alfian mujani 240APAKAH orang pikun masih memiliki rasa rindu? Pertanyaan ini menjadi topik seru di warung kopi tempat nongkrongnya para mahasiswa psikologi. Perdebatan ini tak berujung hingga mun­cul seorang tua yang diduga pikun ikut ngopi di tempat itu. Kakek tua itu dengan nada emosional menyata­kan bahwa hanya sarjana berijazah palsu yang menyatakan orang pikun tak punya rasa rindu.

Suatu hari seorang nenek berusia 87 ta­hun datang ke seorang pelukis untuk melukis wajah suaminya yang sudah meninggal 27 tahun silam. Dia membawa satu-satunya foto suaminya bertopi ukuran 4×6 cm. “Bikinkan lukisan suami saya sebesar ukuran lemari. Aku rindu dia. Tapi tolong jangan pakai topi seperti di foto itu,’’ kata si nenek yang nenurut orang se kampung sudah pikun.

Pelukis menjawab: “Beres nek, tapi model rambut suami nenek itu poninya di tengah, ke kanan atau ke kiri?” Nenek itu dengan nada da­tar menjawab: “Waduh, saya sudah lupa Nak. Cobalah buka topi dia, kan bisa kelihatan ram­butnya.” Hmm, pikun tapi rindu. Bagaimana yang tidak pikun, punyakah rasa rindu?

============================================================
============================================================
============================================================