DEMI menjaga anak didik di sekolahnya, SekolahMenengah Pertama (SMP) Islam Terpadu Birrul Waalidaintak hanya memprotect seluruh siswinyadenganaturan saja. Sekolah yang khusus diperuntukkanbagi wanita ini selalu mengajak anak didiknya turut bergabung dalam kegiatan menginap setiap malam minggu.
Oleh : Latifa Fitria
[email protected]
Kepala Sekolah SMP Islam TerÂpadu Birrul Waalidain, SumiÂyati menjelaskan jika biasanya anak-anak sebaya kelas 1-3 SMP sedang senang-senangnya nongkrong. Memang anak remaja seusia mereka ini umumnya banyak bergaul, tetapi mengÂingat jaman sekarang pergaulan di BoÂgor juga sulit untuk di kontrol.
“Banyak pergaulan yang nyasar, sepÂerti narkoba, seks bebas yang biasanya terbawa dari lingkungan pergaulan. Jadi kami antisipasi dan membekali anak-anak ini, biasanya setiap malam minÂggu kita ada giat menginap di sekolah atau kemping. Ini adalah kegiatan wajib agar anak-anak juga tidak bosan dengan aturan yang ada di sekolah. Setidaknya dengan begini kami bisa mengontrol mereka, dan menjaga mereka dari hal-hal yang buruk,†urainya.
Selain itu, segala aturan yang diterÂapkan untuk melindungi anak-anak diÂdiknya ini dari kemungkinan terburuk dan sesuai dengan syariat Agama Islam, apalagi pergaulan muda mudi saat ini seolah sudah tidak dapat dikontrol lagi.
Hebatnya, meski baru berdiri sejak 2012 dengan aturan yang ketat, tidak menyurutkan minat para orangtua unÂtuk menitipkan anak-anaknya di sekoÂlah Birrul Waalidain. Pasalnya setiap taÂhun murid bertambah, meskipun pihak sekolah hanya membatasi penerimaan 30 murid saja.
Penambahan itu nampak pada saat pertama kali penerimaan siswi dengan total Ketika ditemui, Kepala Sekolah SMP Islam Terpadu Birrul Waalidain, Sumiyati menjelaskan jika kebijakan sekolah hanya menerima pelajar putri saja, karena siswi puteri itu jauh lebih mudah diarahkan dibanding laki-laki.
Demi menjaga anak didiknya itu, sekolah tak tanggung-tanggung memÂberikan aturan dilarang membawa alat komunikasi ke sekolah, kecuali alat koÂmunikasi yang hanya bisa melakukan panggilan dan pesan singkat saja.
“Tingkat kekhawatiran kami tinggi, hal ini untuk mengantisipasi karena kami tidak mau sesuatu yang buruk terÂjadi kepada puteri-puteri kami. Apalagi anak-anak sekarang sudah pintar-pintar kalau menggunakan gadget, dan semua aturan ini sudah sesuai dengan syariat Agama Islam,†ungkapnya.
Tak hanya itu, sambung Sumiyati, staf pengajar juga memfollow semua media sosial murid-muridnya. Dengan begitu aktifitas media sosial anak-anak sekolahnya dapat terus terpantau. “Kami juga melakukan komitmen keÂpada orangtua di rumah, agar orangtua membatasi jam-jam penggunaan interÂnet bagi anak-anaknya saat dirumah,†tambahnya.
Uniknya lagi, dalam proses memverÂifikasi murid-murid baru, pihak sekolah memberikan beberapa persyarata, saÂlahsatunya persyaratan belum pernah berpacaran.
“Aturan disini juga tidak boleh berÂpacaran, jadi pada saat melakukan penyeleksian murid baru, kami selalu bertanya apakah sudah pernah pacaran atau belum, kalau sudah pernah paÂcaran mungkin akan dipertimbangkan lagi. sebab hal ini masuk ke dalam Fiqih Islam, dan sudah kewajiban,†kata dia.
Ia berharap, dengan menempa anak didiknya dengan pendidikan dan aturan ketat mampu mencetak perempuan IsÂlam yang mampu menjaga akhlaknya. Itu mengapa meskipun sudah ada anÂgkatan yang lulus, pihak sekolah tidak mau lepas komunikasi demi melindungi alumni-alumninya itu.
Kendati demikian, seluruh siswi yang menuntut ilmu di Birrul WaaliaÂdain nampak sangat menikmati proses pembelajaran disana. (*)