HLPSB Bogor mulai dirund­ung krisis. Dengan ti­adanya kompetisi yang bergulir, PSB Bogor akhirnya merumahkan separuh punggawanya. Dari 24 orang pemain hasil seleksi yang sudah menandatangani kontrak, 12 orang pemain terpaksa diputus kontrak dan dirumahkan.

Ketua Umum (Ketum) PSB, HM Idris mengatakan bahwa pi­hak manajemen PSB sudah tidak mampu lagi untuk membayar gaji para pemainnya. “Walaupun pahit, ini keputusan terbaik yang bisa diambil oleh menejemen PSB,” katanya singkat, Kamis (8/10/2015).

HM Idris menerangkan ba­hawa dengan tiadanya turnamen reguler yang bergulir, maka tidak ada panggung bagi PSB untuk menorehkan prestasi. “Otomatis dengan begitu, kami tidak bisa berburu sponsor dan meyakink­an para calon sponsor dengan prestasi yang ditorehkan oleh PSB,” lanjutnya.

BACA JUGA :  Bogor Football School, Wadah Anak-anak Kembangkan Sepak Bola

PSB menyisakan separuh punggawanya sembari menunggu kompetisi reguler yang katanya bakal kembali bergulir Maret 2016 mendatang. Langkah tersebut juga untuk menjaga agar PSB tidak sepenuhnya bubar jalan. “Pemu­tusan kontrak tidak serta merta dilakukan secara menyeluruh,” ujarnya.

Lebih lanjut dikatakannya, kebijakan yang diambil oleh PSB diakuinya tidak menyalahi aturan. Karena sejak awal manajemen dan pemain sudah sepakat akan mengambil tindakan pemutusan kontrak jika kompetisi dihentikan atau terjadi force majeure.

Meski kontrak kerja sama di­hentikan, PSB menegaskan sudah melunasi semua tanggungan gaji pemain. “Situasi seperti ini sudah dijelaskan dalam kontrak. Kita sudah bayar semua gaji pemain,” paparnya.

Idris juga berharap kepada semua pihak yang peduli dengan pesepakbolaan di Kota Bogor ini, pihaknya secara terbuka mem­buka selebar-lebarnya. “Kami membuka pintu lebar bagi siapa pun yang mempunyai niatan baik untuk membantu memajukan sepakbola Kota Bogor. kami juga ingin mengetuk semua pihak yang masih memiliki kepedulian,” tu­kasnya.

BACA JUGA :  Timnas Indonesia Menuju Vietnam, Lanjutan Kualifikasi Piala Dunia 2026

Ia juga mengapresiasi bergu­lirnya piala Presiden Joko Widodo karena sudah saatnya mengh­entikan kekisruhan sepakbola di Indonesia dan saling merang­kul. Dia ingin ajang tersebut bisa membangkitkan sepakbola di In­donesia. “Piala Presiden menjadi semangat baru dan menjadi ajang pemersatu seluruh pihak yang bertikai, diharapkan bisa segera bersatu untuk membangun dan menghidupkan kembali persepak­bolaan tanah air,” pungkasnya. (*)

Oleh : ADILLA PRASETYO WIBOWO
[email protected]

============================================================
============================================================
============================================================