BOGOR TODAY – MasyaraÂkat Tionghoa di Kota Bogor merayakan festival kue buÂlan, akhir pekan kemarin. Festival ini menandakan kegiatan pertanian dimulai dan berharap panen lebih banyak. Bertempat di Vihara Dhanagun, Jalan SuryakenÂcana no 1, Kota Bogor, festival dirayakan dengan membagi-bagikan kue bulan.
Wajah Vihara Dhanagun nampak berbeda malam minggu kemarin. Tak hanya lampion dan terang lampu yang menghiasi vihara, raÂtusan pengunjung pun juga ikut membanjiri vihara.
Acara dimulai dengan penyajian hidangan khas Tionghoa, ada pilihan menu bubur dengan topping khas Chinese Food, ada juga mie dengan bihon. Usai menikÂmati hidangan pembukaan dilakukan dengan penyajian musik Gambang Kromong dari sanggar seni NusanÂtara Jakarta Utara, tak luput juga ada penyajian seni khas tradisional khas Sunda.
Tokoh masyarakat ketuÂrunan Tionghoa, Guntur SanÂtoso menuturkan, jadi untuk festival kue bulan ini disajikan kue berbentuk bulan. Namun apabila orang awam melihat itu adalah bakpia berbenÂtuk besar. “Memang seperti bakpia akan tetapi asal usul bakpia dari kue bulan ini. Isi kue bulan ini berbeda-beda dari kacang ijo, kacang itam hingga telor asin. Ada pemÂbendaan bentuk dari TiongÂkok Utara gepeng-gepeng dan Tiongkok Selatan lebih tebal,†ungkapnya.
Guntur melanjutkan, unÂtuk gambang keromong yang di sajikan, tidak terlepas dari tradisi tiong kok yang perÂanakan. Ini sudah menyamÂpur dengan kebudayaan lokal di Indonesia. “Jadi TionÂghoa peranakan di Indonesia ini seperti ini, ada percamÂpuran gambang keromong dan gendang,†tambahnya.
Pengamat KebudayÂaan Tiongkok, David Kwa menjelaskan, festival kue bulan ini memperingati satu malam terindah di setiap taÂhun dengan bulan yang berÂbentuk indah. “Tradisinya kumpul-kumpul keluarga dengan memakan kue bulan bersama. Maknanya adalah menjaga keutuhan keluarÂga,†katanya.
David mengatakan, semua anak muda saat ini kurang paham dengan keÂsenian dan kebudayaan warisan leluhur, sehingga minatnya untuk menghadiri festival seperti ini atau sepÂerti wayang kulit untuk buÂdaya jawa kurang diminati. “Jadi kedepan harus ada penarikan minat untuk genÂerasi muda. Jadi kebudayÂaan apapun bisa terjaga,†pungkasnya.
(Guntur Eko Wicaksono)