Opini-2-Farouk-Muhammad

Oleh: TJANDRA YOGA ADITAMA
Anggota Emergency Committee on MERS CoV; Kepala Badan Litbang Kesehatan Kementerian Kesehatan

Pada dasarnya ada tiga masalah kesehatan umum yang memengaruhi daya tahan tu­buh para jemaah haji kita. Pertama, kegiatan fisik yang cukup berat, khususnya jalan kaki dan berdesak di kerumunan orang. Kedua, situasi di pemon­dokan yang berbeda dengan situ­asi di rumah sehari-hari, dan ke­tiga, semacam benturan budaya di Arab Saudi dengan kebiasaan di Tanah Air. Khusus untuk 2015, setidaknya ada dua hal tamba­han yang memerlukan perhatian khusus kita, yaitu kewaspadaan terhadap kemungkinan MERS CoV dan cuaca yang cukup panas selama musim haji ini.

MERS CoV

MERS CoV adalah penyakit yang masih terus terjadi di Arab Saudi. Sampai akhir Agustus 2015 di Arab Saudi ada 1.184 kasus MERS CoV. Sebanyak 509 kasus di antaranya meninggal. Artinya, angka kematian penyakit ini, 43 persen, masih cukup tinggi.

Pada hari-hari pertama je­maah haji kita berangkat, ada berita puluhan dokter dan petu­gas RS King Abdul Aziz di Arab Saudi tertular MERS. Perlu dite­gaskan bahwaRS itu berlokasi di Riyadh, bukan di daerah yang akan dilalui jemaah haji. Memang terus ada peningkatan kasus di Arab Saudi, dan—seperti juga di Korea Selatan—maka penularan yang meluas di Riyadh pada Agus­tus ini bermula dari satu pasien, lalu menular ke puluhan orang lain.Selain itu, sepertijuga di RS di Korea Selatan, penularan luas di RS di Riyadh ini juga bermula di instalasi gawat darurat.

Gedung tempat penularan pertama suatu penyakit memang selalu menjadi perhatian untuk mencegah wabah meluas.Dari pengalaman wabah penyakit SARS 2013, kasus bermula dari Hotel Metropole di Hongkong, lalu hotel itu di tutup. Maka, salahsatu kecaman ke Kement­erian Kesehatan Korea Selatan adalah terlambat memberi tahu masyarakat tentang 24 RS yang merawat dan menularkan MERS, yang kemudian juga ditutup seba­gian. Pada 20 Agustus 2015 akh­irnya Arab Saudi menutup insta­lasi gawat daruratnya .

Walaupun kasus Agustus 2015 terjadi di RS di Riyadh, tidak ada salahnya kita waspada. Tentu juga tidak perlu panik karena pemerintah setempat sedang bekerja keras menangani letusan MERS CoV ini. Kenyataannya, je­maah haji kita yang sakit (terkena penyakit umum yang diderita jemaah haji) dapat dirujuk dari Balai Pengobatan Haji Indonesia ke RS Arab Saudi, baik di Jed­dah, Mekkah, maupun Madinah. Bisa juga jemaah sakit langsung datang atau dibawa ke RS Arab Saudi di kota-kota itu.

BACA JUGA :  SAHUR OF THE ROAD RAWAN DENGAN TAWURAN PELAJAR

Ada tiga hal yang harus dija­ga bila jemaah haji kita terpaksa datang ke RS Arab Saudi. Per­tama, selalu dan lebih seringlah cuci tangan pakai sabun yang se­cara ilmiah terbukti menurunkan kemungkinan infeksi, dan jangan terlalu sering memegang hidung dan mulut dengan tangan kotor kita. Kedua, selama di RS sedapat mungkin hindari kerumunan orang, terutama di poliklinik dan bangsal gawat darurat. Pen­galaman di Koreamenunjukkan, seorang pasien yang sedang menunggu masuk rawat inap di bangsal gawat darurat batuk-batuk dan menulari banyak orang . Kejadian di RS King Ab­dul Azis juga bermula dari bang­sal gawat darurat, hanya belum jelas pola penularannya. Ketiga, upayakan seminimal mungkin menyentuh benda-benda yang dipegang orang/pengunjung RS. Hal ini memang tidak terlalu mudah karena kita toh terpaksa harus pegang gagang pintu, mis­alnya, atau sandaran kursi, meja pendaftaran, dan lain-lain. Inti­nya, ekstra waspada dan selalu jaga kebersihan .

