Oleh: HARYONO SUYONO
Ketua Yayasan Damandiri
Mereka telah bekerja keras memberi semangat dan mengajak masyarakat pedesaan menye garkan budaya gotong-royong unÂtuk melakukan usaha bersama seÂcara mandiri, memberdayakan keÂluarga prasejahtera di Tanah Air.
Upaya pemberdayaan itu diÂlakukan melalui berbagai cara. Di tingkat awal, utamanya melalui program kuliah kerja nyata (KKN), para mahasiswa dari sekitar 450 perguruan tinggi di Indonesia, mengajak masyarakat tingkat pedesaan membentuk pos pemberÂdayaan keluarga (posdaya).
Para mahasiswa biasanya tinggal di pedesaan selama satu setengah bulan bergaul dan bekerja bersama para tokoh peÂmimpin lokal.
Setelah posdaya terbentuk, biasanya mereka mengajak maÂsyarakat mengisi posdaya denÂgan program dan kegiatan sesuai target MDGs, yaitu meningkatkan kesehatan keluarga, mengajak keluarga prasejahtera mengirim anaknya ke sekolah, mengolah lingkungannya lebih bersih dan menjadikannya kebun bergizi, melatih keluarga desa belajar ketrampilan dan membangun usaha mikro dengan memanfaatÂkan sumber daya lokal yang meÂlimpah. Keluarga prasejahtera dicarikan bantuan kredit dengan bunga rendah, dan biasanya tanÂpa agunan.
Melalui kerja sama Damandiri dengan pimpinan pusat Dewan Masjid Indonesia di Jakarta, daeÂrah dan dengan para pemimpin ribuan masjid di seluruh IndoneÂsia, terbentuklah posdaya berbaÂsis masjid.
Kegiatan posdaya ini dipusatÂkan di masjid dengan melayÂani para jamaah masjid tanpa memperhatikan lagi batas-batas desanya. Anggota posdaya berÂbasis masjid biasanya berkumpul karena kesamaan dalam pengÂgunaan masjid sebagai tempat berkumpul untuk beribadah dan mendapatkan petunjuk pemberÂdayaan keluarga menuju keluarÂga yang sejahtera.
Guna merangsang pengisian posdaya, biasanya dilakukan berÂbagai macam pelatihan yang akhÂirnya menghasilkan usaha pengoÂlahan produk lokal yang laku jual dan menguntungkan. Berbagai pelatihan itu dilakukan melalui kerja sama dengan instansi terÂkait seperti Kementerian KelauÂtan dan Perikanan, Kementerian Koperasi dan UKM, berbagai diÂnas sosial, kependudukan dan KB atau melalui kerja sama dengan berbagai perusahaan yang memÂberikan bantuan dana SCR-nya, misalnya, dengan PT Holcim InÂdonesia (Tbk), PT Pertamina dan PT Antam (Persero) Tbk.
Berbagai pelatihan diselenggaÂrakan secara sederhana, tidak muÂluk-muluk dan mudah dipraktikÂkan hingga mampu menghasilkan usaha mikro yang sederhana sepÂerti pengolahan ikan menjadi abon, nutget dan ke ripik. Atau, pengolaÂhan singkong menjadi keripik berÂbagai rasa dan bisa dijual dengan masa simpan yang lebih lama.
Ada juga pelatihan pembuaÂtan alat-alat produksi seperti alat pengiris singkong, alat pembuat tahu tanpa limbah, alat untuk menyisir dan mengolah rumput laut. Pembuatan alat-alat produkÂsi itu biasanya dikaitkan dengan jenis produksi lokal yang dibuat warga dan bisa menghasilkan produk dengan kecepatan dan mutu yang tinggi.
Di bidang kesehatan, secara gotong-royong keluarga anggota posdaya juga membantu tetanggÂanya yang tidak memiliki jamban keluarga bersama-sama membuatÂkan jamban. Keperluan jamban ternyata masih meliputi ribuan keÂluarga Indonesia yang tidak memiÂliki jamban keluarga dan selama ini membuang kotoran di sungai atau di kebun di belakang rumahnya.
Dalam memperkenalkan kegÂiatan kesehatan rakyat, keluarga desa tidak diminta mendengarÂkan pidato yang muluk-muluk tetapi secara langsung diajak melakukan upaya yang memberiÂkan perbaikan kesehatan dan gizi anggota keluarganya.
Setiap halaman rumah dianÂjurkan dirombak menjadi kebun bergizi. Kadang bibit untuk saÂyur yang akan ditanam dibantu berkat kerja sama dengan LSM setempat atau dana CSR bantuan perusahaan yang baik hati.
Melalui upaya pembentukan kebun bergizi dengan kolam ikan lele atau ikan nila, penduduk seÂtempat mempunyai pendapatan ekstra yang tidak disangka-sangka.
Salah satu kegiatan posdaya yang menarik adalah pengelolaan sampah. Dimulai dari usaha berÂsama mengolah sampah melalui sistem 3 R, reused, recycle dan reduced, akhirnya keluarga angÂgota posdaya membangun bank sampah.
Sampah yang dikumpulkan dipilah-pilah untuk didaur ulang, dimanfaatkan sebagai bahan baku pembuatan bunga, alat-alat mauÂpun bentuk lain yang laku jual. Banyak sekali posdaya yang menÂgolah sampah menjadi pupuk atau menjualnya kembali ke pemulung hingga dalam jumlah besar.
Bank sampah sangat menÂguntungkan karena mengurangi jumlah sampah ke tempat penÂgumpulan sampah akhir. KeunÂtungan menjadi anggota bank sampah bisa untuk membayar biÂaya sekolah anak-anak atau untuk membayar beras yang dibagikan pemerintah.
Di banyak posdaya, pengeloÂlaan bank sampah dilakukan denÂgan manajemen modern melalui sistem IT yang mudah dioperasiÂkan keluarga sederhana pedesaan.
Program baru yang dikemÂbangkan pasca ulang tahun ke-20 adalah memperluas sasaran dari anutan MGDs sebanyak 8 sasaran menjadi SDGs dengan 17 sasaran.
Perkembangan jumlah saÂsaran itu utamanya penegasan komitmen semua negara di dunia untuk secara gotong-royong menÂempatkan upaya pengentasan keÂmiskinan sebagai prioritas tinggi, bahkan harus diupayakan agar akhir 2030 jumlah penduduk miskin sama dengan nol.
Di samping itu ditegaskan agar tidak ada lagi kelaparan di muka bumi berkat perhatiannya terhadap keseimbangan dan keleÂstarian lingkungan serta perubaÂhan iklim. Lebih dari itu, diminta secara sungguh-sungguh agar keÂsenjangan makin menipis. ***
sumber:suarakarya.id