BANDUNG, Today – Pelatih Persib BandÂung, Djajang Nurjaman, meminta agar pasukannya tetap fokus memÂpersiapkan diri jelang tampil di laga final.
Dia enggan Firman Utina dan kawan-kawan buyar konsentrasinÂya karena ikut memikirkan venue partai puncak.
Menurut Djanur pasukannya lebih baik menata mental dan fisiknya sebelum laga maha penting Minggu (18/10) mendatang menghadapi Sriwijaya FC.
“Kalau mental ga keganggu. Mereka peÂmain ga usah mikirin terlalu jauh ikut saja apa yang saya instruksikan,†ujarnya di LaÂpangan Sesko AD, Rabu (14/10).
Pihak Mahaka Sport and Entertaiment memang belum mengumumkan stadion yang akan digunakan. Menurutnya perubahÂan venue bisa saja merubah program latihan timnya.
Jika laga mendadak dihelat di Stadion I Wayan Dipta, Bali, pasukan Maung BandÂung perlu berangkat lebih awal. Sejauh ini Persib memang baru memulai materi taktikal setelah di agenda sebelumnya hanya fokus di pengembalian kondisi fisik.
“Menganggu lah program saya harus bagaimana. Program latihan kalau belum ada keputusan jadi terganggu. Misalnya kalau haÂrus pergi ke Bali kita ganti lagi programnya,†tuturnya.
Sejauh ini Stadion Utama Gelora Bung Karno masih menjadi destinasi utama perÂtandingan final. Pihak kepolisian pun sudah memberikan restu jika laga akan dihelat di JaÂkarta dan sudah menyiampkan segala proseÂdur keamanan.
Mengingat potensi kericuhan terus mengemuka lantaran bobotoh dan suporter tuan rumah punya sejarah buruk dan beberÂapa kali terlibat perseteruan.
Siapkan Mental
Djanur pun mengatakan pasukannya siap tampil di ibu kota. “Saya sudah siapkan menÂtal anak-anak untuk main ke situ (SUGBK). Pada prinsipnya kami siap main di manaÂpun,†ujarnya di Mess Persib, Selasa (13/10).
Mahaka sebagai promotor masih bimÂbang menentukan pilihan karena khawatir gesekan bobotoh dengan supporter Jakarta kembali terulang.
Meski begitu Djanur mengatakan piÂhaknya justru senang bisa bermain di SUGÂBK. Karena secara kualitas lapangan bisa menunjang permainan anak asuhnya yang banyak memainkan skema operan pendek dari kaki ke kaki.
“Karena di sana lapangan netral dan repÂresentatif, permukaanya bagus, idaman seÂtiap pemain lailh. Banyak poin plusnya main di situ,†ujarnya.
Namun tetap ia mengaku enggan egois memaksakan kehendakanya. Dia juga masih memikirkan nasib bobotoh yang bisa saja mendapat perlakuan tidak ramah dari suporÂter Jakarta.
Pelatih 57 tahun itu sadar betul peran bobotoh dalam mengangkat moral pemain sangat signifikan sejauh ini.
“Tapi keamanan bobotoh yang kami dikhawatirkan. Kalau keamanan tim sudah ada yang mengurus jadi saya tinggal fokus pada tim,†tukasnya.
(Imam/net)