Selain itu,karena MERS CoV ditularkan melalui percikan da­hak, perlu dijaga kebersihan sal­uran napas, antara lain dengan etika batuk, penggunaan masker dan lain-lain. Etika batuk adalah selalu menutup mulut dan hid­ung ketika batuk dengan bagian atas lengan baju, atau dengan tangan, tetapi segera cuci tangan setelah itu. Jangan mengunjungi peternakan unta dan jangan mengonsumsi susu unta mentah .

Data juga menunjukkan, 60-70 persen pasien MERS CoV adalah mereka yang sudah punya penyakit penyerta sebelumnya, disebut ko-morbid. Penyakit pe­nyerta ini bisa gangguan paru kronik, jantung kronik, ginjal kro­nik, diabetes melitus, hipertensi, dan seterusnya. Artinya, mereka yang sejak dari Tanah Air memi­liki penyakit kronik perlu eks­tra hati-hati dan lebih saksama mempersiapkan pencegahan dan penanganan penyakitnya itu, ter­masuk rutin mengonsumsi obat selama di Tanah Suci.

BACA JUGA :  SAHUR OF THE ROAD RAWAN DENGAN TAWURAN PELAJAR

Cuaca Panas dan Penyakit

Tahun ini cuaca pada musim haji lebih dari 40oC walaupun sudah beberapa kali turun hu­jan.Cuaca yang panas dapat ber­hubungan dengan setidaknya tiga hal, yaitu kemungkinanheat stroke, dehidrasi, dan penurunan daya tahan tubuh. Ketiga hal ini perlu dicegah agar tak terjadi.

Selama di luar pondokan, gu­nakanlah payung, kalau perlu gu­nakankacamata hitam agar mata tidak terlalu perih. Jangan lupa membawa semprotan air dan handuk kecil, dan sering-sering digunakan. Sebaiknya tidak berjalan-jalan yang tidak perlu, apalagi cuaca amat panas. Untuk mencegah dehidrasiharus ban­yak minum, setiap jam minum setidaknya satu gelas. Juga per­banyakkonsumsi buah-buahan segar yang banyak dijumpai di Mekkah dan Madinah. Namun, buah dan sayur perlu dicuci ber­sih sebelum dikonsumsi.

Selain MERS CoV, kita perlu juga mewaspadai ebola meski jumlah kasusnya turun tajam di Afrika.Anjuran cuci tangan pakai sabun juga berlaku untuk pence­gahan ebola. Pencegahan lain adalah jangankontak langsung dengan pasien ebola dan mem­batasi kontak dengan kerabat pasien yang baru mengunjungi pasien. Selain itu, sedapatmung­kin hindari pemakaman pasien ebola, khususnya yang ada ritual mencium jenazah dan kontak langsung dengan jenazah. Harus pula diwaspadai kemungkinan terkena infeksi saluran pernapas­an atas, baik karena udara yang amat kering, turunnya daya tah­an tubuh, penuhnya kerumunan manusia, dan debu yang beter­bangan.

Pola Bersih Sehat

Untuk mereka yang sudah tiba di Tanah Suci, yang penting adalah selalu menjalankan pola hidup bersih dan sehat agar daya tahan tubuh terjaga baik. Perlu makan makanan bergizi, cukup beristirahat, dan jangan terlalu memaksakan diri. Persiapkan diri untuk menghadapi puncak ibadah haji, yaitu wukuf di Arafah dan mabit di Mina.

Jemaah perlumengenal fasili­tas kesehatan yang ada di Arab Saudi pada musim haji, mulai dari petugas kesehatan kloter, pelayanan kesehatan di sektor, Balai Pengobatan Haji Indonesia, hingga lokasi RS Arab Saudi un­tuk rujukan. Jika jemaah berang­kat bersama orang lanjut usia dan atau yang sudah sakit, perlu perhatian khusus, termasuk bagaimana menemani di pondo­kan, menyewa kursi roda atau ke­mungkinan ikut safari wukuf dan lainnya. (*)

============================================================
============================================================
============================================================