PEPATAH sederhana, jangan suka menunda pekerÂjaan, terbukti ampuh mengantarkan Lina Ichwan meÂniti karir hingga di posisinya saat ini sebagai Branch Manager PT Anugrah Guna Mandiri.
Oleh : Latifa Fitria
[email protected]
Wanita kelahiran Jakarta, 3 Oktober 1968 itu mengawali karir bergelut di dunia otomotif sedari tahun 1991 sebagai sales. Berbekal minatnya yang besar dengan si kuda besi, Lina menekuni profesinya selama delapan tahun denÂgan penuh dedikasi.
“Persaingan market mobil saat ini ketat sekali. Tapi generasi saat ini, salesnya banyak yang labil. Baru kena marah sedikit saja, banyak yang kabur. Harus diakui, penjualan mobil saat ini tanpa pameran, bisa mati tidak mencapai target,†tuturnya saat ditemui Inilah Bogor di ruang kerjanya.
Kembali dikisahkannya, di tahun 1998, dirinya sempat terpikat ajakan temannya untuk hijrah dan berkarir di negeri KanÂguru, Australia. Namun apa dikata, Lina tak dapat memungkiri kata hatinya dan kembali ke Tanah Air, bergelut kembali dengan dunia otomotif sesÂuai minatnya sejak kecil.
“Dulu saya berasal dari keluarga yang kurang mampu. Garasi rumah saya sempat disewakan. Jadi kalau ada mobil bagus yang diparkir, saya mengintip dari lubang kunci. Sejak itu saya bertekad kalau besar nanti akan fokus berkarir di dunia otomoÂtif,†bebernya.
Keberuntungan selalu berpihak pada orang yang tekun berusaha. Pertemuannya dengan mantan guru semasa SMA, berbuah referensi berÂgabung kerja dengan diler mobil idamannya. Karir Lina terbilang berÂsinar, dengan cepat dia menduduki posisi sebagai asisten manager.
Tak cepat berpuas diri, pada September 2001, berÂmodal Rp 360 juta tanpa pinÂjaman bank serta kepercayaan. Dirinya menjalankan PT Anugrah Guna Mandiri dengan posisi baru sebagai Branc Manager. Bulan perÂtama, dilernya menelan pil pahit. Merugi hingga tersisa modal Rp 250 juta, belum terpotong biaya operaÂsional perusahaan.
“Saya sempat pusing, soalnya beÂberapa pemegang modal angkat kaki kareÂna merugi. Kan ada pepatah Cina yang berbunyi kalau usaha pertama sudah merugi, lebih baik jangan diterusÂkan,†katanya.
Hal tersebut tak lantas membuatnya berpatah arang. DenÂgan segenap kemampuan yang ada, dijalankÂannya kembali roda perusahaan hingga eksis seperti sekarang. “Saya di bisnis mobil all out, saya tidak ingin ada cacat, karena keÂpercayaan bagi saya hal yang utama,†teÂgasnya.
Sebagai kepala cabang, lanjutnya, saya harus memperhatikan target caÂbang, memotivasi seluruh karyawan dan menyesuaikan dengan keinginan owner. Dalam menggaet konsumen baru dan apresiasi kepada konsumen loyal, dilandaskannya pada pembentukan kepercayaan konsumen.
“Saya menekankan kepada karyawan, terutama sales, untuk menjadi orang yang tangguh. Saya dulu saat masih menjadi sales, kalau setengah hari saja tidak ada konsumen yang datang, saya sudah gelisah kayak cacing kepanasan,†pungkasnya.