Untitled-2BOGOR, Today – Novel “Sarjana di Tepian Baskom (Ed­isi Guru)” akhirnya menemukan jalan takdirnya bulan ini dengan menggiatkan buadaya baca novel oleh pengarang seka­ligus dosen Universi­tas Pakuan, Wildan F Mubarock. Novel ini dikenalkan pada publik dan mampu menarik minat para pembaca novel, baik itu siswa, guru, mahasiswa, sar­jana dan Para penggiat yang kon­sen terhadap dunia pendidikan. Inilah akhirnya yang mendorong novel ini sebagai salah satu novel yang wajib dimiliki. Lewat pro­gram “Sarjana di Tepian Baskom Goes To School”, penulis men­coba menularkan virus membaca kepada siswa dan mahasiswa. Dalam waktu dekat novel den­gan ilustrasi bola dunia dan toga ini akan segera dapat ditemui di toko-toko buku.

Sebagai salah satu upaya itu, novel ini juga mengudara di Pro 2 FM. 106. 80 Mhz RRI Bogor pada Mingu (10/10/2015), lalu. Program Laras Kata akhirnya berhasil mengupas seputar isi novel dari pukul 10.00 s.d 11.00 WIB. Bera­gam pertanyaan dikemukakan oleh Armel sebagai penyiar, dim­ulai dari pemilihan judul, ilustasi, dan harapan penulis terhadap sarjana. Penulis novel ini, Wildan mengungkapkn bahwa sarjana di tepian baskom cocok untuk pem­baca yang suka dengan cerita ker­ja keras dalam mengejar impian. Selain itu, novel yang diproduseri oleh Dra. Sri Rahayu Dwiastuti ini mengandung beberapa filosofi hidup yang mengena bagi guru. Beberapa pembaca memberikan endormentnya diantaranya dari Ibu Siti Chodijah, M.Pd. Kepala LAB LBSI, FKIP Unpak. “Imajina­si kaya nyata, inspirasi tinggi, ba­hasa tercerna. Pengalaman demi pengalaman terpampang indah untuk dilalui. Novel ini memberi sejuta pengalaman dan menjadi pendogkrak untuk bangkit dalam sakit,” ujarnya.

Sementara itu Roy Efendi, salah satu dosen di Bogor melihat pola yang tepat untuk menggurui dan mengajar sesuatu. “Jika Anda bercita-cita menjadi guru, atau telah menjadi guru, mungkin juga tak sengaja menjadi guru, atau belum menemukan pola yang tepat untuk menggurui, novel inilah jawabannya. Permainan kata yang luar biasa sehingga karya ini memiliki ruh. Membuat hidup kita lebih tertata dan bertahta. Jika Anda produser film. Maka kisah inspiratif ini layak dikemas menjadi film layar lebar dengan judul GGS, Yaitu Guru, (Sungguh) Guru Super. Semoga,” harapnya.

Guru yang juga penulis, Iis Wiati Kartadinata pun tak ter­tinggal dengan pendapatnya setelah membaca novel ini. “Novel yang asik, membacanya adalah membaca kehidupan pengarang itu sendiri. Gagasan-gagasan penulis terefleksikan dalam dua to­koh yang saling membangun karakter. Tidak hanya guru yang harus membaca tapi para orang tua agar paham dunia pendidikan dan siswa agar yakin bahwa di atas segala cita-cita, ada sosok guru di dalamnya,” ungkapnya.

Para mahasiswa juga ikut mengomentari, Ade Ebitri Fariani misalnya, “Terasa ditonjok-jonjok saat membacanya. Sedih, haru dan tersadarkan. Banyak hikmah, pelajaran dan nilai-nilai sebagai guru yang saya ambil dari buku ini,” ujarnya. Ainiya Ekowati, ma­hasiswa Pascasarjana di UNJ yang juga merupakan dosen ikut angkat bicara. “Ini novel yang penuh in­spirasi. Bahasa syarat makna seta ilustrasi yang menarik. Oleh kare­na itu, Dilarang membaca Sarjana di Tepian Baskom karena akan ter­kena penyakit candu. Candu mem­baca novel-novel karya Wildan F. Mubarock selanjutnya,” komen­tarnya berapi-api.

(Rifky Setiadi)

============================================================
============================================================
============================================================