PRESIDEN Joko Widodo meminta harga bensin Premium dan tarif listrik industri diturunkan. Realisasi permintaan presiden ini akan dituangkan dalam Paket Kebijakan Ekonomi jilid III yang akan diluncurkan oleh pemerintah pada pekan depan.
ALFIAN MUJANI
[email protected]
Kebijakan ekonomi jilid III ini diyakini akan ‘nendang’ seperti keÂbijakan kedua, yang langsung memberikan efek dalam jangka pendek,’’ kata Sekretaris Kabinet, Pramono Anung, usai rapat kabinet terbatas di Kantor Presiden, Jakarta, Kamis (1/10/2015).
Rapat dipimpin oleh Presiden Jokowi, dan dihadiri oleh Menko Perekonomian Darmin Nasution, Menko PolhuÂkam Luhut Panjaitan, Menteri PPN/Bappenas Sofyan Djalil, dan Menteri KeuanÂgan Bambang Brodjonegoro, MenÂteri Kelautan dan Perikanan Susi Pudjiastuti, Menteri Perindustrian Saleh Husin, Menteri PUPR BaÂsuki Hadimuljono, Menteri Perdagangan Thomas LemÂbong, Menteri Dalam NegÂeri Tjahjo Kumolo, dan Kepala BKPM Franky SiÂbarani. Sementara MenÂko Kelautan Rizal Ramli tidak ikut rapat ini.
“Ratas ini dalam persiapan meluncurÂkan paket kebijakan awal Oktober yang akan disampaikan minggu depan. Paketnya sedang digodok di bawah koordinasi MenÂko Perekonomian. Tapi pada prinsipnya, paket yang akan dikeluarkan ketiga kurang lebih substansi, juga narasi dan substansinÂya mudah-mudahan nendangnya itu sama dengan yang kedua,†jelas Pramono.
Rapat tadi juga sengaja menghadirkan Direktur Utama PT Pertamina (Persero), Dwi Soetjipto, dan Direktur Utama PT PLN (Persero), Sofyan Basir. Karena Presiden meminta dalam paket tersebut, ada penÂgumuman penurunan harga Bahan Bakar Minyak (BBM) jenis Premium dan harga listrik industri.
“Tadi juga dipanggil Dirut PLN dan Pertamina. Presiden minta PLN dan PerÂtamina, Menkeu, Menko Perekonomian untuk menghitung kembali terutama BBM Premium serta listrik industri, kita tunggu sampai minggu depan, apakah perhitunÂgannya itu ada yang bisa dihemat, atau tiÂdak nanti kami umumkan. Perhitungan itu juga menjadi bagian dari paket kebijakan minggu depan,†paparnya.
Paket kebijakan yang diumumkan beberapa hari lalu, memang direspons positif oleh investor di pasar keuangan. Tercatat Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) bergerak hijau dan nilai tukar rupiÂah juga menguat terhadap dolar Amerika Serikat (USD).
“Karena kami mengetahui, respons publik dan dunia usaha terrhadap paket kedua sungguh baik. Dan ini membuat ekonomi kita terutama ketika turbulensi global seperti ini membuat kita bisa menÂjadi positif dalam satu dua tiga hari ini. Mudah-mudahan nanti paket ke depan yang akan diumumkan mempunyai damÂpak yang sama,†ujar Pramono.
Presiden Jokowi berar-benar berharap harga bensin Premium bisa diturunkan, baÂgian dari paket kebijakan ekonomi jilid III. Usai rapat terbatas dengan presiden dan sejumlah menteri, Dwi Soetjipto mengakui, Jokowi memang mengimbau agar PertamiÂna melakukan evaluasi kembali harga BBM jenis Premium. Tujuannya, untuk menduÂkung perbaikan kondisi perekonomian.
“Itu yang akan kita evaluasi, dan yang ke depan bisa kita laporkan,†jelas Dwi, usai rapat yang berlangsung di kantor Presiden, Jakarta, Kamis (1/10/2015).
