Untitled-3Dalam hal kesehatan, Dr Maya tidak seorang diri. Kali ini untuk men­sosialisasikan masalah hepatitis ia menggandeng salah satu Dokter Spesialis Penyakit Dalam, Dr Nopi Heriadi SpPD, FINASIM. Dr Nopi yang lebih mema­hami secara mendalam apa itu Hepatitis.

“Peningkatan sanitasi dan imunisasi Hepatitis A adalah cara yang paling efektif untuk memerangi penyakit ini. Kecukupan pasokan air minum yang aman dan pem­buangan limbah yang baik dalam masyara­kat, dikombinasikan dengan praktik kebersi­han pribadi, seperti mencuci tangan secara teratur, mengurangi penyebaran HAV,” terang Dr Nopi.

Sebaiknya pada saat kasus Hepatitis A meningkat akhir-akhir ini, sambung Nopi, disarankan untuk hati-hati membeli makan dan minum dari luar rumah untuk mencegah penularan. Tidak ada vaksin yang tersedia untuk anak-anak usia kurang dari satu tahun. Karena hampir 100 persen orang akan tim­bul antibodi terhadap virus dalam satu bulan setelah dosis tunggal vaksin.

“Bahkan setelah paparan vaksin virus, satu dosis vaksin dalam waktu dua minggu sudah dapat memiliki efek pelindung. Na­mun, produsen merekomendasikan dua do­sis vaksin berjarak 6 sampai 12 bulan untuk memastikan perlindungan jangka panjang sekitar 5 sampai 8 tahun setelah vaksinasi. Jutaan orang telah diimunisasi tanpa efek samping yang serius. Vaksin dapat diberikan sebagai bagian dari program imunisasi rutin masa kanak-kanak dan dengan vaksin biasan­ya diberikan untuk perjalanan,” paparnya.

Oleh karena itu, perencanaan skala be­sar untuk program imunisasi harus melibat­kan pemerintah dan mempertimbangkan metode pencegahan alternatif atau tamba­han, seperti sanitasi yang lebih baik dan pendidikan kesehatan untuk meningkatkan kebersihan.

Karena, lanjut Nopi, beberapa nega­ra, termasuk Argentina, China, Israel dan Amerika Serikat telah memperkenalkan vak­sin imunisasi secara rutin. Negara-negara lain merekomendasikan vaksin untuk orang-orang pada peningkatan risiko Hepatitis A, termasuk ke negara di mana virus ini en­demik, pria yang berhubungan seks dengan laki-laki, atau orang-orang dengan penyakit hati kronis (karena risiko mereka komplika­si serius jika mereka mendapatkan infeksi HAV).

“Rekomendasi vaksinasi untuk wabah hepatitis A juga harus spesifik lokasinya, ter­masuk kecepatan melaksanakan kampanye imunisasi yang luas. Upaya vaksinasi harus dilengkapi dengan pendidikan kesehatan un­tuk memperbaiki praktik-praktik sanitasi dan kebersihan” pungkasnya. (Latifa Fitria)

Penderita Hepatitis juga Harus Diet

Hati berperan dalam metabolisme karbo­hidrat, lemak, dan protein. Dalam keadaan normal, hati mengandung bermacam-ma­cam enzim metabolisme sehingga seluruh proses metabolisme dan detoksifikasi racun/ toksin terjadi di dalam hati. Hati juga mem­produksi empedu yang disimpan dalam kantong empedu dan akan dikeluarkan jika diperlukan. Empedu dalam saluran pencer­naan bermanfaat untuk absorpsi lemak dan vitamin-vitamin yang larut dalam lemak yaitu vitamin A, D, E, dan K.

BACA JUGA :  Jaga Kadar Gula Darah dengan 5 Kebiasaan Pagi yang Penting Ini

“Maka, jika kelainan atau kerusakan fungsi hati berpenga­ruh terhadap saluran cerna dan penggunaan makanan dalam tubuh sehingga sering menyebabkan gangguan gizi. Oleh karena itu, diper­lukan diet khusus agar tidak mem­perberat fungsi hati yang sedang sakit,” terang Dr Maya.

Diet khusus bagi penderita hepatitis dalam jumlah yang optimal membantu peny­embuhan luka pada sel-sel hati dan memuli­hkan kekuatan hati. Selain itu, dapat menin­gkatkan regenerasi sel-sel hati yang rusak, memperbaiki penurunan berat badan akibat kurang nafsu makan, mual dan muntah, mencegah katabolisme protein, mencegah atau mengurangi ascites, dan koma hepatik.

