JAKARTA TODAYÂ – PT Pertamina (Persero) siap memasarkan elpiji kemasan tabung 5,5 kg khusus di wilayah Jabodetabek ( Jakarta, BoÂgor, Depok, Tangerang, dan BekaÂsi). Peluncuran produk elpiji non subsidi ini pada Oktober 2015. Harganya diperkirakan sekitar Rp 75.000/tabung atau lebih murah dari harga pesaing ukuran sama Rp 90.000/tabung.
“Minggu IV Oktober, syukur-syukur bisa maju waktunya. Masih dicoba minta pabrikan untuk lebih cepat produksinya. Kita nggak mau sudah diluncurkan barangnya nggak ada,†kata Direktur Pemasaran PertamiÂna, Ahmad Bambang, Jumat (18/9/2015).
Bambang mengatakan, Elpiji ukuÂran ini salah satunya untuk menyasar segmen masyarakat yang tinggal di rumah susun dan apartemen yang tiÂdak memiliki instalasi pipa gas bumi. Pertimbangannya, ukuran 12 kg terlalu berat sedangkan 3 kg terlalu sedikit.
Ia mengaku, saat ini produksi tabung gas 5,5 kg masih dibuat dari pihak swasta, untuk tahap awal diÂproduksi sebanyak 70.000 tabung. Bila sudah banyak maka Pertamina akan meminta PT Pindad (Persero) memproduksi tabung elpiji tersebut. “Produk tabung buatan pihak ke-3, dari tender. Kalau sudah banyak, kami ajak Pindad. Saat ini Pindad sedang sibuk produksi tabung 3 kg sebanyak 1,2 juta unit,†tutup Bambang.
Sesuai dengan rencana, segmentasi penjualan elpiji ukuran tabung 5,5 kg tersebut untuk kalangan menengah ke atas salah satunya penghuni apartemen yang tidak mengkonsumsi elpiji dalam jumlah banyak. “Segmentasinya adalah penghuni apartemen jarang melakukan aktivitas memasak, terutama untuk penghuni apartemen wanita, pengguÂnaan elpiji 5,5 kg ini sesuai. Mereka bisa mengangkat sendiri karena tidak terÂlalu berat seperti elpiji ukuran tabung 12 kg,» kata Bambang.
Di sisi lain, rencana pemerintah menerapkan distribusi tertutup terhaÂdap penjualan gas elpiji 3 kilogram (kg) dipastikan molor. Dari target pelaksaÂnaan yang sedianya bisa diimplemetaÂsikan pada Juni kemarin, nyatanya program tersebut belum juga dimulai hingga ahir Juli kemarin. “Upaya koorÂdinasi dan verifikasi data baru akan dimulai Agustus. Jadi saat ini belum ada upaya identifikasi. Belum ada verifikasi data juga,” ujar Direktur Pembinaan Usaha Hilir Minyak dan Gas Bumi, SetyÂorini Tri Hutama di Jakarta, pekan lalu.
(Yuska Apitya Aji)