Untitled-12MENTERI Pertahanan (Menhan) Ryamizard Ryacudu masih menunggu hasil penyelidikan mengenai penyebab jatuhnya pesawat tempur latih T-50i Golden Eagle di Yogayakarta, Minggu (20/12/2015). Jika penyebab insiden adalah faktor teknis, pengadaan pesawat itu bakal dikaji ulang.

YUSKA APITYA AJI ISWANTO
[email protected]

Sekarang kan pengadaan alutsista harus transparan. Tidak zamannya lagi tertutup,” ujar Ryamizard, saat ditanya mengenai bila penyebab in­siden itu adalah faktor teknis.

Hal itu disampaikan Ryamizard usai menghadiri 2+2 meeting bersama Menlu Ret­no Marsudi dengan Menlu dan Menhan Aus­tralia di Gedung Commonwealth Parliemen­tary Office, Sydney, Senin (21/12/2015).

Ryamizard mengatakan ke depannya, insiden semacam itu tidak boleh terjadi lagi entah itu disebabkan faktor human error ataupun faktor teknsi pesawat. Khusus un­tuk perawatan pesawat, Ryamizard punya catatan khusus. “Saya sebetulnya baru be­berapa bulan dari tempat mereka (Korsel). Itu belum terlalu lama. Masih relatif baru ini pesawatnya. Ke depan tidak boleh terjadi lagi. Jadi jangan hanya membeli pesawat saja ataupun alutsista. Pemeliharaan itu mahal, tapi harus dilakukan,” kata Ryamizard.

Jet tempur Golden Eagle T-50 milik TNI jatuh di sekitar landasan militer Bandara Adisucipto Yogyakarta pada Minggu (20/12) kemarin. Pesawat Golden Eagle T-50 meru­pakan pesawat tempur yang dikembangkan oleh Korea Aerospace Industries (KAI) dan Lockheed Martin. Ini adalah pesawat tem­pur pertama buatan Korea Selatan yang bisa mencapai kecepatan supersonic.

Pesawat ini dirancang untuk memberi­kan pelatihan bagi calon pilot dan penerbang militer pemula, sebelum mereka dapat me­nerbangkan jet tempur yang lebih canggih, seperti pesawat F-16, F-22 dan F-35 yang ser­ing digunakan dalam latihan militer bersama.

BACA JUGA :  Durhaka! Anak di Makassar Tega Aniaya Ibu Kandung, Ancam Akan Bakar Rumah

Ada benang merah yang ditarik Menteri Pertahanan Ryamizard Ryacudu dari insiden jatuhnya pesawat tempur latih T-50i Gold­en Eagle di Yogayakarta. Ada dua pesawat TNI buatan Korsel yang jatuh dalam waktu berdekatan. “Saya sebetulnya baru beberapa bulan dari tempat mereka (Korsel). Itu belum terlalu lama. Masih relatif baru. Ini kita se­lidiki kenapa kok bisa begini. Sama dengan pesawat yang jatuh di Malaysia waktu itu. Di Langkawi,” kata Ryamizard.

Insiden di Langkawi yang dimaksud Ry­amizard adalah jatuhnya dua pesawat dari tim aerobatik Jupiter TNI AU dalam sesi lati­han pada pameran Langkawi International Maritime dan Aerospace (LIMA) 2015, di Malaysia, pertengahan maret silam. Ke­celakaan itu melibatkan dua pesawat KAI KT-1B Woongbi yang merupa­kan produk dari Korea Selatan. Sedangkan insiden kedua adalah kecelakaan yang ter­jadi pada Minggu (20/12) kemarin di Yogyakarta. Pesawat tempur latih T- 50i jatuh di pinggiran Bandara Adisucipto, Yogyakarta. Musibah ini menewaskan dua pilot senior Letkol Penerbang Marda Sarjono dan Kapten Penerbang Dwi Cahyadi.

T-50i yang dipi­loti Marda menukik ke bawah beberapa saat setelah melaku­kan manuver terbang rendah di atas ribuan pengunjung. TNI An­gkatan Udara telah membentuk tim penye­lidik yang akan melibatkan Korea Selatan dalam proses investigasi.

BACA JUGA :  Delman di Bantul Terperosok ke Parit 3 Meter, Diduga Kuda Tak Bisa Dikendalikan

Kembali ke Ryamizard, man­tan KSAD ini mengatakan, jika hasil penyelidikan mengarah kesalahan ter­letak pada faktor teknis, maka pen­gadaan pesawat Godlen Eagle akan dikaji ulang. “Ya. Sekarang kan pen­gadaan alutsista harus transparan. Tidak jamannya lagi tertutup,” ujar Ryamizard saat ditanya mengenai dugaan penyebab insiden karena fak­tor teknis.

Peristiwa jatuhnya pesawat T-50i Golden Eagle mencengangkan publik mengingat usia peralatan tempur itu yang masih muda. Terlebih lagi sang pilot pun memiliki jam terbang yang tinggi. “Pemerintah beranggapan bahwa TNI AU perlu investigasi apa yang jadi penyebab karena pesawat latih itu baru dan pilotnya berpengalaman karena acara di Yo­gyakarta ingin tunjukkan ke masyarakat bah­wa sekarang ini TNI AU punya alat yang baru tapi malah ada pesawat jatuh sehingga perlu juga melakukan investigasi,” ujar Seskab Pra­mono Anung di Istana Negara, Jl Veteran, Ja­karta Pusat, Senin (21/12/2015).

Investigasi yang perlu dilakukan adalah menyimpulkan apakah ada unsur kesalahan ma­nusia atau kesalahan teknis. Ini mengingat TNI AU masih memiliki 15 unit T-50i.

Presiden Jokowi, kata Pramono, meng­inginkan TNI memiliki alutsista yang mu­takhir. Sehingga pertahanan negara semakin kuat. “Kita juga ingin perkuat pertahanan dan keamanan negara. Kalau ada alat jatuh kita perlu ketahui apa ada kesalahannya. Sis­tem yang dibangun itulah yang perlu diketa­hui,” imbuh Pramono.

(Yuska Apitya Aji)

============================================================
============================================================
============================================================