JAKARTA, Today – Nilai tuÂkar rupiah terus melemah. Kurs tengah Bank Indonesia pada Senin (24/8/2015) menÂcatat, nilai tukar rupiah kemÂbali nyaris menyetuh level Rp 14.000 per dollar AS.
Ambruknya rupiah telah diantisipasi oleh Otoritas Jasa Keuangan (OJK) dengan melÂakukan uji ketahanan (stress test) dengan asumsi nilai tukar rupiah di level Rp 14.000 per dollar AS. Hasilnya menunÂjukkan daya tahan perbankan masih baik.
Namun demikian, perbanÂkan tetap berjaga-jaga dengan melakukan stress test hingga rupiah menambus angka Rp 16.000 per dollar AS. Wakil DiÂrektur Utama PT Bank Rakyat Indonesia (BRI) Tbk, Sunarso mengungkapkan, perseroan melakukan stress test sampai pelemahan rupiah mencapai Rp 16.000.
Di level tersebut, kata Sunarso, jika kemungkinan terburuk terjadi, maka rasio kredit bermasalah atau non performing loan (NPL) gross BRI dapat tembus ke level 2,5 persen.
Saat ini, kata Sunarso, NPL nett bank dengan kode emiten BBRI ini berada di posisi 0,66 persen. Perseroan akan menÂjaga NPL agar tidak naik hingga akhir tahun mendatang. MenuÂrut Sunarso, melemahnya nilai tukar rupiah tidak akan terlalu berpengaruh banyak terhadap bisnis perseroan.
Hal ini lantaran bisnis BRI utamanya ditopang oleh kredit mikro dengan denominasi ruÂpiah. Sunarso merinci, dari total penyaluran kredit yang dilakukan perseroan, hanya sebanyak 20 persen disalurkan kepada sektor korporasi. Dari angka tersebut, kata Sunarso, didalamnya banyak penyalurÂkan kredit dengan denominasi rupiah.
“BRI masih aman karena portofolio kredit valas BRI sangat kecil. Portofolio kredit korporasi hanya 20 persen dari total keseluruhan portoÂfolio kredit BRI. Dari angka 20 persen itu, dalamnya masih banyak rupiah dan dollarnya sangat kecil. LDR Valas BRI baru 60 persen. Kalau dengan penggunaan perhitungan LFR maka lebih rendah lagi,†ucap Sunarso.
(Adil | net)
