Sulit-air-warga-mandi-pakai-galonKEMANG, TODAY – Kemarau kali ini ternyata sangat ganas. Su­dah hampir dua bulan, ka­wasan Bogor tak diguyur hujan deras. Yang turun hanya sebatas gerimis. Tak heran jika banyak warga alami kerisis air bersih untuk mandi, cuci baju dan mema­sak nasi.

“Sudah seminggu ini kami mandi nyuci beli air galonan. Kami bingung air di sumur sudah tidak ada. Kalaupun ada paling cuma pagi aja, itupun harus rebutan sama warga lain,” kata Sriwati(40), warga Kam­pung Bojong, Desa Bojong, Kecamatan Kmenag, Rabu (22/7/2015).

Separuh wilayah Kabupaten Bo­gor mengalami kekeringan dan darurat air bersih. Akibat musim kemarau se­jak pertengahan Juni lalu, puluhan ribu warga di 43 desa di 15 kecamatan dari 40 kecamatan di Kabupaten Bogor sulit mendapatkan air bersih.

“Di bagian barat Kecamatan Cibung­bulang, Ciampea, dan Leuwi Sadeng kondisinya paling parah,” kata Kepala Pelaksana Badan Penanggulangan Ben­cana Daerah (BPBD) Kabupaten Bogor, Budi Aksomo, Rabu (22/7/2015).

Untuk menanggulangi dampak keker­ingan, Budi menceritakan, BPBD mendis­tribusikan bantuan air bersih ke pemu­kiman warga yang darurat air bersih. Sebanyak tiga mobil tangki air masing-ma­sing berkapasitas 5.000 liter disalurkan ke desa-desa yang membutuhkan air bersih.

BPBD bekerjasama dengan Perusa­haan Daerah Air Minum Kabupaten Bo­gor, setiap hari mengirim air bersih ke ri­buan warga yang mengalami kekeringan. “Pada 15 desa di Cibungbulang kesulitan air bersih. Kami suplai kebutuhan warga,” tandasnya.

Pantauan BOGOR TODAY, pada pagi hari banyak warga dari berbagai desa datang ke bantaran Sungai Cianten. Mer­eka menggunakan angkutan bak terbuka beramai-ramai. Usai mandi dan mencuci pakaian, warga mengisi gentong dan em­ber dengan air sungai untuk cadangan di rumahnya.

BACA JUGA :  Apa Sih Gejala Awal Ginjal Bermasalah? Simak Ini, Siapa Tau Kamu Alami Gejalanya

“Sudah dua minggu sumur di kam­pung kami kering. Enggak ada air sama sekali,” kata Mariyam, 37 tahun, warga Kampung Cimangir, Desa Galuga, Keca­matan Cibungbulang. Ibu dua anak itu bersama suami dan tetangganya terpaksa mengambil air ke Kali Cianten yang berja­rak sekitar 2 kilometer dari rumahnya.

“Hubungi pemerintah setempat agar dikoordinasikan kepada kami jika mem­butuhkan air,” tambah Budi.

Pendistribusian air bersih, kata Budi, diakui belum merata dan bisa mencapai semua desa yang darurat air bersih. BPBD Kabupaten Bogor masih kekurangan ar­mada truk tangki meski sudah mendapat bantuan dari PDAM dan PMI. “Jadi masih ada keterlambatan. Kami mohon maaf karena armada terbatas,” Budi mengakui.

Berdasarkan rapat koordinasi den­gan Badan Meterogi Klimatologi Geofisi­ka (BMKG), Budi menceritakan, puncak kemarau di Bogor diperkirakan berlang­sung hingga September dan November 2015. Kemarau karena pengaruh badai El Nino.

Edi Kurniawan, Staf Distribusi Unit Pengolahan Air Instalasi Wilayah Cibung­bulang, 3 truk tangki isi 5.900 liter untuk bantuan air bersih di Kecamatan Ciam­pea dan Leuwiliang. “Masing-masing truk mengisi sebanyak 5 rit. “Air didistribusi­kan sesuai petunjuk BPBD,” kata Edi.

“Musim kemarau lama dan air bersih semakin sulit didapat masyarakat Kabu­paten Bogor, khususnya di wilayah Ke­mang,” kata Sekretaris Perkumpulan Pet­ani Pemakai Air (P3A) Irigasi Desa Bojong, Kecamatan Kemang, Kabupaten Bogor, Jawa Barat, Endang di Kemang, kemarin.

Dia menjelaskan, dua minggu lalu infomasinya ratusan hektare areal sawah di kecamatan Cariu, Tanjungsari, Jonggol, Sukamakmur, Kabupaten Bogor sudah ga­gal panen akibat kekeringan. Tetapi tana­man padi di Kemang dan beberapa areal sawah di Rancabungur yang mendapat­kan pasokan air dari sungai Cidepit masih bisa mendapatkan hasil panen padi.

BACA JUGA :  Minuman Segar dengan Es Jeruk Buah Potong untuk Takjil Dingin Kesukaan Keluarga

Namun, kata dia, bencana kekerin­gan terus menghantui para petani dan masyarakat di Kemang dan Rancabun­gur karena sungai Cidepit sudah mulai kekurangan debit air. Makanya banyak petani sayuran terancam gagal panen karena kekurangan pasokan air.

Masyarakat di wilayah Kecamatan Kemang dan Rancabungur kini sudah mulai krisis air bersih, seperti wilayah Kecamatan Ciampea dan Parung. Bantu­an sangat dibutuhkan agar petani tetap mendapatkan penghasilan walaupun musim kemarau panjang. Potensi air ta­nah masih ada tetapi harus memerlukan bantuan alat.

Kepala Dinas Pertanian dan Kehuta­nan Kabupaten Bogor Siti Nuriyanti men­gakui bencana kekeringan sudah melanda wilayah Bogor Timur yang merupakan sentra beras seperti Kecamatan Cariu, Tanjungsari, Jonggol, Sukamakmur, dan beberapa wilayah pertanian di Kabupaten Bogor. “Tercatat di wilayah Bogor Timur mampu memproduksi sekitar 138.600 ton gabah kering giling setiap panen jika tidak gagal panen,” katanya.

Namun, kata dia, pada satu bulan terakhir sedikitnya 40 ha lahan sawah di Kecamatan Cariu, Kabupaten Bogor, sudah mengalami puso dan gagal panen. Lalu 3.320 ha tanaman padi di tiga ke­camatan, yaitu Jonggol, Cariu, dan Tan­jungsari terancam puso jika tidak ada po­sakan air dalam kurun waktu dua pekan mendatang.

Siti mengatakan sesuai perkiraan BMKG, musim kemarau akan terjadi hingga September. Untuk mengantisipasi kerugian yang lebih besar, Dinas Pertanian sudah mendistribusikan 20 pompa air berukuran besar untuk menyedot air dari sungai dan situ atau embung.

(Yuska Apitya Aji)

============================================================
============================================================
============================================================