DI saat fokus menjinakkan dolar Amerika Serikat, pemerintah ternyata juga dibelit persoalan pangan. Kekeringan panjang dan anjloknya hasil panen, memaksa Pemerintah Pusat untuk impor beras. Beras lokal pun bakal beradu harga di pasaran.
GUNTUR EKO PRASETYO|YUSKA APITYA
[email protected]
Wakil Presiden Jusuf Kalla memÂbenarkan adanya rencana imÂpor beras dari Vietnam. Kalla menyebutkan bahwa kesepakaÂtan impor beras Vietnam sudah diputuskan dalam rapat antara Presiden Joko Widodo dengan para menteri. “Ada prosesnya kan, sudah lama, itu sudah sesuai dalam rapat dengan presiden dan menteri,†kata Kalla di KanÂtor Wakil Presiden Jakarta, Senin (12/10/2015).
Menurut Kalla, impor beras Vietnam diperÂlukan sebagai langkah antisipasi. Pemerintah perlu berhati-hati dalam menghadapi El Nino sehingga perlu berkonsentrasi dalam menjaga cadangan beras. “Itu untuk menjaga kehati-hatian supaya nanti tidak kesulitan dalam bulan NovemÂber-Desember ini,†tutur Kalla.
Sebelumnya, sejumlah menteri terkait memilih bungkam dan meÂnyangkal tidak membicarakan menÂgenai tender beras dengan Vietnam dalam rapat koordinasi terbatas di Kementerian Koordinator PerÂekonomian, di Jakarta, pada Jumat (9/10/2015) malam.
Menteri Koordinator PerekonoÂmian Darmin Nasution menyatakan, rapat koordinasi pangan kali ini unÂtuk mengetahui kondisi kekeringan. Kekeringan pada tahun ini lebih tinggi indeksnya dibandingkan denÂgan kekeringan pada saat terjadi El Nino pada 1997. Di sisi lain, stok PeÂrum Bulog juga semakin menipis.
Stok beras dari pengadaan komersial sekitar 900.000 ton, seÂdangkan stok beras pengadaan PSO atau pembelian beras menggunakan acuan harga pembelian pemerintah (HPP) sekitar 500.000 ton.
Pemerintah Indonesia sebelumÂnya diberitakan telah memesan beras sebanyak 1 juta ton kepada Pemerintah Vietnam melalui Perum Bulog. MeskiÂpun begitu, hingga kemarin pemerinÂtah belum berencana mendatangkan beras tersebut ke Indonesia.
Seperti diberitakan The Saigon Times, sebuah media di Vietnam, Kementerian Perindustrian dan Perdagangan Vietnam menyatakan menang kontrak untuk memasok beÂras 1 juta ton ke Indonesia.
Direktur Thinh Phat Co Ltd Lam Anh Tuan menyebutkan, beras unÂtuk Indonesia terdiri dari 750.000 ton dengan kualitas patahan 15 persen dan 250.000 ton beras denÂgan patahan 5 persen atau beras preÂmium. Beras tersebut akan dikirim selama enam bulan, yaitu mulai OkÂtober ini hingga Maret tahun depan.
Waspada Spekulan
Direktur Eksekutif Institute for Development of Economics and FiÂnance (INDEF) Enny Sri Hartati, meÂminta, pemerintah sebaiknya mengÂumumkan secara terbuka keputusan impor beras. Sebabnya, selama ini tata niaga beras masih didominasi sistem pasar oligopoli dan sarat permainan kartel atau para spekuÂlan. “Begitu dia (spekulan) melihat pemerintah tidak punya cadangan, ya dia seenaknya (membentuk harÂga),†kata Enny, Senin (12/10/2015).
Sebaliknya, Enny melanjutkan, apabila spekulan melihat pemerinÂtah memiliki cadangan (buffer stock) yang cukup, maka fluktuasi harga di pasar lebih bisa dikenalikan. KalauÂpun harga beras masih tinggi, Enny yakin hal tersebut lebih disebabkan kekurangan pasokan, ketimbang permainan para pelaku kartel.
Lebih dari itu, Enny menjelasÂkan, kalaupun ada impor beras seÂbaiknya memang didasarkan pada data yang valid. Data yang sudah dikalibrasi dengan baik bisa menjadi acuan bagi pengambil keputusan untuk menentukan impor. “Tidak seperti sekarang, politisasi adalah datanya yang tidak valid. Pak AmÂran bilang surplus. Ya mana ada, produksi surplus tapi harga naik,†pungkas Enny.
Di Bogor Naik Rp500
Kenaikan harga beras ternyata juga terjadi pasar-pasar yang ada di Kota Bogor. Salah satu pedagang beÂras Pasar Jambu Dua, Dani (34) menÂgaku merasakan dampak kenaikan harga beras Cianjur SIP yang semula harganya Rp 9.600 sekarang jadi Rp 10.100. “Iya baru hari ini harganya naik. Kemarin masih dijualdengan harga segitu, kalau yang lain tidak mengalami perubahan harga,†ungÂkapnya.
Dani mengaku dengan harga segitu banyak sekali pelanggannya yang memprotes kenaikan harga beras yang tiba-tiba itu. “Naiknya tiba-tiba tanpa permisi, ha..ha…ha. Banyak banget pelanggan yang komplain disangkanya saya yang menaikan harga, padahal kan dari sananya,†tuturnya.
Terpisah, pedagang beras di Pasar Bogor, Angga mengaku belum mengalami kenaikan harga seperti yang dialami para pedagang di pasar lain. “Di sini masih stabil Rp 9.700 perkilogram, belum naik Mas,†unÂgkapnya.
Dia juga mengaku belum mengeÂtahui kenaikan harga beras di temÂpat lain yang sempat meresahkan warga. “Memangnya di tempat lain sudah naik mas?,†tanyanya.
Terpisah, Staf Humas PD PPJ Kota Bogor, Gina Tafzani, menÂgatakan, kenaikan beras baru dialaÂmi oleh para pedagang sembako di Pasar Gunung Batu dan Pasar Jambu Dua. “Memang kedua tempat itu mengalami kenaikan beras yang cuÂkup lumayan,†jelasnya.
Gina juga menyebutkan beberaÂpa jenis beras yang harganya sudah naik di pasaran dan dirasakan oleh hampir semua pedagang. “Ya, naik Mas, Cianjur Sip, ketan hitam dan ketan putih ketiga jenis ini yang naik,†ungkapnya.
Gina juga menjelaskan kenaikan harga beras yang cukup lumayan dialami jenis ketan hitam dan ketan putih. “Kalau beras Cianjur siip keÂnaikannya sekitar Rp 400 perkilo. Ketan hitam dan ketan putih Rp 3.000 hingga Rp 5.000 perkilonya,†bebernya.(*)