PT Telekomunikasi Indonesia Tbk (Telkom) menyatakan siap mendukung proyek Light Rail Transit (LRT) sesuai dengan kompetensi bisnis yang dimiliki operator perusahaan milik negara itu. Sesuai dengan kompetensi yang dimiliki Telkom, perseroan bisa menggarap dari sisi sistem komunikasi, signaling, atau e-tikecting dari jenis transportasi massal itu.
Oleh : Apriyadi Hidayat
[email protected]
Direktur Utama Telkom Alex J SinÂaga, mengatakan, pihaknya siap mendukung pengembangan sistem teknologi, informasi dan komunikasi (ICT) pada proyek LRT. “Sesuai dengan semanÂgat sinergi BUMN, kami siap mendukung program ini sesuai dengan kompetensi yang ada,†kata Alex J Sinaga, Kamis (10/9/2015).
Menurut Alex, sesuai denÂgan kompetensi yang dimiliki Telkom, perseroan bisa mengÂgarap dari sisi sistem komuniÂkasi, signaling, atau e-tikecting dari jenis transportasi massal itu. “Kalau dari sisi backbone kita sudah kuat. Telkom memiÂliki jaringan kabel optik sepanÂjang 75.000 kilometer yang terÂbentang di seluruh Indonesia. Tinggal ditarik saja nanti ke LRT untuk transmisi dan lainÂnya,†jelasnya.
“Apalagi dalam desain LRT yang dipaparkan PT Adhi KarÂya Tbk sebagai kontraktor pemÂbangunan infrastruktur LRT sudah menyiapkan semacam saluran utilitas atau celah yang dapat dijadikan jalur pemasanÂgan kabel optik,†tambah dia.
Sebelumnya, sebanyak 9 BUMN melakukan sinergi unÂtuk pembangunan LRT IndoÂnesia sepanjang 83,6 kilometer dengan total investasi sekitar Rp23,8 triliun. Kesembilan BUMN tersebut yaitu, PT Adhi Karya Tbk (Persero), PT Jasa Marga Tbk (Persero), Perum PPD, PT Rajawali Nusantara InÂdonesia (RNI), Perum Bulog, PT Bank BNI Tbk, PT Bank Mandiri Tbk, PT Bank BRI Tbk, dan PT Bank BTN Tbk.
Direktur Utama Adhi Karya, Kiswodarmawan, mengaku akan berupaya memenuhi tarÂget dari Presiden Joko Widodo agar proyek LRT dapat diseleÂsaikan pada 2018.
Pada tahap I pembangunan LRT tiga trase, yaitu Cibubur- Cawang sepanjang 13,7 kilomeÂter, Cawang-Dukuh Atas sepanÂjang 10,5 kilometer dan Bekasi Timur-Cawang sepanjang 17,9 kilometer dengan investasi Rp11,9 triliun.
Tahap II lintas Cibubur- Bogor, Dukuh Atas-Palmerah- Senayan dan Palmerah-Grogol dengan panjang 41,5 kilometer. Daya angkut harian dengan konfigurasi 6 train set adalah 24.000 penumpang per hari dengan kecepatan operasi 60- 80 km/jam.
Sementara itu, Wakil Ketua Komisi VI DPR RI Heri Gunawan menyatakan mendukung langÂkah Telkom bermain di serat optik.
Pembangunan jaringan fiber optik itu memungkinkan TelÂkom beralih ke bisnis broadÂband atau bisnis data. Dari situ, Telkom mulai mencetak penÂdapatan baru. Pada tahun 2014 saja, pendapatan dari layanan data, IT dan daring mencapai Rp24,1 triliun.
Menurutnya, dengan pengembangan bisnisnya di bidang fiber optik, Telkom diprediksi bisa mencetak penÂdapatan sebesar Rp100 triliun di tahun 2015. “Bahkan dalam 5 tahun mendatang, Telkom ditaksir bisa mendapat kapiÂtalisasi pasar Rp1.000 triliun,†ujar Heri.
Secara terpisah, Kepala Riset NH Korindo Reza Priyambada mengatakan Telkom memang harus fokus kepada bisnis utamanya, sementara untuk bisnis pendukung seperti penÂgelolaan menara seharusnya diserahkan ke pemain lain.
“Seperti menara, harusnya diteruskan rencana monetisasi menara itu. Nilai optimal bisa diterima Telkom. Sayang kalau dihentikan,†tutupnya.
Jamin Tidak Mangkrak
Presiden Joko Widodo menÂjamin pembangunan proyek light rail transit (LRT) tidak akan mangkrak seperti proyek Monorail di Jakarta. Alasannya, sejak awal proyek LRT tanpa masalah. Menurut dia, berbeda dengan monorail yang merupaÂkan proyek “warisan†dengan sejumlah masalah di tengah perjalanannya.
“Ini kan (LRT) memuÂlai sesuatu yang tidak ada masalah, mulai dari nol. Kalau monorail dulu memang sudah ada masalah sehingga harus diurai,†kata Jokowi, Rabu (9/9/2015).
Menurut Jokowi, mengurai permasalahan monorail sangat sulit. Ia bahkan menilai lebih mudah saat memulai pemÂbangunan LRT. “Nanti tiang monorail akan digunakan LRT, semuanya kepakai, tidak ada masalah,†ujarnya.
Direktur Jenderal PerkÂeretaapian Kementerian PerÂhubungan Hermanto menjeÂlaskan, pembangunan LRT itu sudah diatur dalam Peraturan Presiden Nomor 98 Tahun 2015 tentang Percepatan Kereta Api Ringan atau Light Rail Transit Terintegrasi di Wilayah JakarÂta, Bogor, Depok, dan Bekasi. Dalam aturan itu disebutkan bahwa PT Adhi Karya Tbk diÂtunjuk sebagai badan usaha yang akan membangun prasaÂrana LRT.
Untuk tahap pertama pemÂbangunan LRT, nilai investasi ditaksir sekitar Rp 11,9 triliun atau separuh dari total proyek LRT yang dibangun Adhi Karya, yakni Rp 23,8 triliun. Rencananya, Adhi Karya akan membangun prasarana LRT sepanjang 80 kilometer yang melingkupi Bogor, Jakarta, dan Bekasi.
Kemenhub menyatakan bahwa pembangunan LRT merupakan bentuk upaya pemerintah dalam menguÂrangi kemacetan lalu lintas di wilayah Jabodetabek. RencaÂna umum jaringan kereta api itu tertuang dalam Peraturan Menteri Perhubungan Nomor 54 Tahun 2015. Diperkirakan, pembangunan tahap pertama akan selesai pada akhir 2017, dan alat transportasi tersebut diharapkan bisa beroperasi pada awal 2018. (*)