JAKARTA, TODAY — Terus anjloknya harga minyak dunia di bawah USD 37 per barel, membuat PT Pertamina (Persero) mulai mendapatkan keuntungan dari penjualan benÂsin Premium. Hal ini karena penurunan harga minyak tak diikuti turunnya harga Premium.
“Mulai November, Premium itu kita unÂtung,†kata Direktur Pemasaran Pertamina, Ahmad Bambang, ditemui di acara Peresmian SPBU Pasti Prima, di Lenteng Agung, Jakarta, Jumat (11/12/2015).
Diakui Bambang, keuntungan yang diÂdapat masih kecil yakni hanya 1,5% dari harga jual. Padahal, dalam Permen ESDM noÂmor 4 Tahun 2015, keuntungan penjualan PreÂmium di Jawa-Madura-Bali (Jamali) adalah 5%. “Tapi (keuntungannya) baru 1,5% dari harga jual. Tapi kan harusnya di Jamali itu untungnya 5%, di luar Jamali impaslah minimal. Karena beÂdakan di situ ada subsidi,†katanya.
Dengan kondisi ini, Bambang mengakui, kerugian Pertamina dalam penjualan BBM maÂkin berkurang. Sebelumnya kerugian penjualan BBM mencapai Rp 15 triliun. Ia memperkirakan total kerugian penjualan BBM tahun ini Rp 13 triliun. “Kalau dalam sebulan ini kita untung, tapi kalau dihitung tiga bulan terakhir kita rugi sedikit, kalau setahun banyak ruginya. Dulu perÂnah (rugi) tembus Rp 15 triliun, sekarang paling sekitar Rp 12-13 triliun,†ungkap Bambang.
Ia menambahkan, Pemerintah melalui KeÂmenterian ESDM telah meminta BPKP untuk mengaudit kerugian Pertamina dalam penjuaÂlan Premium. “Nah nanti bentuk gantinya (ganti kerugian) pakai apa, nanti negara yang tentuÂkan,†tutup Bambang.
Hilirisasi ke Negara Tetangga
Langkah PT Pertamina (Persero) untuk menekan kerugian memang digeber. PerusaÂhaan pelat merah ini juga berencana melakuÂkan ekspansi bisnis hilir ke negara tetangga, Myanmar. Tak tanggung-tanggung, Pertamina berencana membangun sebanyak 1.360 Stasiun Pengisian Bahan Bakar Umum (SPBU) di negara yang dulunya bernama Burma tersebut.
Ahmad Bambang mengatakan, penetrasi bisnis SPBU ke Myanmar akan dilakukan lewat kerja sama patungan dengan BUMN minyak Myanmar, Myanmar Petroleum Products EnterÂprise. Merek BBM dan konsep SPBU akan dipuÂtuskan nanti.
“Prosesnya masih jalan, kita lagi ikut proses tender langsung di sana. Kalau kita menang (tender), kita bakal punya langsung 1.360 SPBU, tapi itu bukan punya sendiri, kita (saham) hanya 49% saja,†ungkap Bambang.
Pertamina, sambung Bambang, sudah meÂnyatakan komitmen investasi di sektor hilir MiÂgas di Myanmar. “Nilai investasinya kurang lebih kita sudah komitmen USD 300 juta (Rp 4,14 triliun),†katanya.
Bambang menuturkan, kalau pun PertamiÂna kalah tender, pihaknya tetap akan melanjutÂkan ekspansi bisnis dengan membangun SPBU sendiri. Dia menargetkan, minimal pada 2018 sudah ada SPBU Pertamina yang beroprasi di Myanmar.
Sebelumnya, Menteri Badan Usaha Milik Negara (BUMN), Rini Soemarno, meminta PerÂtamina tak hanya jago kandang, tapi juga muÂlai serius menggarap sektor hilir Migas di luar negeri, khususnya di kawasan ASEAN. “Dengan program memperbaiki SPBU dengan kata-kata pasti prima, ini tuntutannya harus mampu berkompetisi bukan hanya di Indonesia. Suatu hari pasti SPBU Pasti Prima bisa saya lihat di Vietnam, Thailand, dan yang katanya sudah pasti di Myanmar. Targetnya sebelum 2018 saya bisa lihat SPBU Pasti Prima di Myanmar,†kata Rini.
(Yuska Apitya Aji)