Kabar duka datang dari Partai Golkar. Salah satu tokoh seniornya yang juga pendiri Sentral OrganÂisasi Karyawan Swadiri IndoÂnesia (Soksi), Suhardiman, tutup usia, MinÂggu(13/12/2015). Jenazahnya dimakamkan di pemakaman keluarga EverÂgreen, Cisarua, Bogor, secara militer Senin (14/12/2015) siang kemarin.
(Yuska Apitya Aji)
KABAR lelayu ini datang sekiÂtar pukul 22.00 WIB, MingÂgu(13/12/2015). Jenazah SuhardiÂman disemayamkan di rumah duka di Jalan Kramat Batu NoÂmor 1, Cipete, Cilandak, Jakarta Selatan.
Suhardiman wafat di usianya yang akan menginÂjak 91 tahun pada 16 Desember ini. Suhardiman sudah lama menderita sakit. Sosok yang telah makan asam garam dunia politik dan militer ini meninggal saat akan beranjak tidur tadi malam. Tokoh yang dijuluki dukun politik ini meninggal 3 hari jelang ulang tahunnya ke-91. Suhardiman meninggalkan 6 orang anak. Sementara sang istri, Sapartinah, sudah terlebih dahulu meninggal dunia. Anak sulung Suhardiman, Bobby SuÂhardiman, mengatakan, tak ada perisÂtiwa khusus sebelum ayahnya meninggal. “Enggak ada, normal biasa saja. Semalam lagi di rumah, di kamar. Mau tidur, terus diurus sama adik saya, terus pergi begitu saja,†tukas Bobby.
Sementara menurut Ketua Fraksi Golkar DPR Ade Komarudin, seniornya tersebut sudah sejak beberapa waktu ini dalam kondisi tidak sehat dan cenderÂung sakit-sakitan. Ade mengaku merasa sangat kehilangan. “Belakangan memang sakit-sakitan. Kami tentunya sangat keÂhilangan, beliau tokoh politik yang memiÂliki analisis-analisis handal makanya banÂyak yang menyebutnya sebagai dukun politik,†tutur Ade kepada wartawan saat hadir melayat ke rumah duka. “Ini harus menjadi cerminan khususnya bagi SOKÂSI,†imbuh dia.
Pantauan di rumah duka di Jl KraÂmat Batu, Cilandak, Jakarta Selatan, upacara pemberangkatan jenazah dimuÂlai pukul 13.35 WIB, Senin (14/12/2015). Dipimpin oleh Staf Ahli KSAD Bidang Hukum Brigjen TNI Widakdo, upacara merupakan simbol penyerahan jenazÂah dari pihak keluarga kepada negara. “Kami atas nama keluarga menyerahkan almarhum Prof Mayjen Suhardiman keÂpada pemerintah untuk dimakamkan di Cisarua secara militer,†ungkap putra suÂlung Suhardiman, Bobby, dalam upacara itu.
“Kami atas nama pemerintah menÂerima almarhum dan selanjutnya akan membawa jenazah untuk dimakamkan secara militer di TPU di Cisarua,†jawab Widakdo tanda penerimaan jenazah.
Peti jenazah yang dibalut bendera merah putih itu lantas diangkat oleh 6 prajurit TNI. Kemudian upacara diselingi oleh adat budaya Jawa yakni prosesi teroÂbosan, yakni para keluarga berjalan berÂkeliling di bawah peti sebanyak 3 kali.
Bunyi terompet dan drum dari praÂjurit mengiringi jenazah saat dimasukkan ke dalam mobil ambulance. Prajurit TNI bersama keluarga dan sejumlah pelayat turut mengantarkan almarhum menuju tempat peristirahatn terakhirnya.
Menurut keluarga, pihak TNI sebetÂulnya menginginkan jenazah pendiri SOKSI itu dimakamkan di TMP KalibaÂta. Namun atas permintaan keluarga, jenazah pun dimakamkan di Evergreen, Cisarua, tepat si sebelah makam sang isÂtri. “Dari militer menghendaki di KalibaÂta, tapi kami sudah putuskan dan bapak (Suhardiman) juga terakhir sudah sepakat peristirahatan terakhir ingin dengan ibu,†tukas keponakan Suhardiman, Thomas Suyatno di lokasi yang sama. “Di Solo juga sebenarnya sudah disediakan temÂpat, dari Keraton, karena beliau kan ketuÂrunan dari Pakubuwono. Tapi karena ibu dimakamkan di Evergreen, makanya kita makamkan bapak di situ juga,†tutupnya.
