dodi-wahyudin-(1)BOGOR, TODAY — Kota Bogor masuk dalam daftar 10 kota ter­buruk di dunia dalam mengatur lalulintasnya. Dua kota lainnya adalah Bandung dan Denpasar. Ketiga kota ini memberikan pen­galaman terburuk bagi para pen­gendara menurut evaluasi penge­lola aplikasi navigasi Waze.

Waze merilis indeks kepuasan mengemudi berdasarkan pengal­aman mengemudi 50 juta orang lebih di 32 negara dan 167 area. Mereka juga menyusun penilaian numerik mulai dari memuaskan dengan skore (10) hingga menye­balkan skore (1).

Dalam siaran persnya, Rabu, Waze menyebut kota terburuk bagi pengemudi di antaranya San Salvador (El Salvador) dengan indeks 2,1 disusul Cali dan Medel­lin di Colombia dengan indeks masing-masing 2,6 dan 2,7; serta Denpasar (Indonesia) dengan in­deks 2,8.

Kota lain yang menurut pengguna Waze lalu lintasnya menyebalkan adalah Guatemala City (Guatemala) dengan in­deks tiga; Bandung (Indonesia) dengan indeks tiga; Bucaramanga (Colombia) dengan indeks 3,1; Caracas (Venezuela) dengan indeks 3,1; Bogor (Indonesia) den­gan indeks 3,1 dan Bogota (Colombia) den­gan indeks 3,4.

Sementara kota yang dianggap paling memuaskan bagi para pengendara peng­guna Waze adalah Phoenix di Arizona, Amerika Serikat, dengan indeks kepuasan delapan.

Secara keseluruhan, lalu lintas kota-kota di Indonesia dianggap sebagai paling menyebalkan bagi para pengendara peng­guna Waze dengan indeks 3,7 atau men­empati peringkat tujuh terburuk di dunia. Sementara negara lalu lintas kendaraan­nya dianggap paling baik Belanda dengan indeks 7,9.

BACA JUGA :  Soto Ayam Semarang, dengan Kelezatan yang Bikin Ketagihan untuk Menu Makan Barrng Keluarga

Meski demikian, soal keamanan lalu lintas di Indonesia dinilai cukup aman. In­donesia masuk dalam daftar 10 besar neg­ara yang indeks keamanan berkendaranya paling baik (8,9), sejajar dengan Perancis.

Negara yang dinilai paling aman adalah Argentina (9,8) sementara negara yang lalu lintasnya dianggap paling berbahaya bagi pengendara adalah El Salvador (3,3).

Dalam hal layanan bagi pengendara, salah satunya ketersediaan stasiun pen­gisian bahan bakar umum, Indonesia tercatat sebagai yang terburuk di seluruh dunia dengan indeks kepuasan satu. Na­mun kualitas jalanan Indonesia dianggap baik dengan indeks 7,3. Selain itu menurut indeks Wazeyness atau suasana hati pen­gendara, Indonesia termasuk yang terbu­ruk dengan indeks satu.

Bogor Butuh Tambahan CCTV

Soal macet, Pemkot Bogor berencana menambah Automatic Traffic Control Sys­tem (ATCS) atau sistem pengendali lampu lalu lintas digital. Penambahan ATCS di be­berapa traffic light dinilai menjadi salah satu solusi mengatasi kemacetan di Kota Bogor.

Saat volume kendaraan padat, maka dari control room petugas kontrol ATCS bisa mempercepat waktu tunggu sehingga mampu mengurai kemacetan, demikian pula sebaliknya.

“Artinya, simpangan yang macet itu bisa terurai dengan pengaturan waktu siklus di setiap persimpanga. Ketika ter­jadi antrean panjang melebihi waktu nor­mal, maka antrean itu kami perpanjang waktu sinyalnya satu putaran oleh petu­gas kontrol,” ujar Kepala Seksi Manaje­men Rekayasa Lalu Lintas DLLAJ Kota Bogor, Dodi Wahyudin, Rabu (14/10/2015).

BACA JUGA :  Kecelakaan di Pekanbaru, Fortuner Tabrak Tugu Keris, Pengemudi Oknum Polisi

Karena itu, pihaknya akan menambah jumlah ATCS di Kota Bogor hingga men­capai 12 unit. “Kebutuhan untuk ATCS di Kota Bogor 12 unit. Saat ini, baru terpas­ang 4 unit yakni di lampu merah Baranan­gsiang, kawasan Tugu Kujang, lampu merah Istana Bogor, dan simpang Jalan Djuanda,” ujarnya.

Karena harga satu unit ATCS cukup mahal, pihaknya harus mengajukan ban­tuan pengadaan alat tersebut ke pemerin­tah pusat. “Kami sudah mengajukan dari tahun 2013 lalu ke Kementerian Perhubungan, tapi belum terealisasi,” katanya.

Pengadaan ATCS, kata dia, rencanan­ya akan dipasang setiap persimpangan yang rawan kemacetan, seperti di sepan­jang simpang Jalan Pajajaran dan simpang Pomad serta Ciawi.

“Pengadaan ATCS nantinya akan dipa­sang di tempat-tempat yang dinilai memi­liki tingkat kepadatan kendaraan tinggi, seperti di daerah Ciawi dan simpang Po­mad,” ujarnya.

Kemacetan di simpang tersebut terjadi karena tempat ini menjadi pintu gerbang Kota Bogor dengan wilayah lain seperti Kabupaten Bogor dan Sukabumi.

Sementara itu, Kepala Bidang Lalu Lintas Dinas Lalu Lintas Angkutan Jalan (DLLAJ) Kota Bogor, Agus Suprapto men­gatakan, upaya kedepan ATCS tidak hanya untuk memantau kepadatan kendaraan di persimpangan, namun juga bisa dit­ambahkan untuk penindakan. “Selain CCTV, kedepan akan ditambahkan alat pengeras suara atau toa, sehingga ketika ada angkot ngetem di persimpangan petu­gas kontrol langsung memerintahkan ang­kot tersebut untuk segera pergi,” katanya.

(Yuska Apitya Aji)

============================================================
============================================================
============================================================