BOGOR, Today – SMA Pesat Bogor menggelar Workshop “STIFin Untuk Mengetahui Potensi Diri†pada Senin (05/10/2015), lalu di lingkunÂgan Kampus Pesat, Jl. Poras No.7 Sindang BaÂrang Loji, Bogor untuk mengukur potensi dan kelemahan diri, sebagai bentuk evaluasi sekolah dalam menjaga arah pendidikan.
Tes STIFIn merupakan tes yang dilakukan dengan cara memindai kesepuluh ujung jari. Dari hasil pemindaian itu, sidik jari membawa informasi tentang komposisi susunan syaraf yang selanjutnya dianalisa dan dihubungkan dengan belahan otak tertentu yang dominan, berperan sebagai sistem operasi dan sekaligus menjadi mesin kecerdasan. Tes STIFIn meruÂpakan hasil penemuan salah satu putra terbaik Indonesia, Farid Poniman.
Kepala Sekolah SMA Pesat Lida Hasanah, S.Pd mengungkapkan, kegiatan ini merupakan bentuk dari komitmen sekolah unggul yang berusaha fokus pada pelanggan, melakukan upaya pembentukan SDM berkualitas. “Sekolah juga harus berusaha mengurangi internal probÂlem, berkembang dari masalah, delegasi yang baik, visi dan misi yang jelas, prestasi dan kualiÂtas yang teratur, evaluasi teratur, memberi tinÂdak lanjut dan memberikan penghargaan, kareÂnanya workshop semacam ini dianggap penting sebagai salah satu metode, “ terang wanita luluÂsan bahasa Inggris UPI ini.
Sementara Dedi, trainer dari STIFin menÂgatakan Stifin menganut konsep kecerdasan tunggal. Kecerdasan tunggal lebih mampu menjelaskan realitas otak dalam keseharian. “Siapa yang mengenal dirinya sendiri juga menÂgenal Allah,†ujarnya. Dalam konsep Stifin, setiap orang memiliki seluruh otak, namun hanya ada satu yang memimpin. Hasil tes Stifin menunjukÂkan adanya 5 mesin kecerdasan, yaitu: Sensing, Thinking, Intuiting, Feeling, dan Instinct. Dalam otak kita ada 5 jenis kecerdasan itu tetapi hanya 1 pemimpinnya. Hasil tes Stifin ini juga menjawÂab 2 pertanyaan ini: di mana letak belahan otak dominan dan pada belahan otak yang dominan tersebut dimana lapisan otak yang dominan.
Dari uraian yang diberikan penemu Stifin ini, bisa ditarik kesimpulan bahwa mengetahui meÂsin kecerdasan akan berdampak baik bagi diri kita karena yang dibaca adalah keadaan genetika yang memang ada di dalam diri, bukan sekadar tebak-tebakan kosong. Dari sini, kita bisa benar-benar mengetahui diri kita, mengekspos sisi kekuatan dan meminimalisir sisi kelemahan.
Heru Budi Setyawan, pemerhati pendidikan Kota Bogor mengatakan dengan ikut workshop STIFIn ini akan bermanÂfaat bagi Kepala Sekolah, guru, karyawan, peserta didik dan orang tua, karena kita mengetahui potensi diri dan kelemahan kita masing-masing. “Apalagi untuk peserta didik, alat ini bisa memberi gambaÂran agar tidak salah jurusan sewaktu di SMA atau nanti saat melanjutkan kuliah, sehingga kebiasaan orang tua yang cenderung meÂmaksakan buah hatinya unÂtuk kuliah di jurusan yang tidak diminati buah hatinya, tidak akan terulang lagi,“ ujar laki-laki lulusan Universitas Negeri Yogyakarta ini.
Beberapa peserta yang mengikuti juga menÂgaku tertarik mengikuti kegiatan ini, seperti diungkapkan Elfira Dwi Rosanti, S.Pd, guru Bahasa Inggris yang melihat manfaatnya adalah lebih memahami dan mengetahui siapa diri yang sesungguhnya. Hal senada juga diungkapkan Meri Meirisa, S.Pd, seorang guru BP. “ Proses pembelaÂjaran kepada peserta didik menjadi lebih terarah, karena kita sudah mengenal merÂeka, pokoknya STIFIn sangat membantu pada proses pembelajaran,†tanggapnya. Sedangkan Naila Mufidah, S.Pd melihat sangat menarik dan tidak menyangka bahÂwa karakter dasar yang dimilikinya adalah Sensing Introvert, rapi, teliti dan teratur. “Saya merasa tidak mempunyai karakter seperti itu, hal ini mungkin disebabkan oleh pengaruh lingkungan,“ ujar guru Bahasa Indonesia ini. Sementara, Mukhti Baehaqi, S.Hut. melihat metode STIFIn sangat luar biasa, karena dengan tes STIFIn kita bisa mengeÂtahui kecerdasan yang dominan dalam diri kita. “Saya jadi lebih fokus dengan karier dan kehiduÂpan saya,“ tambah guru Matematika ini.
(Laporan: Heru Budi Setyawan/SMA Pesat Bogor)