Ketum Golkar hasil Munas Ancol Agung Laksono datang sekitar pukul 08.30 WIB. Mengenakan kemeja batik, Agung datang seorang diri. Agung menÂgaku sangat kehilangan sosok yang diÂanggapnya sebagai seorang guru. “Beliau betul-betul tokoh nasional politik yang saya tidak mau nyebut beliau sebagai dukun politik, tapi sebagai tokoh poliÂtik nasional,†ujar Agung sesaat setelah memberikan penghormatan terakhirnya untuk Suhardiman.
Di mata Agung, purnawirawan jenÂderal TNI itu memiliki ideologi kebangÂsaan yang jelas. Suhardiman, disebut Agung, selalu ingin membangun bangsa dengan tulus semasa hidupnya. “Itu selaÂlu beliau terapkan di NKRI. Beliau orang yang menjunjung tinggi kemajemukkan tapi memperkokoh persatuan,†tuturnya.
Selain Agung, tampak politisi Golkar Tantowi Yahya yang juga datang untuk melayat. Kemudian juga ada politisi senÂior Hayono Isman yang berharap dengan kepergian Suhardiman, maka Golkar yang sedang dalam dualisme kepemimpinan ini dapat bersatu kembali. “Ini momenÂtum untuk menyatukan kembali partai Golkar. Beliau seusia ayah saya, jadi saya sudah anggap sebagai orangtua sendiri,†ucap Hayono di lokasi yang sama.
Suhardiman, lahir di Surakarta, Jawa Tengah, 16 Desember 1924 adalah toÂkoh politik yang telah melewati 5 masa kepemimpinan Indonesia: zaman HinÂdia Belanda, zaman Jepang, Presiden Sukarno, Presiden Soeharto, dan masa reformasi. Suhardiman kerap disebut sebagai dukun politik karena intuisinya sangat kuat dalam memprediksi perisÂtiwa politik terutama dalam konteks sukÂsesi kepemimpinan dan merupakan satu-satunya pendiri partai Partai Golkar yang masih hidup.
Dia turut mewarnai perjalanan politik Indonesia bersama dengan SOKSI, yang awalnya dia dirikan untuk membendung penyebaran faham komunisme oleh PKI. Dalam perjalanannya, SOKSI menjadi salah satu ormas yang melahirkan Partai Golkar dan menjadi tempat pengkaderan para pemimpin bangsa. Komentar dan pendapat Prof. Dr. Suhardiman kerap diminta sejumlah media terutama menÂgenai suksesi kepemimpinan di negeri ini karena intuisi politiknya sangat kuat dalam memprediksi calon-calon pemÂimpin masa depan.
Sejak kejatuhan PKI, SOKSI di bawah kepemimpinan Suhardiman memposisiÂkan diri sebagai salah satu wadah pengÂkaderan calon-calon pemimpin. Para kader SOKSI telah menduduki sejumlah jabatan penting di pemerintahan dan partai politik negeri ini. SOKSI selalu meÂnekankan konsep manusia sebagai insan karya bagi setiap kadernya. Maka semua calon pemimpin berasal dari SOKSI telah dipersiapkan untuk selalu siap berkarya bagi nusa dan bangsa. Selain itu SuhardiÂman dan SOKSI selalu memposisikan diri sebagai mitra kritis bagi pemerintah.
Kendati secara formal dia tidak pernah menduduki posisi tertinggi di Golkar, keÂtokohan Suhardiman sangat diperhitungÂkan oleh para petinggi partai, dan mereka kerap minta restunya sebelum mengambil sebuah keputusan penting. Bahkan menÂjelang pemilihan presiden 2014 lalu, Jusuf Kalla, pun datang ke rumahnya untuk mendapatkan dukungan moral dari seseÂpuh Golkar tersebut.