Penyakit Kaki Gajah (Filariasis atau Elephantiasis) adalah golongan penyakit menular yang disebabkan oleh cacing Filaria yang ditularkan melalui berbagai jenis nyamuk. Setelah tergigit nyamuk, parasit (larva) akan menjalar dan ketika sampai pada jaringan sistem lympa maka berkembanglah menjadi penyakit tersebut.
Oleh : LATIFA FITRIA
[email protected]
Penyakit ini bersifat meÂnahun (kronis) dan bila tidak mendapatkan penÂgobatan, dapat menimÂbulkan cacat menetap berupa pembesaran kaki, lengan dan alat kelamin baik perempuan maupun laki-laki. Penyakit Kaki GaÂjah bukanlah penyakit yang memaÂtikan, namun demikian bagi penÂderita mungkin menjadi sesuatu yang dirasakan memalukan bahkan dapat mengganggu aktifitas sehari-hari.
Penyakit Kaki Gajah umumÂnya banyak terdapat pada wilayah tropis. Menurut info dari WHO, urutan negara yang terdapat penÂderita mengalami penyakit kaki gaÂjah adalah Asia Selatan (India dan Bangladesh), Afrika, Pasifik dan Amerika. Belakangan banyak pula terjadi di negara Thailan dan IndoÂnesia (Asia Tenggara).
Bahkan di Kabupaten Bogor sendiri tercatat 55 kasus penyakit kaki gajah terjadi dalam sepuluh tahun terakhir hingga memperoleh predikat endemis filariasis.
Kepala Bidang Pencegahan dan Pemberantasan Penyakit dan Kesehatan Lingkungan, Dinas KesÂehatan Kabupaten Bogor, Kusnadi membenarkan, bahwa kondisi lingÂkungan turut memicu penyebaran penyakit tersebut.
“Kabupaten Bogor termasuk endemis. Sampai 2015 yang terlÂaporkan 55 kasus yang tersebar di 22 kecamatan. Mei-Juni ini dilaporÂkan kembali 7 kasus,†kata Kusnadi.
Akan tetapi, jumlah tersebut diÂperoleh hanya dari laporan warga. Kebanyakan warga yang terjangkit filariasis bersama keluarganya menÂganggap hal tersebut aib dan engÂgan berobat.
Menurutnya, obat untuk menceÂgah sebaran cacing filaria tidak meÂmiliki efek samping. “Kalau pun ada efek seperti pusing atau mual, itu karena reaksi obat terhadap cacing itu dalam tubuh, tambahnya.
Faktor endemis, kata Kusnadi, antara lain kurangnya dukungan lingkungan. Seperti masih terdapat selokan mampet yang jadi tempat berkembang biak nyamuk dan desa yang belum bebas dari kebiasaan buang air sembarangan.
“Lingkungan di Kabupaten BoÂgor memang kurang bagus. Maka kita dorong agar sanitasi total berÂbasis masyarakat di seluruh desa terlaksana,†ucapnya.
Sementara itu, Menteri KesehatÂan (Menkes) RI, Nila F Moeloek meÂminta Pemerintah Kabupaten Bogor membenahi sistem pelayanan kepaÂda masyarakat di tingkat puskesmas. Terutama dalam upaya mengentasÂkan penyakit kaki gajah (filariasis). “Kemenkes tidak bisa melakukan ini sendirian. Maka itu perlu dukungan dari pemerintah kota/kabupaten juga,†tandasnya saat melakukan kunjungan ke Bumi Tegar Beriman beberapa waktu lalu.
Menkes mengungkapkan, jika sistem di daerah bisa dibenahi, tiÂdak lagi ada masyarakat yang terÂjangkit kaki gajah. “Kini filariasi perlahan mengalami penurunan dari 19 persen menjadi 4 persen kok. Mudah-mudahan, dalam lima tahun kedepan semua bisa terbebas dari kaki gajah,†tambahnya.
Bulan Eleminasi Kaki Gajah (Belkaga) sendiri ditandai dengan meminum tiga jenis obat untuk memberantas sumber penyakit kaki gajah, yang berasal dari cacing filaria di seluruh Indonesia secara serentak.
“Pemberian obat secara maÂsal ini akan dilakukan selama lima tahun berturut-turut. Nah minum obatnya itu setahun sekali setiap bulan Oktober,†tukasnya.
Menkes juga menegaskan bahÂwa upaya pengendalian kaki gajah tidak bisa dilakukan senderi oleh Kementrian Kesehatan. Dukungan diperlukan dari berbagai pihak, seperti Pemerintah Pusat dan DaeÂrah serta lintas sektor, masyarakat dan layanan kesehatan. (*)