BANDUNG, Today – Keberhasilan Persib Bandung menembus baÂbak semifinal Piala Presiden harus dibayar mahal.
Kerasnya pertandingan pada leg kedua babak perempat final memaksa enam pemain andalannya terancam tak bisa tampil di laga berikutnya.
Namun, Pelatih PERSIB Djadjang Nurdjaman tidak merisaukan hilangÂnya enam pemain karena akumulasi kartu dan cedera pada babak semifiÂnal Piala Presiden 2015.
Lima pemain yang dapat hukuÂman kartu adalah, Achmad JufriÂyanto, Ilija Spasojevic, Vladimir VuÂjovic, Hariono dan Zulham Zamrun. Sementara yang cedera adalah M Ridwan.
Djadjang mengaku masih mempuÂnyai stok pemain yang dapat mengÂgantikan peran enam pemain itu. Namun, Djadjang berharap ada peÂmutihan kartu pada babak semifinal, tidak hanya untuk laga final.
“Saya mengantisipasi jika pemuÂtihan kartu baru dilakukan di laga final. Ia kehilangan 50 persen startÂing eleven tapi prinsipnya percaya dengan pemain-pemain lain. Mereka pasti bisa jaga performa tim,†kata pria yang karib disapa Djanur ini.
Djanur menambahkan, untuk mengganti peran pemain lini beÂlakang, sudah ada, meskipun beberÂapa di antaranya mengalami pergeÂseran posisi atau bukan pada posisi utama. Karena itu, jika tidak ada pemuÂtihan pada semifinal, Djanur berÂharap, timnya dapat tampil tandang terlebih dahulu pada babak semifinal yang formatnya home and away.
Untuk mengantisipasi kemungkiÂnan terburuk, Djanur pun tidak mau menunggu lama. Meski baru melalui pertandingan super berat melawan PBFC, Sabtu (26/9/2015) lalu, para pemain sudah kembali digembleng sejak hari ini, Senin (28/9/2015).
“Persiapan sudah dimulai sejak hari ini sebagai antisipasi. Kami perÂcaya mereka (pemain pelapis,red) bisa membuat dan menjaga perforÂma tim agar tetap stabil. Opsi pemain tengah banyak, depan ada, mungkim belakang ada pergeseran sedikit tapi biasa,†kata Djanur.
Djanur pun menyoroti lini perÂtahanan yang ditinggalkan sekaligus dua bek intinya. Otak-atik perubaÂhan posisi pun akan direncanakan. Abdul Rahman menjadi opsi utama bermain reguler.
Selain itu, Tony Sucipto yang biÂasa bermain di bek kiri, kemungkiÂnan akan ditempatkan menjadi stopÂer sebagai alternatif.
“Lini tengah masih banyak stok pemain kita, lini depan masih ada, lini belakang juga, paling kalau di belakang ada pergeseran posisi biÂasanya,†tukas Janur.
Ogah Tiru Cara Iwan
PSYCHOLOGICAL Warfare alias Psywar adalah hal lumrah dilakukan kedua kubu termasuk klub sepak bola yang saling beradu.
Namun di Indonesia, hal ini masih beÂlum marak terjadi. Mungkin saja, karena menimbulkan perseteruan, sehingga cara ini dihindari oleh para pelatih.
Namun Pelatih Pusamania Borneo FC, Iwan Setiawan justru melontarÂkan statmen berbumbu Psywar seÂbelum menghadapi Persib Bandung. Seperti apa damÂpaknya?
Pelatih Persib, Djadjang NurdjaÂman menilai, ucapan Iwan yang seoÂlah menyepelekan dirinya itu, memÂbuat tensi pertandingan menjadi memanas.
“Sebetulnya tambah ramai, bukÂtinya kemarin sambutannya yang ke stadion banyak sekali, tensi pertandÂingan jadi tinggi,†jelas pelatih karib disapa Djanur ini.
Secara pribadi, Djanur ogah menggunakan cara yang dilakukan Iwan. “Tapi kembali kepada pelatiÂhnya sendiri, berani atau tidak bikin psywar begitu. Kalau saya sih tidak mau,†tegasnya.
Djanur mengatakan, selama dia menjadi seorang pemain maupun mengarsiteki tim di Tanah Air, baru kali ini mendapatkan psywar.
“Dan kesan masyarakatnya juga menjadi seperti itu, yang melontarÂkan psywar jadi seolah sombong,†pungkasnya.
(Imam/net)