Menteri Keuangan Orde Baru, Prof Dr Ali Wardhana, tutup usia pada Senin (14/9/2015) sekitar pukul 15:30 WIB. Pria kelahiran Solo, 6 Mei 1928 ini pernah menjabat sebagai menteri keuangan selama 15 tahun (1968- 1983). Banyak jasa yang ia torehkan untuk Tanah Air.
(Yuska Apitya Aji)
“TELAH meninggal, Prof Dr Ali WardÂhana sekitar pukul 15.30,†kata salah satu anggota staf Biro Komunikasi dan Layanan Informasi Kementerian Keuangan, Senin (14/9/2015) petang.
Almarhum akan disemayamkan di rumah duka di Jalan Patra KunÂingan XV Nomor 6, Jakarta Selatan. Jenazah akan dimakamkan pada SeÂlasa (15/9/2015).
Ali meninggalkan empat anak. Istri Ali, Rendasih Ali Wardhana binti Sulaeman Sukantabrata atau Renny, meninggal di Jakarta pada 8 September 2000. Selain menjabat sebagai Menteri Keuangan, Ali juga pernah menjabat sebagai Menko EkoÂnomi, Industri, dan Pengawasan PemÂbangunan (1983-1988). Ia adalah salah seorang arsitek ekonomi Orde Baru yang sangat berpengaruh. Pendapat Ali sangat didengar dan mempengaruhi Presiden Soeharto.
Ali pernah meyakinkan Soeharto untuk menutup Ditjen Bea dan Cukai pada 1985 dengan alasan biaya tinggi di pelabuhan. Penutupan Bea dan CuÂkai diharapkan dapat melancarkan arus barang untuk menunjang kegiatan ekoÂnomi.
Ali bersama Menteri Keuangan kala itu, Radius Prawiro, juga pernah melakukan kebijakan mendevaluasi niÂlai rupiah terhadap dollar AS hingga 45 persen. Nilai tukar rupiah yang kala itu Rp 1.134 melemah menjadi Rp 1.644 per dollar AS.
Belum lama ini, gagasan-gagasan Ali Wardhana yang disunting oleh mantan Menteri Pariwisata dan Ekonomi KreÂatif, Mari Elka Pangestu, dibukukan dan diterbitkan oleh Penerbit Buku Kompas.
Buku berjudul A Tribute to Ali WardÂhana berisi 15 pidato di forum Bank Dunia dan IMF, empat makalah yang pernah ditulis, dan pandangan dari 16 kolega Ali. Buku tersebut akan dipamerÂkan pada Pameran Buku Frankfurt, JerÂman, 7-11 Oktober 2015.
Banyak pemikiran Ali Wardhana yang relevan terhadap persoalan ekoÂnomi terkini. Dalam makalah berjudul “Penyesuaian Struktur di Indonesia: Ekspor dan Ekonomi Biaya Tinggi,†Ali telah memitigasi sejumlah persoalan di bidang ekspor.
Saat itu, dunia mengenal IndoneÂsia sebagai negara yang menikmati keuntungan besar sebagai pengekspor bahan mentah. Namun, Ali telah mengÂingatkan bahwa hal itu tidak bisa dianÂdalkan sebab tidak akan berkelanjutan.
Oleh karena itu, Ali menegaskan pentingnya diversifikasi ekspor. Sektor dikembangkan dan harus beragam. PalÂing tidak, yang potensial adalah pertaÂnian dan manufaktur.
Menteri yang gemar cerutu. Hal tersebut diungkapkan oleh Mantan Staf Humas Kemenkeu yang enggan disebutÂkan namanya. “Ali Wardhana itu gemar cerutu. Di kantornya dulu banyak sekali cerutu,†kata dia di kantor Kemenko PerÂekonomian, Jakarta, Senin (14/9/2015).
Dia menceritakan, sebelum Ali Wardhana pensiun, Ali sempat meÂninggalkan banyak cerutu di dalam kantornya. Cerutu tersebut kemudian dibagi-bagikan untuk yang berminat di lingkungan Kemenkeu.
Penasihat Pak Harto
Ali adalah salah satu anggota peÂnasihat Ekonomi Orde Baru dan pernah menjabat sebagai Menko Ekonomi, InÂdustri dan Pengawasan Pembangunan, selama 5 tahun, yaitu antara tahun 1983-1988.
Sebelumnya, Ia pernah menjadi Menkeu untuk periode tahun 1968-1983. Menkeu terkemuka ini menjabat Dekan FE UI selama 10 tahun, yaitu anÂtara 1967 sampai 1978. Kepakarannya juga diakui lembaga internasional. Pada September 1971 ia terpilih sebagai KetÂua Board of Governors Bank Dunia dan Dana Moneter Internasional untuk periÂode 1971-1972.
Ali menyelesaikan pendidikan S1 di Fakultas Ekonomi UI (1958). KemuÂdian, melanjutkan studinya ke UniÂversity of California di Berkeley dan memperoleh gelar Master of Arts pada tahun 1961. Pada tahun 1962, berhasil menyelesaikan pendidikan doktoralnya dan meraih gelar Ph.D juga dari UniverÂsity of California dengan judul disertasi “Monetary Policy in an Underdeveloped Economy: with Special Reference to InÂdonesiaâ€.
Kini, Ali Wardhana telah tiada. BeÂberapa Karya ilmiah baik nasional mauÂpun internasional juga telah beredar menyumbangkan banyak referensi bagi generasi muda. Beberapa diantaranya adalah: “Foreign Exchange and its ImÂplications in Indonesiaâ€, Ekonomi dan Keuangan Indonesia (Oktober 1957); “Beberapa segi Transmigrasi Spontan di Indonesiaâ€, Ekonomi dan Keuangan Indonesia (Februari 1957); “Inflasi dan Ketegangan-Ketegangan Strukturilâ€, Lembaga Ekonomi dan Kemasyarakatan (1965); “Beberapa Catatan Mengenai Tindakan Pemerintah dibidang EkoÂnomi Moneterâ€, seminar KAMI (1966); “Angaran Moneter: Alat Stabilisasi atau Inflasiâ€, Lembaga Ekonomi dan KemaÂsyarakatan (1966), “Economic DevelÂopment and the Availability of Special Fundsâ€, Statement at the Annual MeetÂing of the Asian Development Bank (1969), “Concessional Loans and TechÂnical Assistanceâ€, Statement at the AnÂnual Meeting of the Asian Development Bank (1970). Selamat jalan Mister Ali, karyamu akan abadi selamanya.