya sedikit jamaahnya. Atau mengapa pada ramadhan kita gampang dan ringan memÂbaca Al qur’an, mudah melakukan ibadah serta kebaikan yang lain, karena setannya digembok. Tapi pada akhir puasa, kebanyakan dari kita kembali seperti semula, yaitu malas ibadah, ini karena pengaruh nafsu kita.
Kedua, puasa melatih kedisÂiplinan. Salah satu hikmah dari puasa adalah, waktu makan kita di buat sama, yaitu waktu berbuka puasa dan waktu sahur, sedang larangan makan juga dibuat sama yaitu dari imsak sampai waktu adÂzan magrib. Ini merupakan latihan untuk kedisiplinan yang luar biÂasa, dan umat Islam sangat memaÂtuhi aturan ini, tidak ada umat IsÂlam yang melanggar, kecuali anak kecil, karena masih belajar puasa
Tapi kenapa begitu puasa seÂlesai, kebanyakan kita suka meÂlanggar peraturanlagi dan tidak disiplin lagi. Hal ini terjadi, karena sewaktu kita melanggar peraturan dan tidak disiplin, tidak ada keiÂmanan di hati kita. Orang beriman juga punya keinginan untuk meÂlanggar peraturan dan tidak disipÂlin, tapi orang beriman tidak jadi melakukan karena orang beriman rasa takutnya lebih besar pada Allah. Orang berimanpun bisa berbuat dosa, karena tidak ada orang yang sempurna dan luput dari dosa, tapi orang beriman jika berbuat salah atau berbuat dosa segera bertobat dan tidak menguÂlangi lagi.
Ketiga, puasa melatih peduli pada sesama. Puasa adalah sarana yang paling ampuh untuk beremÂpati pada saudara kita yang belum beruntung. Dengan berpuasa akan menimbulkan kepedulian social yang pada akhirnya menumbuhÂkan kasih sayang diantara sesama manusia. Dan akhirnya puasa bisa menghasilkan hamba yang derÂmawan, bukankah seorang musÂlim yang beriman itu harus menÂcintai sesama saudara muslim seperti mencintai dirinya sendiri.
Tapi kenapa masih banyak pengemis dan orang terlantar di pinggir jalan? Maka masih banyak dibutuhkan kepedulian kita unÂtuk membantu saudara kita yang kurang beruntung ini. Untuk soluÂsi ini kita bisa mencontoh pada Ustadz Muhammad Arifin Ilham, dahulu di Masjid Az Zikra Sentul juga ada pengemis, tapi sekarang tidak ada, karena Ustadz yang terkenal dengan icon dzikir ini memberi modal pada para bekas pengemis ini. Para mantan pengeÂmis ini di suruh menjadi pedagang asongan di sekitar Masjid Az Zikra.
Apa yang sudah dilakukan oleh Ustadz Muhammad Arifin IlÂham ini patut di contoh oleh penÂgurus DKM ( Dewan Kemakmuran Masjid ) di seluruh Indonesia, agar Masjid di Indonesia bebas dari pengemis. Sedang pengemis yang ada di pinggir jalan adalah tangÂgung jawab pemerintah, perusaÂhaan dengan dana CSR (Corporate Social Responsibility ), orang kaya dan seluruh rakyat Indonesia. Jika orang kaya memberi orang tidak mampu, berarti yang kaya sayang pada yang tidak mampu dan yang tidak mampu menghormati yang kaya. Jangan sampai terjadi orang kaya pelit, nanti orang tidak mamÂpu akan membenci sama orang kaya. Banyak kasus kejahatan bahkan pembunuhan dipicu oleh orang kaya yang pelit dan somÂbong terhadap orang miskin.
Keempat, ramadhan adalah bulan tarbiyah ( pendidikan ). Harusnya orang muslim itu maju, karena orang muslim itu menjadi masyarakat pembelajar yaitu maÂsyarakat yang belajar sepanjang hidup, karena menuntut ilmu dimulai dari lahir sampai liang lahat. karena menuntut ilmu bagi seorang muslim adalah wajib, tunÂtutlah ilmu meski sampai ke negÂeri Cina, menuntut ilmu itu adalah jihad. Allah juga menyuruh kita iqro’ ( bacalah ), tapi kenyataanÂnya minat baca orang Indonesia menurut UNESCO pada tahun 2012 hanya 0.001 artinya hanya 1 dari 1.000 orang Indonesia punya minat baca serius, menyedihkan bukan!
Harusnya umat Islam di IndoÂnesia mengisi bulan suci ramadÂhan ini dengan belajar agama IsÂlam lebih serius, lebih mendalam, bukan malah lebih sibuk menÂgurusi petasan, ketupat, mudik, baju baru, kue lebaran, nonton TV sambil ketawa-ketawi, I’tikaf di mall, ngabuburit dan semua kegiatan yang sia-sia dan tidak produktif ( hal ini saya sebut sebÂagai puasa tradisi )
Dengan sifat jujur, disiplin, peduli pada sesama dan menjadi masyarakat pembelajar harusnya mutu SDM bangsa Indonesia seÂmakin meningkat dan Indonesia menjadi negara maju, tapi kenapa sampai sekarang bangsa IndoneÂsia tidak maju-maju, karena selaÂma 69 tahun masyarakat IndoneÂsia kebanyakan melakukan puasa tradisi, baik mulai sekarang kita harus melakukan puasa syariah yaitu puasa sesuai aturan Allah dan RosulNya, bukan puasa tradiÂsi, Jayalah Indonesiaku. (*)