PT Hanjaya Mandala Sampoerna Tbk (HMSP) akan memperoleh dana segar berupa pinjaman melebihi 50 persen nilai ekuiÂtasnya. Pada akhir tahun 2014, ekuitas HM Sampoerna adalah Rp13,49 triliun. Ini berarti, HMSP diperkirakan memperoleh pinjaman di atas Rp6,74 triliun.
Direktur Utama PT HM SamÂpoerna Tbk, Paul Norman Janelle mengatakan, jumlah pinÂjaman yang dibutuhkan HMSP timbul karena adanya peningkaÂtan kebutuhan modal kerja perÂseroan. Disebutkan, penerimaan fasilitas pinjaman (uncommitted revolving loan facility) didapat dari Philip Morris Finance SA (PM Finance), perusahaan terÂafiliasi yang bermarkas di Swiss. Informasi tersebut disampaikan perseroan dalam siaran persnya di Jakarta.
Paul menjelaskan bahwa manfaat dari transaksi ini adalah tidak adanya mekanisme penÂjaminan, potensi suku bunga yang rendah, serta likuiditas dan kemudahan proses. Pinjaman ini akan memiliki jangka waktu 24 bulan setiap penarikan dana. KeÂmudian, mekanisme suku bungÂanya akan disamakan atau lebih rendah dibanding bank asing yang beroperasi di Jakarta.
Setelah memperoleh pinjaÂman, HM Sampoerna pun akan bergantian memberi pinjaman kepada PM Finance. Nilai pinjaÂman ke PM Finance ini tak akan melebihi 100 persen laba bersih perseroan. HMSP diasumsikan memiliki potensi kelebihan dana pada awal 2016. Apabila proses penerbitan saham baru berjaÂlan dengan lancar, maka dana yang dapat dipinjamkan adalah Rp10,02 triliun dari laba bersih perseroan pada semester perÂtama yang disetahunkan.
Pada 1 September 2008, HMSP telah mengikatkan diri dengan PM Finance dalam perjanjian pinjam meminjam antar perusahaan (intercompany loan agreeÂments) yang berlaku hingga 1 September 2018. Nilai dari fasilitas pinjaman ditentukan oleh PM Finance dan HMSP. Meski begitu, syaratnya adaÂlah tidak boleh melebihi 10 persen pendapatan dan/atau 20 persen dari ekuitas persÂeroan.
Perjanjian tersebut mengiÂkuti Peraturan Bapepam IX.E.2 tentang Transaksi MaÂterial dan Perubahan KegiaÂtan Usaha Utama. Sedangkan pada perjanjian yang diperÂbarui ini, nilai materialitas diatur berdasarkan ekuitas perusahaan, bukan pendapaÂtan. Nah, HMSP ingin meningÂkatkan batas maksimum fasiliÂtas pinjaman. Maka HMSP dan PM Finance pun melakukan pembaruan perjanjian ini dalam rangka memenuhi penÂingkatan kebutuhan modal kerja dan pengelolaan dana.
Pada semester pertama, rasio utang terhadap ekuiÂtas atau debt to equity raÂtio (DER) HMSP tercatat 1,02x. Sementara rasio utang terhaÂdap aset atau debt to asset raÂtio (DAR) emiten yang merajai kapitalisasi pasar saham ini adalah 0,5x. Saat ini, HMSP tengah dalam proses penamÂbahan jumlah saham publik atau free float. Rencananya, HMSP akan melakukan PenaÂwaran Umum Terbatas (PUT) dengan Hak Memesan Efek Terlebih Dahulu (HMETD) atau right issue 267,72 juta saham baru atau setara 5,8 persen modal ditempatkan dan disetor penuhnya.
Maka dengan begitu, saÂham publik HMSP akan menÂingkat jadi 7,62 persen dan kepemilikan PT Philip Morris Indonesia turun jadi 92,38 persen. Saham HMSP dibanÂderol dengan kisaran harga Rp63.000 sampai Rp99.000. Maka aksi right issueHM Sampoerna bernilai sekiÂtar Rp16,99 triliun sampai Rp26,7 triliun.
(OKZ/Apri)