BANDUNG, TODAY — Kementerian Pendidikan dan KebudayÂaan mengganjar penghargaan terhadap 29 sekolah yang mengadakan ujian naÂsional (UN) dari Jawa Barat masuk dalam daftar 503 sekolah dengan indeks integritas ujian nasional (IIUN) tertinggi. Ke-29 sekolah ini diÂanggap paling bersih dan tidak ditemukan prakÂtik contek-mencontek saat pelaksaan Ujian Nasional (UN).
Ke-29 sekolah tersebut dianÂtaranya, 11 sekolah dari Kota Bandung, 6 sekolah dari Kota Bogor, 2 sekolah dari Kota Cimahi, 3 sekoÂlah dari Kota TasikÂmalaya, 2 sekolah dari Kabupaten Sumedang, serta masing-masing 1 sekolah dari Kota Bekasi, Kota DeÂpok, Kabupaten Bogor, Kabupaten Cianjur, dan Kabupaten Cirebon. Sekolah inilah yang termasuk konÂsisten selama lima tahun memperÂtahankan kejujuran saat UN dengan nilai indeks integritas sekitar 92-99.
Kemarin, sebanyak 503 kepala sekolah penerima anugerah inÂtegritas UN itu diundang bersilaÂturahmi dengan Presiden RI Joko Widodo di Istana Negara, Jakarta. Menteri Pendidikan dan KebudayÂaan Anies Baswedan mengatakan, seÂlama empat bulan ke depan sekolah yang masih memiliki integritas rendah dan belum diundang ke Jakarta haÂrus memperbaiki integritas. “Untuk meninggikan nilai integritas tidak perlu kerja keras. Ini cukup dengan berhenti mencontek,†kata Anies.
Anies menjelaskan, penilaian IIUN ini dilakukan dengan melihat pola siswa mengerjakan UN. Mereka yang curang dengan bekerja sama atau menÂcontek akan terlihat polanya. Sekolah yang tidak ditemukan kecurangan mendapat skor 100, sekolah yang 20 persen menunjukkan pola kecuranÂgan mendapat skor 80, dan sekolah yang pola kecurangannya 40 persen mendapat skor 60. Setelah itu, ketiÂdakjujuran itu diukur dengan penghiÂtungan 1 dikurangi prosentase ketidaÂkjujuran. Metode ini sudah diterapkan beberapa negara dan kini diterapkan pula di Indonesia.
Pengumuman IIUN itu akan dilakuÂkan di setiap kabupaten/kota sehingga semua orang tahu mana sekolah yang nilai integritasnya tinggi dan rendah. Anies bertujuan agar orang tua, alumni sekolah, dan masyarakat menuntut sekolah untuk jujur.
“Kejujuran bukan sesuatu yang aneh. Malah kita ingin, ketidakjujuran itu aneh. Kalau dulu yang lapor kecuranÂgan malah terima masalah, sekarang kita ubah, justru negara yang melaporÂkan. Negara melaporkan pada masyaraÂkat semua bahwa di sekolah ini terjadi praktik kecurangan massal. DI sekolah ini terjadi kejujuran massal. Ini yang mengumumkan negara,†kata Anies.
Menurut Anies, sekarang pemerinÂtah memang ingin mengumumkan nilai integritas sekolah tanpa mengumumÂkan nilai akademiknya. Praktik kecuranÂgan yang masih terjadi ini, kata Anies, disebabkan kebiasaan contek-menconÂtek seakan-akan mencontek itu normal.
Dalam empat bulan ini, jika siswa, guru, dan sekolah tetap membiarkan praktik contek-mencontek, pemerinÂtah akan kembali mengumumkan IIUN sekolah berintegritas dan yang tidak berintegritas. Anies juga menjelaskan, temuan sementara menunjukkan ada korelasi yang tinggi antara kompetensi guru dengan nilai UN.
“Temuan sementara. Kan kita melakukan UKG kemarin tapi kita akan kaji lebih jauh. Jadi sekarang kita ingin dari data ini kita ingin mengejarnya ya integritasnya tinggi, ya nilainya tinggi,†katanya.
Jokowi senang dengan 503 sekolah yang mampu bertahan jujur. Apalagi salah satu di antaranya SMP 1 SurakarÂta, tempat dia bersekolah dulu. “Masak SMP sendiri tidak dibanggakan,†katÂanya, sambil tertawa.
Dia mengaku tahu persis praktik di pemerintah daerah dan di sekolah-sekolah yang selama bertahun-tahun hanya mengejar nilai akademik dengan segala cara termasuk praktik curang. Dia mengatakan, biasanya kepala daeÂrah menetapkan target nilai UN lalu memaksakan kepala dinas pendidikan mencapainya. Setelah itu, kepala dinas memaksakan pula sekolah-sekolah unÂtuk mencapainya dengan segala cara.
Meskipun penghargaan itu diÂdasarkan integritas sekolah dalam peÂnyelenggaraan UN, Jokowi berharap para kepala sekolah menjaga integritas sekolah dalam semua aspek kehidupan sekolah. “Saya harap anak-anak jangan ditambah buku-buku yang semakin tebal sehingga tas anak-anak sekolah jadi berat. Anaknya kecil, kurus, bawa tas gede dengan buku berat, saya lihat. Anak-anak kita harus dibekali dengan pendidikan, etika, pendidikan budi peÂkerti, pendidikan karakter, mentalitas, pendidikan etos kerja yang baik yang sering kita lupakan,†katanya.
Terpisah, kadisdik Kota Bogor, EdÂgar Suratman mengatakan, budaya mencontek masih banyak ditemukan di tingkat SMA dan SMP. “Kemandirian belajar itu dibina melalui pendidikan karakter. Saat ini kami sedang merintis itu,†kata dia.
Edgar menambahkan, untuk Tahun Ajaran 2016, pihaknya menyiapkan kurikulum baru berbasis penanaman karakter. “Sudah kami siapkan. Sebagai pilot projectnya, ada beberapa sekoÂlah yang akan menerapkan kurikulum baru ini. Fokusnya adalah kebudayaan sunda, agar Ngabogor,†tandasnya.
(Yuska Apitya Aji)