Dalam diet Hepatitis mencakup pemenu­han zat-zat gizi yang diperlukan tubuh

Kalori dalam jumlah yang tinggi untuk mencegah pemecahan protein yang diberi­kan bertahap sesuai kemampuan penderita hepatitis. Kalori diberikan dalam jumlah tinggi karena adanya demam dan diperlukan untuk proses regenerasi jaringan serta untuk menambah persediaan tenaga. Kebutuhan kalori bersifat individual sehingga perlu per­hitungan khusus.

Protein perlu diberikan dalam jumlah yang tinggi agar dapat memperbaiki jaringan hati yang rusak dan mempertahankan fungsi-fungsi utama tubuh. Selain itu, protein meru­pakan agen lipotropik yang merubah lemak menjadi lipoprotein agar dapat keluar dari hati untuk mencegah perlemakan hati.

Pemberian lemak sesuai kondisi pender­ita hepatitis. Jika ada gangguan pencernaan lemak/steatorhea dan mual, gunakan lemak dengan asam lemak rantai sedang (Medium Chain Triglyserida) karena jenis lemak ini tidak membutuh­kan aktivitas lipase dan asam empedu dalam proses absorpsinya. Selain itu, pemberian lemak harus dikurangi tetapi pembatasan terlalu ketat tidak dianjurkan karena akan mengurangi kelezatan makanan sehingga akan menurunkan nafsu makan. Lemak diberikan dalam mudah yang mudah dicerna atau dalam bentuk emulsi.

Asupan Natrium diberikan dalam jumlah yang rendah, tergantung tingkat edema dan ascites

Selain makanan, perlu suplemen B kom­pleks, vitamin K (untuk mencegah perdarah­an), vitamin C dan Zink untuk mempercepat penyembuhan.

BACA JUGA :  Resep Membuat Semur Daging dan Kentang untuk Menu Andalan Keluarga

Penambahan vitamin A dan D yang ber­lebihan sangat tidak dianjurkan karena akan memperberat fungsi hati yang sakit

Bentuk makanan diberikan dalam bentuk lunak terutama bila ada mual dan muntah.

Dalam melaksanakan diet ini bersifat in­dividual atau sangat bergantung pada kondisi kesehatan seseorang sehingga perlu berkon­sultasi langsung dengan ahli gizi dan dokter. Selain diet, faktor lingkungan sangat berper­an dalam pencegahan penyakit hepatitis sep­erti menjaga kebersihan makanan dan alat makan yang menjadi media penularan hepa­titis. Oleh karena itu, untuk mengu­rangi resiko terkena hepatitis, sebai­knya kita dapat menerapkan pola hidup sehat seperti tidur minimal 8 jam sehari, berolahraga secara teratur, mengurangi stress, men­jaga kebersihan makanan dan alat makan, makan makanan bergizi dalam jumlah seimbang sesuai ke­butuhan dan men­jaga hubungan sosial.

Penata laksa­naan Diet

Tujuan: mem­berikan makanan yang tepat dan secukupnya pada penderita penyakit hati guna memper­cepat perbaikan faal hati tanpa memberat­kan pekerjaannya.

Macam Diet:

  1. Diet Hati I : makanan tinggi energy, protein cukup (1 gr/kg BB), lemak sedang, karbohidrat tinggi, bila ada acites dan tan­da-tanda dieresis diberikan rendah garam. Bahan makanan yang menimbulkan gas di­hindari. Diet Hati I diberikan pada pasien dengan serum albumin >3,5 gr persen
  2. Diet Hati II : diberikan pada pasien dengan serum albumin <3,5gr persen.

Makanan tinggi energy, tinggi protein (1,2 gr/kg BB), lemak sedang, karbohidrat tinggi. Bila ada acites dan tanda-tanda dieresis di­berikan rendah garam.

Pemilihan Bahan Makanan Bagi PenderitaHepatitis :

  1. Hindari makanan yang dapat menim­bulkan gas, seperti ubi, singkong, kacang merah, kol, sawi, lobak, nangka, durian dan lain-lain.
  2. Hindari makanan yang telah diawet­kan seperti sosis, ikan asin, kornet, dan lain-lain.
  3. Pilihlah bahan makanan yang kand­ungan lemaknya tidak banyak seperti daging yang tidak berlemak, ikan segar, ayam tanpa kulit.
  4. Sebaiknya pilih sayur-sayuran yang sedikit mengandung serat seperti bayam, wortel, bit, labu siam, kacang panjang muda, buncis muda, daun kangkung dan sebagain­ya.
  5. Bumbu-bumbu jangan terlalu merang­sang. Salam, laos, kunyit, bawang merah, bawang putih dan ketumbar boleh dipakai tetapi jangan terlalu banyak.
  6. Hindarkan makanan yang terlalu ber­lemak seperti daging babi, usus, babat, otak, sum-sum dan santan kental.

(Latifah Fitria)

============================================================
============================================================
============================================================