BOGOR TODAY – Usul GuberÂnur DKI Basuki T Purnama (Ahok) kepada Presiden Joko Widodo agar Institut PemerÂintahan Dalam Negeri (IPDN) dibubarkan, membuat geger pejabat di Kota Bogor.
Kasatpol PP Kota Bogor, Eko Prabowo, mengatakan PeÂnilaian Basuki Tjahaja Purnama atau lebih akrab disapa Ahok kemungkinan sebagai studi kasus di Jakarta tentang luluÂsan alumni APDN, STPDN atau IPDN untuk saat ini tidak bisa di generalisir ke seluruh pelosok tanah air yang terdiri dari 33 propinsi dan ratusan kab/ kota di tanah air. “Pak Ahok mungÂkin sebagai studi kasus saja tapi menurut saya tidak bisa disaÂmakan keseluruhan,†ujarnya.
Lebih lanjut, Eko menamÂbahkan masyarakat, pemimpin daerah dan sekaligus DepÂdagri yang dapat menilai seÂcara obyektif. “Apakah alumni apdn,stpdn or ipdn masih diÂperlukan dengan dimensi indoÂnesia kekinian sekarang untuk menjawab tantangan tugas yg teramat berat yang dipikul oleh seorang pamong sebagai abdi negara dan abdi masyarakat itu mungkin masyarakat, peÂmimpin daerah dan DepÂdagri yang bisa nilai,†bebernya.
Eko juga menuturÂkan dirinya menyayÂangkan pernyataan ahok yang lebih cenÂderung tidak obyektif dan tidak beretika dengan menyampaiÂkan langsung kepada presiden. “Kalau saya pribadi yang dibesarÂkan di sekolah pamong luÂl u s a n a n Âgkatan ke enam STPDN, sangat menyanyangkan pernyataan Ahok yang cenderung tidak obyektif dan tidak beretika meÂnyampaikan langsung ke presÂiden, kan ada menteri dalam negeri, yang mungkin lebih hafal daripada ahok tentang APDN, STPDN dan IPDN,†teÂgasnya.
Eko tidak setuju kalau IPDN dibubarkan, kecuali NKRI, maÂsyarakat serta kepala daerah sudah tidak membutuhkan lembaga pendidikan dibawah naungan Depdagri ini tentunya evaluasinya secara obyektif. “Jujur saya tidak setuju kalau ipdn dibubarkan, Kami maÂsuk ke stpdn or ipdn itu denÂgan standar yang jelas, daftar ke mana, nilai pendidkannya berapa, standar kompetensi seperti apa, derajat mental, fisik dan fikir sejauh mana semuanya jelas tertera, bukan tidak ada parameternya,†keÂtusnya.
Eko juga menyarankan keÂpada Ahok untuk lebih fokus mengurusi pekerjaan rumah yang menumpuk di DKI JakarÂta. “Jadi saran saya Ahok, lebih fokus saja ke pekerjaan-pekerÂjaan rumah di DKI, daripada selalu buat komentar dengan management by angry, yang pada akhirnya komentarnya ngÂgak jelas juga,†bebernya.
Terpisah, Ikatan Keluarga Alumni IPDN juga merapatkan barisan. Mereka begadang dua malam suntuk untuk menyÂiapkan somasi terhadap Ahok. “Saya mewakili para alumni IPDN, menyayangkan perÂnyataan Gubernur DKI Jakarta, Basuki Tjahaja Purnama atau Ahok, yang mengusulkan kepaÂda Presiden Joko Widodo agar IPDN dibubarkan. Kami cukup kaget, ada seorang gubernur, sampai melontarkan usul pemÂbubaran IPDN,†kata Sekjen Ikatan Keluarga Alumni PendiÂdikan Tinggi Kepamongprajaan (IKAPTK), Arief M Edie, Senin (7/9/2015).\
Arief menilai, Ahok mungÂkin tidak mengetahui, serta paham jejak sejarah berdirinya IPDN. IPDN sudah ada sejak zaÂman Soekarno. Bahkan, Bung Karno sendiri yang meresmiÂkan berdirinya sekolah pamong praja tersebut. “Kami sangat menyayangkan Ahok sampai mengeluarkan pernyataan seperti itu. Meski begitu, itu adalah hak seorang Ahok, berÂpendapat dan mengusulkan pembubaran IPDN. Tapi, sebÂagai alumni IPDN, kami sangat kecewa dan terluka dengan pernyataan itu,†tutur Arief. “Tapi perlu kami tegaskan, jika memang rakyat Indonesia menÂginginkan IPDN dibubarkan, bagi kami itu tak masalah. Asal memang rakyat yang meminta. Karena faktanya sekarang ini, tidak hanya Provinsi Jakarta yang memakai lulusan IPDN.
Namun, semua pemerinÂtahan daerah di Indonesia, meÂmakai lulusan IPDN. Bahkan, tak hanya itu, lulusan IPDN tersebar sampai level terendah pemerintah, menjadi camat atau lurah. Banyak yang berÂtugas di pelosok, bahkan perÂbatasan. Dan sepengetahuan kami, banyak kepala daerah, baik itu gubernur, bupati atau wali kota yang merasa puas dengan kinerja para alumni IPDN,†jelas dia.
(Guntur Eko|Yuska)