Terinspirasi dari rumah pohon, The Skysphere akhirnya tercipta. Desainer dan teknisinya, Jono Williams, awalnya berencana membangun struktur pada sebuah pohon atau di antara beberapa pohon.
Oleh : Apriyadi Hidayat
[email protected]
Selama beberapa bulan Williams berupaya unÂÂtuk mendesain strukÂÂtur kokoh yang tidak mudah rusak terhempas angin besar seperti sebuah pohon. Kemudian, Williams mendapat ide untuk memÂÂbuat struktur yang ditopang oleh kolom baja besar. StrukÂÂtur ini bahkan bisa dibangun di mana saja, misalnya di antara pepohonan atau di bukit.
Struktur tersebut memiliki jendela dengan pemandanÂÂgan 360 derajat. Selama ini, rumah pohon konvensional memiliki jendela yang sangat kecil. Williams berpikir apa gunanya membangun rumah pohon jika tidak bisa melihat-lihat lingkungan sekitarnya.
Dengan jendela setinggi 2 meter dan keliling 14 meter, penghuni The Skysphere tidak akan kekurangan pandangan. Saat membutuhkan privasi, penghuni bisa menurunkan tirai.
Selain itu, fitur menarik dari struktur ini adalah adanÂÂya teknologi yang terintegrasi. Menara ini akan sepenuhnya bertenaga surya. Tidak hanya itu, sebagian besar peralatan listrik dikontrol melalui ponÂÂsel pintar, mulai dari penÂÂcahayaan, akses pintu, dan hiburan.
Fasilitas lainnya yang disÂÂematkan di menara ini antaÂÂra lain, lemari pendingin, proyektor, sistem suara tanpa kabel, tempat tidur ukuranÂÂqueen, internet, dan tangga untuk mengakses puncak meÂÂnara.
Kekurangan menara ini adalah tidak adanya kamar mandi. Namun, Williams beÂÂrencana untuk membangun sebuah kamar mandi kecil yang terpisah di pohon dekat menara.
Untuk membangun strukÂÂtur ini, Williams menghabisÂÂkan 50.000 dollar AS atau Rp 699 juta. Sampai saat ini, Williams belum berniat menÂÂjualnya. Meski begitu, ia menÂÂgaku kesempatan itu mungkin tersedia di lain waktu. (KPS)