Dwi mengatakan, pada Agustus 2015 lalu, harga bensin Premium yang dijual oleh Pertamina 2% di bawah harga keekoÂnomiannya. Pertamina akan melihat bagaimana perkembangan harga bensin Premium yang dijual sepanjang SeptemÂber lalu. “Ya kita lihat apakah ada langkah-langkah efisiensi dan sebagainya. Makanya itu yang harus kami evaluasi,†ungkap Dwi.
Soal impor BBM, Dwi mengatakan, akan ada 2 proyek yang bisa membuat impor BBM Pertamina turun. Dua proyek yang akan segera beroperasi, pertama beroperasinya kilang PT Trans Pacific PetÂrochemical Indotama (TPPI), Tuban, Jawa Timur dan beroperasinya Residuel Fluid Catalytic Cracker (RFCC) kilang Cilacap, Jawa Tengah.
“RFCC proyek refinery upgrading di CiÂlacap itu akan bisa menurunkan impor kita sekitar 5% untuk produk, terus kemudian nanti kalau kita bisa mengoptimalisasi proyek yang lain. Misalnya pengoperasian TPPI, kan bisa menekan 10% dari impor produk kita,†papar Dwi.
Apakah ruang penurunan harga benÂsin Premium masih ada? “Ya ruang imÂprovement tentu selalu ada. Jadi tinggal kita lihat nanti sekarang seberapa, ke deÂpan seperti apa,†kata Dwi.
Sebagai bagian dari paket kebijakan ekonomi jilid III, Presiden Jokowi berharap harga bensin Premium bisa turun. Meski melihat kondisi kurs dolar yang menemÂbus Rp 14.700, langkah ini sulit dilakukan. Apakah ada subsidi lagi?
Menko Perekonomian, Darmin NasuÂtion, tidak berani berspekulasi. Namun dia mengakui, sulit menurunkan harga bensin Premium dengan rupiah yang terus meÂlemah.
“Ya kalau dibayar pemerintah ya bisa dilihat sebagai subsidi. Saya tidak mau gambling mengenai itu lah. Spekulasi, nanti saja kita lihat,†kata Darmin, usai rapat terbatas dengan Presiden Jokowi dan sejumlah menteri, di kantor Presiden, Jakarta, Kamis (1/10/2015).
Darmin mengatakan, bisnis PertamÂina yang masih harus mengimpor BBM membuat sulit menurunkan harga bensin Premium. Karena impor ini harus mengÂgunakan dolar.
“Ada beberapa faktor lain yang sebÂetulnya memang bisa memengaruhi. Misalnya, adanya upaya untuk menaikÂkan penggunaan crude (minyak mentah) kita di dalam negeri. Jadi itu tentu memÂbuat kita tidak perlu impor lebih banyak. Berkurang jadinya, karena ada satu langÂkah itu,†kata Darmin.
Pertamina Pasrah
Dalam ratas ini, Presiden Jokowi juga meminta menteri bidang ekonomi berÂsama Pertamina untuk mempelajari keÂmungkinan penurunan harga bensin PreÂmium. Ini merupakan isyarat bahwa harba bensin Premium harus turun. Pertamina mengaku pasrah kepada pemerintah, karena secara hitungan sulit.
Direktur Pemasaran Pertamina, AhÂmad Bambang mengatakan, harga PreÂmium sulit diturunkan dengan nilai tukar USD menembus Rp 14.700 saat ini. PerÂtamina masih mengandalkan impor untuk pengadaan bensin Premium, yang dibeli dengan dolar.
“Kami serahkan saja ke pemerinÂtah. Sejujurnya agak susah (menurunkan harga bensin Premium) karena tekanan dolar, apalagi kita juga harus mengurangi pembayaran dalam dolar, yang berarti haÂrus dilakukan deferred payment dan atau hedging,†kata Bambang kepada detikFiÂnance, Kamis (1/10/2015).
Namun bukan berarti tak ada jalan lain. Bambang mengatakan, harga bensin Premium bisa turun bila ada penundaan pembayaran komponen pajak pertamÂbahan nilai (PPN) dan pajak bahan bakar kendaraan bermotor (PBBKB) dalam harga Premium yang dijual Pertamina. “Salah satu yang mungkin adalah penundaan PPN dan atau PBBKB, untuk ini perlu fatwa Presiden,†jelasnya. (*)