Untitled-5KARAKTERNYA yang nyentrik dan mudah bergaul dengan semua orang membuat Maya Sudjojono menjadi guru favorit di Sekolah Yayasan BPK Penabur Sentul City. Mengajar baginya tak hanya sekedar tanggungjawab pada pekerjaannya, bisa dikatakan Maya sangat perduli kepada psikologis murid-muridnya. Kesi­bukan Maya setia hari tidak selalu terpaku kepada materi yang akan ia berikan kepada murid-muridnya, ia lebih fokus untuk menyikapi apa saja yang jadi kebutuhan batin para siswanya itu.

Oleh : Latifa Fitria
[email protected]

Bagi Maya, ia tidak perlu mem­posisikan diri sebagai seorang guru bagi muridnya. Ia lebih disegani karena sikapnya yang bersahabat jika sedang berinteraksi kepada muridnya. “Semua anak itu hanya butuh di dengar. Mendengarkan mereka sampai selesai, setelah itu baru saya yang bicara untuk memberikan masukan, nasihat atau semacam tegu­ran, tidak perlu dengan punishment,” tutur wanita yang sudah menjadi guru sejak tahun 2000.

BACA JUGA :  DARI PREMAN TERMINAL, SEKDES HINGGA ANGGOTA DPRD PROVINSI JABAR

Tak jarang juga, Maya sering dibuat menangis oleh muridnya, bukan kare­na anak-anak didiknya yang nakal, tetapi ia tak kuasa membendung air matanya ketika mendengar masalah yang dialami beberapa murinya di rumah. “Anak yang nakal di sekolah, ia pasti ada masalah d rumah. Jadi saya tidak mau men-judge mereka itu nakal, nyatanya setelah kita tahu apa yang melatarbelakangi sikap anak-anak yang sulit diatur ini ternyata hanya sekedar cari perhatian karena kurang perhatian orangtua di rumahnya, itu saya sedih banget dengernya,” ujar Guru Art and Craft SMA BPK Penabur Sentul City ini.

Sistem pemberlajarannya yang ia terapkan juga terbilang cukup unik, ia menyingkirkan meja yang ada di kelas. Jadi semua murid yang masuk duduk semua di lantai, agar semua lebih nyaman dan santai untuk memasuki kelasnya. “Saya galak loh orangnya, tetapi saya bingung kok anak-anak tuh nempel terus sama saya. Sering sekali jika sudah selesai pelajaran saya, anak-anak malah tidak pada bubar, sampai-sampai saya yang mengusir mereka,” ujarnya wanita yang sebelumnya per­nah mengajar di Jakarta International School ( JIS) ini.

BACA JUGA :  Bejat, Oknum Guru Diduga Lecehkan Sejumlah Siswi di Tanjab Barat

Cerita lucu juga sering dialaminya, banyak murid-murida yang sering minta tumpangan kendaraannya saat pulang sekolah. Awalnya memang bukan siswa-siswa itu yang meminta, melainkan Maya yang menawarkan terlebih dahulu, sampai akhirnya ham­pir satu kelas bisa menumpang di mo­bilnya.

“Awalnya saya nawarin beberapa anak buat pulang bareng pakai mobil saya, daripada mereka nongkrong gak jelas di luar sekolah, makin kesini ma­kin banyak anak yang minta pulang bareng. Sampai-sampai mobil sudah tidak muat lagi, tapi mereka nekad dempet-dempetan, saya yang pusing jadinya,” celoteh Maya sambil tertawa geli.

============================================================
============================================================
============================================================