20151223_100703

Oleh : Hendi Novian
[email protected]

Ada yang baru di RRI Bogor. Yai­tu program Radio Pasar yang baru saja dire-louncing pada Rabu 23 Desember 2015 di pe­lataran RRI Bogor. ‘’Program ini sebetulnya sudah lama ada. Kali pertama diperkenalkan di Pasar Beringharjo, Yogya­karta pada tahun 2007,’’ kata mantan Di­retur Utama RRI Parni Hadi kepada Bogor Today.

Menurut Parni Hadi, yang dimaksud dengan radio pasar adalah program siaran radio yang lebih bersifat infotainment yakni gabungan an­tara informasi dan hiburan. ‘’Hanya saja infor­masi yang disajikan adalah kegiatan transaksi jual beli di pasar,’’ ujar mantan Direktur Utama LKBN Antara ini.

Bagi Parni, program Radio Pasar ini bukan program biasa, tetapi terkait dengan upaya membangun ekonomi kerakyatan. ‘’Ini ma­salah bangsa dan negara. Jika kita ingin me­lihat rakyat makmur, maka pasar tradisional harus dikelola dengan baik,’’ ujarnya.

Karena itu, progrma Radio Pasar memiliki makna yang sangat penting bagi pemberdayaan ekonomi rakyat, yaitu para pedagang tradis­ional yang selama ini terpinggirkan oleh kehadi­ran hypermarket dan pusat-pusat perbelanjaan modern. ‘’Padahal, di pasar tradisional melalui para pedagangnya yang juga tradisional, para petani bisa langsung mendapatkan uang tunai dan langsung menikmati hasil jerih payahnya bertani,’’ katanya.

Supaya program Radio Pasar ini berman­faat ganda, yakni sebagai sumber informasi pasar dan wahana pembinaan para pedagang tradisional, menurut Parni, maka secara tek­nis para pedagang perlu dilatih untuk menjadi reporter dan sekaligus narasumber. ‘’Dengan dilatih menjadi reporter dan narasumber, para pedagang akan tahu persis harga berb­agai barang mulai dari petani, di tangan para tengkulak berapa, dan sampai ke konsumen berapa,’’ katanya.

BACA JUGA :  Menu Makan Malam dengan Tumis Tofu Ayam Cincang yang Gurih dan Lezat Dijamin Keluarga Ketagihan

Dengan memiliki pengeta­huan sebagai reporter, menu­rut Parni, para pedagang akan lebih cerdas dalam menentukan harga beli dan menentukan margin alias keuntungan yang rasional. Selama ini, para pedagang di pasar tradisional sering kali didikte oleh tengkulak dan para perantara perda­gangan. ‘’Bahkan banyak juga mereka yang terbelit rentenir akibat dipermainkan tengkulak,’’ katanya.

Hadir pada acara re-lounching program Radio Pasar ini Anggota Dewan Pengasar RRI Pusat Dra Dwi Hernuningsih, Dirut PD Pasar Pakuan Jaya Andri Latif, Kepala UPT Radio dan Televisi Diskominfo Kabupaten Bogor Muharom, dan sejumlah pejabat di Kota dan Kabupaten Bogor. Ada juga budayawan Bogor Eman Sulaeman, Dadang H Padmadireja, dan para penggiat kesenian Bogor.

Pada acara ini juga Kepala RRI Bogor Ni Made Sri Widari menandatangani kerjasama dengan puluhan radio komunitas di Kota dan Kabupat­en Bogor. ‘’Radio komunitas ini kita libatkan dalam program Radio Pasar,’’ kata Sri Widari.

BACA JUGA :  DPRD Kota Bogor Sahkan 2 Perda Sekaligus, Ini Rancangannya

Pemimpin Umum/ Pemimpin Redaksi Bogor Today Alfian Mujani yang dim­inta berkomentar oleh Parni Hadi mengatakan bah­wa apapun

yang berkaitan dengan progrma pember­dayaan pasar tradis­ional, termasuk progrma Radio Pasar patut didukung penuh oleh seluruh pemangku kepentin­gan. ‘’Sebab, membangun pasar tradisional itu ada kaitannya dengan amanat dari langit,’’ katanya.

Lantas Alfian mengutip dialog an­tara Rosulullah dengan para sahabat mengenai pintu rejeki. ‘’Ya Rasu­lullah, darimana datangnya rejeki?’’ tanya sahabat, Rosulullah menjawab, ‘’Allah men­ciptakan 10 pintu rejeki. Satu ada di kantoran, sembilan pintu ada di pasar.’’ Ini artinya, jika kita mengembangkan pasar sama dengan menjaga dan memelihara sembilan pintu rejeki dari Allah. ‘’Jadi, siapapun yang men­gabaikan pasar tradisional, dia telah menging­kari pesan dari langit dan merusak pintu rejeki,’’ ujar Alfian.

Lebih dari itu, menurut Al­fian, pasar tradisional adalah tempat bersilaturrahmi dan dikembangkanya budaya kekeluargaan. Di pasar tradis­ional, lanjut Alfian, memungkinkan siapapun untuk melakukan transaksi dengan ijab qobul. ‘’Tawar menawar itu sebuah proses jual beli yang dianjurkan oleh agama agar dite­mukan keseimbangan harga bagi pembeli dan penjual. Dengan keseim­bangan harga ini pembeli ikhlas dan penjual ikhlas. Dan, tawar menawar tidak mungkin bisa ditemukan di mall dan modern market,’’ katanya.

============================================================
============================================================
============================================================