MENGEMBAN tugas profesi dokter adalah hal yang mulia, bagaimana tidak, dokter adalah orang yang merawat pasien kala sedang sakit, kritis dan harus mau ditempatkan dimanapun ia bertugas, sekalipun di lokasi yang terpencil. Namun ternyata tidak mudah menjadi seorang dokter, dan tidak semua orang bisa menghargai apa yang sudah dilakukan oleh dokter. Meskipun dokter sering kali dianggap sebagai ujung tombak nyawa seorang pasien, namun tetap saja mereka adalah manusia dan bukan Tuhan yang dapat menentukan nyawa seseorang.
Oleh : Latifa Fitria
[email protected]
Seperti pengalam yang sudah dirasakan oleh oeh dr Tara Agustine Lesmana, muÂlai dari di maki-maki oleh pasien, bertuÂgas di wilayah yang terpencil hingga terbelenggu dalam rasa bersalah karena kematian pasien yang ia tangani. Segala pengalam itu sudah ia telan bulat-bulat dari ratusan pasien yang perÂnah ia tangani.
“Tidak muÂdah menjadi seorang dokter, saya pernah di tugaskan ke salah satu puskÂesmas yang ada di Balikpapan selama setahun. Banyak pengalaman berkeÂsan selama saya tugas disana dan butuh waktu berhari-hari untuk menceriÂtakannya,†papar wanita kelahiÂran 1 Agutus 1989 ini kepada BOGOR TODAY.
Tapi siapa menyangka, wanita yang sanÂgat ingin menjadi dokter anak-anak ini sering mengalami rasa bersalah yang mendalam, kala pasien yang datang ternyata sudah meninggal atau harus meninggal pada saat ia sedang beruÂsaha memberikan pertolongan.
“Pengalam pertama kali saya saat harus menghadapi pasien yang meninggal itu berat, rasa bersalah saya besar. Dan titik terberatnya saat saya harus menyampaikan keÂpada keluarga pasien, terutama jika pasiennya anak kecil, saya bisa tenggelam pada rasa bersalah saya,†urai wanita yang sangat meÂnyukai warna pastel ini.
Kendati begitu, seiring berjalannya waktu, wanita luÂlusan Universitas Atmajaya ini semaÂkin terbiasa denÂgan kondisi seperti demikian, namun tetap rasa tidak nyaÂman selalu ada di deÂtik ia harus menyampaiÂkan kabar buruk kepada keluarga pasien, tetapi ia bertekad untuk tidak larut terÂlalu lama.
“Sekarang, kalau saya dalam situasi yang seperti demikian, saya berusaha berfikir jika memang Tuhan berkehendak umurnya (pasien, red) harus berakhir, artinya memang bukan karÂna saya yang tidak mampu, itu sudah jalan takdir manusia dan Tuhan sudah mengaturnya. Yang jelas saya sudah berusaha semampu saya,†kata wanita yang kini bertugas di Pulau Dewata, Bali.