JAKARTA, TODAY — Panglima TNI Jenderal Gatot Nurmantyo mengonfirmasi bahwa isu tentang akan munculnya gerakan pawai besar-besaran dari kelompok pendukung faham komunisme, diragukan kebenarannya. ‘’Isu ini sangat jahat, meracuni pikiÂran masyarakat,’’ katanya saat memberikan sambutan pengantar pada acara silaturahmi Keluarga Besar TNI di Balai Kartini, Jalan Gatot Subroto, Jakarta (Selasa, 22/9/2015).
Jenderal Gatot menyampaikan hal tersebut menanggapi pernyataan salah satu peserta silaturahmi yang mengingatkan tenÂtang ancaman bahaya komunisme baru di Indonesia. Salah satu indikatornya antara lain dimunculkanya kembali simbol-simbol Partai Komunis Indonesia seperti bendera berlambang palu arit dalam pawai kebudayÂaan pada tanggal 5 Agustus 2015 di PameÂkasan Madura, juga gerakan serupa di Jawa Tengah.
Hadir dalam acara ini antara lain manÂtan Wakil Presiden Try Sutrisno, Ketua Pepabri Jenderal TNI Purn Agum Gumelar, Jenderal TNI Purn Endriartono Sutarto, Jenderal TNI Purn Wismoyo Arismunandar, Mayjen TNI Purn Hari Sabarno, para manÂtan Kepala Staf TNI AD, TNI AU, dan TNI AL, para Pangdam seluruh Indonesia, para perwira tinggi Mabes TNI, para pimpinan PPM dan FKPPI, dan hampir 1000 keluarga besar TNI. Acara ini sengaja diselenggaÂrakan Panglima TNI Gatot Nurmantyo seÂbagai salah satu upaya mencari masukan dari keluarga besar TNI dan mempererat silaturahmi.
Banyak pendapat dan pemikiran yang disampaikan pada acara yang jarang dilakuÂkan ini. Salah satu isu yang banyak disingÂgung adalah ancaman terhadap ideologi Pancasila. Isu munculnya kembali gerakan komunis di Indonesia mendapat perhatian khusus dari para jenderal purnawirawan yang hadir di acara ini.
Seperti diketahui, menjelang tanggal 30 September, beredar kabar melalui media sosial tentang akan adanya pawai besar-besaran para pendukung PKI di Gelora Bung Karno Senayan. Mereka akan menuntut agar Presiden mencabut Tap MPRS No. 25 tahun 1965 dan mengembalikan nama baik PKI. ‘’Saya sudah cek isu ini, tidak benar dan ada gerakan semacam itu,’’ katanya.
Namun demikian, Jenderal Gatot mengÂingatkan tentang perlunya meningkatkan kewaspadaan terhadap ancaman besar yang bisa mengancam keutuhan Negara KeÂsatuan Republik Indonesia (NKRI). Ancaman itu, katanya, saat ini sudah ada di tengah-tengah kita.
Salah satunya adalah ancaman perang proxy (proxy war), yaitu konfrontasi antara dua kekuatan besar dengan menggunakan pemain pengganti untuk menghindari konÂfrontasi langsung. Biasanya yang bertindak sebagai pemain pengganti adalah negara kecil atau bisa juga aktor non-negara bisa berwujud LSM, Ormas, kelompok masyaraÂkat atau perorangan. ‘’Proxy war ini sudah berlangsung di Indonesia,’’ kata Panglima TNI Jenderal.
Agar perang tersebut tidak mengancam keutuhan NKRI, Jenderal Gatot memandang perlu dihidupkannya kembali sistim HankaÂmrata, yaitu sistim pertahanan dan keamanÂan rakyat semesta. ‘’Dengan dihidupkanya kembali sistim Hankamrata, Insya Allah negara ini akan selamat dari perpecahan dan akan menjadi negara yang disegani di dunia,’’ ujar Jenderal Gatut.
Jenderal Gatot menambahkan bahwa selama ini Indonesia disegani oleh bangsa lain bukan karena memiliki persenjataan yang canggih, tetapi karena memiliki sistim Hankamrata. ‘’Jadi, kalau Indonesia diserang bangsa lain, bukan hanya TNI-nya yang melakukan perlawanan, tetapi seluruh rakyÂatnya akan melawan,’’ katanya.
(Alfian Mujani)